Monday 4 December 2017

Menggantungkan Kebahagiaan Pada Tempatnya

Dalam kehidupan sehari-hari, sering saya dapati banyak sekali orang yang memberikan kunci kebahagiaannya kepada orang lain. Apa maksudnya? Maksudnya adalah orang ini berbahagia bergantung kepada apa yang orang lain katakan, apa yang orang lain lakukan dan apa yang orang lain perhatikan. Contohnya, ada orang yang berbahagia ketika dia banyak dipuji orang, ada orang yang berbahagia ketika dia banyak diperhatikan orang. Bagaimana jika orang lain tidak lagi memperhatikan dan memuji dia, hilang sudah kebahagiannya. Rapuh sekali.

Itulah sebabnya, jangan menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain. Bisakah? Bisa. Jadilah dirimu sendiri, banyak-banyak bersyukur, jadilah orang baik dan mendekatlah kepada Allah.

Saya suka membaca buku-bukunya Diana Rikasari. Tahu Diana Rikasari? Iya, seniman yang lebih sering dibilang aneh alih-alih keren. Gaya berpakaiannya yang tidak seperti orang pada umumnya, pilihan warna yang sesuka hati membuat dia tampak sangat nyentrik. Saya mempelajari sesuatu dari Diana. Dia berbahagia dengan dirinya sendiri. Tak peduli orang lain menilai dia bagaimana, dia berbahagia dengan dirinya dan apa yang dia miliki.

Beberapa waktu yang lalu saya ingin membeli jilbab daily. Saya memilih-milih warna sampai saya sendiri pusing mau beli yang warna apa. Akhirnya saya memutuskan memesan warna coklat polisi dan pink gonjreng (yang mana warna pink gonjreng ini ditentang banyak kawan karena warnanya yang gonjreng). Begitu pesanan datang, ternyata kawan saya yang menjual jilbab tersebut membawa banyak jilbab berbagai warna. Saya jadi bingung lagi, karena ketika melihat warna coklat polisi, yang menurut kawan-kawan saya itu adalah warna yang netral dan normal (yang karena itu pula saya memesannya), saya menjadi tidak tertarik. Saya jadi tertarik dengan warna pink gonjreng dan hijau gonjreng. Tentu saja kawan-kawan saya mendukung saya memilih jilbab dengan warna-warna yang tampak normal. Tetapi akhirnya sama memutuskan untuk membeli jilbab yang berwarna pink gonjreng dan hijau gonjreng.

Besoknya saya tak sabar untuk segera mengenakan jilbab-jilbab itu. Saya senang sekali mengenakan jilbab yang warna pink gonjreng, begitu juga saya juga sangat senang mengenakan jilbab yang warna hijau gonjreng. Dan saya bertanya dalam hati, inikah yang disebut bahagia yang sederhana? Yaitu, hanya dengan memilih apa yang kita sukai, bukan yang menurut orang lain bagus lah yang membuat kita bahagia. Seperti pemilihan baju Diana. Hahahaha.

Dan akhirnya beberapa minggu yang lalu, ketika suami saya mengajak saya ke optik untuk membuat kacamata baru (karena yang lama sudah copot dan patah), saya mantap memilih frame kacamata warna pink doff yang lebih mirip kaca mata Pou (permainan di smartphone), daripada kacamata ibu-ibu yang bisa menaikkan sedikit "derajat kecerdasan" jika dipandang dengan mata. Hahahaha.

Akibatnya? Bahkan menunggu kacamata itu jadi saja sudah membuat saya bahagia.

Akibatnya lagi? Saya tak habis-habis diejek oleh kawan-kawan di kantor. Hahahahaha. Tapi saya tidak peduli. Saya tidak sedikit pun merugikan mereka dan yang terpenting saya bahagia dengan pilihan saya.

Jadi kawan-kawan, gantungkanlah kebahagiaanmu pada tempatnya. Jangan sampai salah tempat menggantung.