Tuesday, 11 October 2016

Dilan oh Dilan

Barusan aku selesai membaca buku Dilan yang pertama. Kamu pasti tau kan buku Dilan? Iya, novel karya Pidi Baiq yang menceritakan kisah cinta SMA Dilan, seorang anggota geng motor yang romantis humoris abis dan Milea...

Baper? Iya baper, jadi kayak yang kesedot ke dalam ceritanya, ikutan gemes, ikutan jengkel, ikutan deg-degan dan ngerasa kayak ikutan ada di dalam lokasi ceritanya.. Beneran, aku enggak lebay..

Tapi alih-alih membayangkan diri jadi Milea, aku malah membayangkan nanti aku ingin seperti Bunda..huahahahahahahahahaha...
Sorry, iya, gue udah emak-emak,,makanya pemikirannya begitu..kebetulan anakku dua duanya laki-laki, jadi bisa jadi Dilan Dilan di masa yang akan datang kan yaaaaa...

Aku ingin jadi seperti Bunda, yang dekat dengan anak-anaknya, bisa bercanda dengan anak-anaknya dan terutama, bisa dekat dengan teman dekat anak-anaknya..

Trus tadi pas mbaca malah pikiranku mikir gimana caranya ngajarin anak-anak supaya jadi seperti Dilan,,buakakakaka,,, Ini udah mulai gak bener nih, jadi tolong, emak-emak kalo baca buku Dilan, tolong jaga kewarasan masing-masing. Berbahaya! Nanti obsesinya jadi mengekang anak,,hahahahahaha

Kenapa kok gak kegeeran membayangkan diri jadi Milea? Ya amplop,,boro boro jadi Milea, jadi Wati aja palingan kagak lulus seleksi,,wkwkwkwkwk. Orang dulu jaman SMA aku kan cupu banget, udah culun, lugu, pendiem, jelek pulak,,wkwkwkwkwk,,gak bakalan lah seperti Milea, ngebayangin aja juga gak bisa :,) #kasihan #iyagapapa #biarinaja

Kalo ngebayangin jadi Bunda kok bisa? Nah iya, entah kenapa kalo di bagian ini bisa. Mungkin karena bawaan umur, udah jadi emak-emak sayang anak.. Anaknya laki-laki semua pula kan..hmmm...

Di buku ini aku ngerasa diberikan pelajaran akan realita hidup, bahwa ada kalanya anak laki-laki itu ya begitu, tidak bisa kita bentuk sempurna banget, baik terus,,, ada kalanya dia akan nakal, tapi tugas kita supaya kenakalannya itu di jalur yang benar, tidak merugikan orang lain.

Juga pelajaran, ketika anak dekat dengan orang tuanya, maka dia akan senang bercerita kepada orang tuanya, ijin kepada orang tuanya tentang apa yang akan dilakukannya. Dan jika tidak diijinkan, maka mereka akan mengerti..

Aih ngomongin anak yang dekat dengan orang tuanya, jadi keinget suami sendiri,,hahahahaha
Iya, suamiku adalah anak yang dekat dengan orang tuanya. Dan itu tampak sekali dulu sebelum kami menikah. Dan percaya atau tidak, itu adalah salah satu alasan kenapa aku mau hidup dengannya,, #ceilah.
Karena laki-laki yang dekat dengan orang tuanya terutama ibunya, akan berfikir lebih banyak ketika akan menyakiti wanita :) #menurutakusendiri #kalogakcocokabaikan.

Sekian.

Sepatuku dan Sepatumu itu Berbeda

Diantara kita pasti pernah membaca tulisan atau nasehat yang entah judulnya, entah isinya ada kalimat "in Her Shoes", bahwasanya kita tidak boleh menyamakan orang lain dengan diri kita, karena bagaimanapun tidak akan sama. Jangan pernah menjudge orang lain tanpa kita tau bagaimana seandainya kita yang ada di posisi dia. Intinya begitu. Sepatuku dan sepatumu itu berbeda, biarpun ukuran sama, merek sama, motif sama,,tapi bentuk kaki kita beda,,dan sepatu kita akan penyok penyok dengan penyok yang berbeda,,,

Tapi sungguh...

Materi itu mudah ditulis, mudah dibaca dan mudah diucapkan. Sedangkan dalam kenyataannya sehari-hari? Mungkin kita sendiri malah sering melakukan itu dengan tidak sengaja...

Saat ini saya sedang bersedih karena ada beberapa sahabat saya yang sedang tidak akur.  Bukan, bukan dengan saya alhamdulillah,,,tapi saya jadi sedih aja karena mereka semua adalah sahabat saya.

Kamu tahu sahabat itu apa? Sahabat adalah saudara (kakak adik) yang tidak sedarah.

Kenyataan bahwa setiap orang itu akan dibentuk oleh keluarga, latar belakang, gaya hidup, gaya asuh, pola didik dan lingkungan, menjadikan SETIAP ORANG itu tidak akan pernah sama membuat saya merenung lama...Bahkan saudara seayah seibu juga tidak akan pernah sama kan?

Saya tidak mungkin bisa merubah mereka semua menjadi senada, searah dan sepola pikir, itu tidak mungkin. Jadi saya masih dalam masa menunggu supaya keadaan menjadi kembali baik-baik saja dengan sendirinya,,hahahahaha..

Teman-teman yang baik,

Konsep bahwa kita tidak boleh menjudge orang lain, kita tidak boleh menyamakan orang lain seperti kita dasarnya adalah bahwa SEMUA ORANG TIDAK SAMA. Pahami dulu itu.

Tidak sama dalam hal apa? Dalam banyak hal. Karena dalam satu pribadi saja, ada cara menghitung, cita-cita, selera rasa makanan, hobi, selera bacaan, warna kesukaan dan lain-lain masih buanyaaaakkkkk lagi..

Mungkin saja selera makanan sama, tapi yang lain beda, dan seterusnya. Yang kita butuhkan adalah rasa saling memahami, saling menerima dan saling mengerti...

Ya amplooopp,,,intinya aku sedih sahabatku ada yang tidak akur dan menurut aku itu dikarenakan perbedaan yang banyak itu tadi, tapi kenapa aku malah berteori..haha

Maafkan..saya sedang galau.