Hari sudah beranjak malam ketika kami pulang dari rumah sakit untuk mengantar anak saya berobat. Sudah hampir jam 10 malam sepertinya. Di perjalanan pulang, motor kami menyalip seorang kakek-kakek yang mengendarai sepeda butut. Di sepedanya terpancang sebatang kayu yang menjadi tempat dia menancapkan banyak sekali kitiran bambu.
gambar dari sini
Kami pun berhenti, menunggu kakek itu sampai di hadapan kami. Tubuhnya renta, usianya sepertinya sudah kepala 7 atau 8. Giginya ompong. Tubuhnya kurus berbalut baju yang bertumpuk-tumpuk. Aku lihat dia memakai kaos kaki panjang kumal yang tebal (sepertinya didobel juga) dan juga sepatu belel.
Saya tanya berapa harga kitirannya, dia menjawab dengan sangat ramah dan ceria, "Lima ribuuuuu", memperlihatkan giginya yang ompong. Aku lihat matanya, mata yang menunjukkan bahwa dia bangga dan senang sekali melakukan pekerjaannya itu. Subhanallah...
Di usianya yang renta, dia tetap berusaha sekuat tenaga. Malam itu dingin, dengan terseok-seok dia mengayuh sepeda pancalnya. Dengan baju dan kaos kaki rangkap-rangkapnya, dinginpun dilawannya. Hebat.
Saya senang ketika dalam lanjutan perjalanan saya pulang, beberapa motor yang menyalip motor kami berlalu dengan meninggalkan bunyi-bunyian yang khas. Bunyi kitiran bambu itu. Rezeki untuk sang kakek.
Note :
Setelah saya googling, ternyata kitiran ini adalah mainan jadul khas Jepara. Kitiran ini terbuat dari bambu dan kertas minyak. Ketika berputar, baling-baling ini akan mengeluarkan suara yang khas,,tek tek tek tek tek tek tek,,,,
Bisa dilihat di sini atau di sini.