Ketika 2019 mulai muncul pandemi covid di Indonesia, kemudian di awal tahun 2020 anak dan suamiku sakit bergantian dan kantor-kantor mulai melaksanakan WFH, aku yang biasanya setiap minggu rutin cek gula darah di kantor (ada dokter yang datang seminggu sekali, dokter Nurul namanya), menjadi lama gak cek gula darah.
Hari itu di akhir tahun 2020. Jadwal dokter datang. Aku pun antri untuk cek darah. Saat itu aku sedang baik baik saja, dan tidak merasa ada yang aneh dengan badanku. Saat itu waktu pukul 2 siang. 380. Aku kaget. Dokter Nurul kaget. Iya, tinggi banget.
Dokter Nurul bilang 2 jam lagi aku agar kembali ke ruang dokter, untuk cek gula lagi.
300. Masih tetap buruk. Saat itu Dokter Nurul bilang, oke kamu kurangin nasi dan gula ya, minggu depan kita cek lagi.
Seminggu berlalu. 280. Iya masih buruk. Dokter Nurul bilang, oke kamu cek ke laboratorium ya. Hba1c dan mulai sekarang kamu wajib diet dan olah raga setiap hari minimal 30 menit.
Hba1c : 12.5. Interpretasi : SANGAT BURUK.
Dan sejak saat itu aku disarankan minum metformin 500mg setiap hari. Satu hari satu butir.
Dan sejak saat itu juga aku ngurangin makan nasi, tepung dan yang bergula. Jalan kaki 30 menit-2 jam per hari. Berlangsung sampai pada akhirnya aku pindah ke kantor baru di Mei 2021. Tidak lagi bertemu dengan dokter Nurul. Tapi aku masih mengikuti sarannya untuk minum obat itu.
Sembuh? Tidak.
Gula darah jadi normal? Tidak. Betul turun, terkadang sampai normal juga, tetapi rata-rata masih tinggi.
Selama berbulan-bulan kemudian aku masih konsisten seperti itu sampai kemudian..mungkin di akhir 2021 karena tidak ada keluhan perlahan-lahan aku kembali makan biasa seperti orang pada umumnya. Olah raga pun sekenanya, sesempatnya dan semaunya. Haduh!
Selama berbulan-bulan aku memikirkan apakah harus ke internis untuk kontrol setiap bulan? Atau aku harus apa. Dan pada akhirnya aku tidak melakukan apa-apa.
No comments:
Post a Comment