Wednesday, 11 October 2017

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah

Ini adalah kisah tentang dua saudari tiri yang dipertemukan karena pernikahan ayah dan ibu mereka. Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah dari Bawang Putih menikah dengan ibu dari Bawang Merah setelah ibu dari Bawang Putih meninggal dunia. Sedangkan ibu dari Bawang Merah memang sudah menjanda sejak lama.

Ibu tiri Bawang Putih tidak sayang kepada Bawang Putih, sehingga ketika ayahnya pergi bekerja ke luar kota, Bawang Putih diperlakukan dengan tidak baik. Sedangkan Bawang Merah, tentu saja  dia mendukung ibu kandungnya.

Suatu hari, Bawang Putih pergi mencuci baju di sungai. Namun alangkah malang nasibnya, karena arus sungai yang deras, salah satu baju ibu tirinya hanyut. Ibu tirinya marah besar karena hal itu, sehingga memerintahkan Bawang Putih untuk terus mencari bajunya yang hanyut itu sampai ketemu. Untung tak dapat dicari, malang tak dapat ditolak. Baju itupun tidak ketemu malah Bawang Putih bertemu dengan nenek-nenek misterius yang berjanji akan membantunya menemukan baju ibu tirinya asalkan dia menemani nenek itu selama satu minggu.

Satu minggu berlalu. Karena nenek itu senang dengan tingkah Bawang Putih, dikembalikannya baju ibu tiri dan dihadiahkannya sebuah labu untuk Bawang Putih. Dan Bawang Putih pun pulang ke rumahnya dengan hati gembira. Sesampainya di rumah, Bawang Putih menyerahkan baju dan labu itu kepada ibu tirinya. Setelah dibuka, ternyata labu tersebut berisikan emas permata.

Ibu tiri yang jahat sangat bergembira, dia tertawa-tawa bersama Bawang Merah dan lupa bahwa labu itu kepunyaan Bawang Putih. Bawang Merah yang hobi bermain media sosial, tidak lupa memfoto-foto labu tersebut dan mengunggahnya ke akun media sosialnya. Begini captionnya : Rejeki kakak solehah, adik aku dapat labu ajaib! Isinya membuat kita tercengang!! #labuajaib #labuemas #emaspermata #kakaksolehah #ibusolehah #adikberbakti

Tak disangka, dengan jumlah followernya yang mencapai lima ribu, postingan Bawang Merah itupun menjadi viral. Ribuan orang memberikan komentarnya dan ribuan orang juga yang memposting ulang postingan Bawang Merah. Sebagian besar komentar yang masuk menanyakan dimana lokasi Bawang Putih mendapatkan labu ajaib tersebut dan bagaimana ceritanya. Dan di hari ketiga sejak dia memposting foto labu tersebut, komentar dan postingan ulangnya mencapai puluhan ribu. Sungguh sangat viral.

Seiring dengan viralnya postingan Bawang Merah, Bawang Merah pun mulai membuka endorse dan mulai memanfaatkan kepopulerannya dengan menjadikan dia, ibunya dan adiknya sebagai selebgram. Wajah mereka yang cantik mendukung hal tersebut. Hingga pada akhirnya mereka diundang ke berbagai stasiun televisi dan mulai mendapatkan tawaran untuk bermain sinetron.

Sungguh jalan hidup yang tidak tertebak, keluarga itu menjadi kaya raya, sehingga ibu tiri yang semula tidak menyukai Bawang Putih mulai berubah, dia menjadi sayang dan perhatian kepada kedua putrinya.

Sementara itu, karena banyaknya netizen yang penasaran akan labu ajaib tersebut, ribuan orang mendatangi sungai di dekat rumah Bawang Putih. Mereka berbondong-bondong mencari nenek misterius tersebut. Tak disangka, ternyata pada jarak kurang lebih satu kilometer dari tepi sungai dimana Bawang Putih bertemu nenek misterius tersebut, terbentang kebun labu yang luas. Di pinggirnya terdapat gubuk yang dijadikan lapak oleh nenek itu untuk berjualan labu. Dengan dibantu anak-anaknya, nenek tersebut bertanam dan berjualan labu. Namun karena sepinya pembeli, salah seorang anaknya memiliki ide yaitu membuat sesuatu yang viral sehingga banyak pengunjung datang.

Beberapa kali anak sang nenek itu mencari ide yang dikiranya akan viral ternyata gagal, sampai pada akhirnya dia menjadi follower dari Bawang Merah yang tinggalnya tidak jauh dari rumah dan kebunnya. Setelah memperhatikan keluarga Bawang Merah, muncullah idenya untuk mencuri baju ibu tiri Bawang Putih dengan trik sehingga Bawang Putih mengira baju ibunya itu hanyut. Dia yakin, ketika ibunya memberikan labu 'ajaib' itu kepada mereka, Bawang Merah akan mengunggahnya di media sosial. Dia hafal bahwa Bawang Merah selalu mengunggah foto-foto kegiatannya dari yang penting sampai yang sama sekali tidak penting itu.

Dan berhasil. Labu mereka yang memang berkualitas bagus dan organik kini menjadi buruan. Orang-orang yang semula membeli karena penasaran selalu kembali untuk repurchase karena puas. Kualitas memang tak pernah bohong. Dan kehidupan keluarga nenek itupun semakin hari semakin makmur.

Pada akhirnya, keluarga Bawang Putih dan keluarga sang nenek misterius itupun hidup berbahagia selama-lamanya.

Kisah Pendek

Kisah ini seharusnya bermula ketika dia harus dirawat di sebuah rumah sakit dan berakhir ketika dia harus segera dimakamkan.

Tetapi, ini adalah kisah tentang akhir hidup seorang manusia yang semasa hidupnya sampai dia meninggalkan dunia ini tanpa berhubungan dengan perusahaan besar profitable yang berhubungan dengan kita hampir di setiap detik hidup kita sekarang.

Sebutlah sebuah nama Jiyah. Dia lahir dan besar di sebuah rumah kecil bertiang dan berdinding bambu dengan atap genteng gerabah. Dia tumbuh besar bersama ayah dan ibunya, kemudian menjadi yatim piatu dan kemudian menikah. Bertahun-tahun kemudian suaminya meninggal tanpa sebab dan dia hidup dengan seorang anak yang diangkatnya dari salah satu saudaranya. Namanya Ratmi. Jiyah yang sudah tua, dan Ratmi yang ternyata mengalami keterbelakangan mental hidup berdua di rumah kecil yang bertiang dan berdinding bambu dengan atap genteng gerabah. Setiap pagi mereka akan berjalan membawa dua bakul untuk berdagang di sebuah TK 100 meter dari rumahnya. Lebih tepatnya, nenek Jiyah berdagang dan Ratmi mengintip anak-anak TK belajar. Bertahun-tahun seperti itu dan nyatanya tidak ada satupun doa sehari-hari ataupun nyanyian anak-anak TK itu bisa dihafal Ratmi.

Begitulah sampai suatu malam yang dingin, hujan turun begitu lebatnya. Menjelang dini hari, air mulai masuk ke rumah-rumah penduduk. Banjir datang. Warga yang merasa banjir datang mulai bangun dan keluar rumah melihat sekeliling. Seorang bapak-bapak tua bersorban bersama kedua anak perempuannya berjalan menembus banjir menuju rumah nenek Jiyah. Tak jauh di belakang mereka, istri lelaki itu berjalan mengikuti sambil menjinjing kain batik supaya tidak basah.

Pintu rumah itu terbuka, di dalamnya air sudah mulai masuk di pinggir-pinggir. Ratmi tidur beralaskan tikar di pojokan bersama dua ekor ayam peliharaannya. Nenek Jiyah tidur tepat di tengah-tengah rumah itu beralaskan tikar. Nafasnya satu satu terlihat sangat pelan dan berat.

"Ayo, bantu bapak angkat mbah Jiyah," kata lelaki itu. Kedua anaknya membantu ayahnya memindahkan nenek Jiyah ke bale bambu yang ada di rumah itu.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba nenek Jiyah tersengal-sengal, lalu diam. Dia sudah berangkat menghadap Tuhannya.

"Ratmi, nenekmu sudah meninggal."

Ratmi hanya melihat dari tikarnya. Sama sekali tidak ada ekspresi yang terlihat di wajahnya. Tidak sedih, tidak juga kaget atau bingung. Ratmi hanya diam.