Tuesday 31 October 2017

Semua Tempat Adalah Playground

Siang itu udara panas di luar rumah, sedangkan di dalam rumah, tentu saja kipas angin memiliki peran besar membuat udara bergerak sehingga terasa sedikit sejuk. Ayah baru berniat memasang televisi baru yang dibelinya untuk menggantikan televisi yang tiba-tiba rusak semalam. Celingak celinguk dicarinya kantong plastik kecil berisi 6 butir baut. Tidak ketemu. Dia mencurigai kedua anaknya yang memang biasa memindahkan barang-barang ke tempat yang tidak terduga-duga.

"Siapa nih yang mindahin baut ayah?"

"Aku tidak," jawab si Bungsu

"Aku juga tidak," sahut si Sulung.

"Apa tidak usah dipasang saja nih tivinya? Biar ga bisa liat tivi lagi?"

Ayah mencari ke seluruh penjuru rumah sambil kesal. Tidak juga ditemukannya baut itu. Bunda pun mulai ikut mencari dan hasilnya pun nihil. Kedua anak itu tidak kalah sibuk, mereka berlarian kesana kemari sambil melemparkan barang-barang, berusaha "mencari baut". Tanpa suara ayah dan bunda terus mencari dan memikirkan solusi.

"Hafi, ayo sini," si Sulung memanggil adiknya. Dia berdiri di samping dipan yang terletak di ruang keluarga. Adiknya yang sedang "mencari baut" di dapur, buru-buru menghampiri.

"Ayo angkat! Satu! Dua! Tiiii...ga!." Kedua anak kecil berumur 4 dan 6 tahun itupun bekerja sama mengangkat satu sisi dipan, seperti yang biasa dilakukan ayah atau ibunya ketika mencari benda yang dicurigai berada di bawah dipan. Mereka terlihat keberatan.

"Sudah sudah!" suara ayah terdengar sedikit melunak, mungkin karena dalam hati dia menghargai usaha kedua anak itu.

"Sudah Hafi ayo kita turunkan! Kata ayah tidak ada!"

"Huh, berat sekali. Sekarang kita jadi detektif, Hafi, sekarang kamu jadi asisten aku!" Si kakak berkata dengan sangat serius.

"Jadi apakah aku sekarang bernama Gani?" Si adik menjawab tidak kalah serius.

"Tidak Hafi, kamu jadi Baba."

"Baiklah. Kasus ke sebelas, siapakah yang menghilangkan baut?"

"Iya. Detektif peet, kasus ke sebelas, siapakah yang menghilangkan baut? Ayo kita pecahkan kasusnya!"

Dan mereka pun mulai berkeliaran di seluruh rumah mengintip kesana kesini mencari baut yang hilang. Sedangkan ayah dan bunda tidak tahu harus bilang apa, mereka hanya saling melirik dan tersenyum geli bercampur kesal. Dalam kondisi serius, kedua anaknya malah bermain peran mengikuti film kartun "Detektif Peet" dicampur "Tayo" ketika Rogi dan Gani pura-pura menjadi detektif.

Tak lama kemudian, ayah memutuskan unuk berangkat membeli baut pengganti. Dan kedua detektif itupun mengucap :

"Da da, Ayaaahh! Hati-hati di jalan yaaa!"

Monday 30 October 2017

Manusia Tanpa Kartu

Semua warga kampung sini memanggilnya Fulan, walaupun sebenarnya, tidak ada satupun yang tahu nama aslinya. Rumahnya ada di ujung jalan setapak yang memisahkan rumahku dengan rumah kakekku, tepat berada di bawah rimbunan pohon bambu. Di sanalah setiap hari aku bermain dan mendengarkan dia bercerita tentang apapun yang kutahu sebagian besar ceritanya itu hanya ada di dalam kepalanya saja, tidak benar-benar ada di dunia nyata.

Paman Fulan orangnya sangat tampan, kulitnya putih dan matanya kebiru-biruan. Rambutnya coklat dan hidungnya sangat mancung, sangat berbeda dengan orang-orang di kampung kami yang berkulit cokelat gelap dan rambut hitam. Kalau mau tau seperti apa dia, kamu bisa lihat di televisi, dia itu mirip seperti Mike Lewis, tapi rambutnya cokelat dan matanya biru, itu saja. Saking miripnya sampai-sampai dulu aku mengira Paman Fulan bisa masuk ke dalam televisi. Cuma bentuk fisiknya saja yang membuatnya sangat berbeda, logat bicara dan tindak tanduknya sama saja dengan kebanyakan warga kampung kami. Tapi ada satu kelebihan Paman Fulan, yaitu dia sangat suka sekali bercerita, kurasa kalau dia sungguh-sungguh, dia bisa jadi juru dongeng paling hebat di seantero dunia. Karena ceritanya itu pulalah setiap hari aku rajin datang dan membantunya meraut bilah-bilah bambu tanpa dibayar.

Pagi ini aku sudah duduk rapih di depan ruman Paman Fulan, membawa pisau kecil untuk menghaluskan bilah-bilah bambu.

"Anak pintar, pagi-pagi sudah siap bekerja!" Paman Fulan keluar dari rumahnya masih berbungkus sarung.

"Iya Paman, hari ini aku mau mendengar ceritamu yang baru, dan seperti biasa, aku akan membantumu menghaluskan bilah-bilah bambu yang akan kau anyam ini," jawabku penuh semangat.

"Hari ini kita libur bekerja, Nak. Kamu duduk saja mendengarkan ceritaku, karena hari ini hari istimewa." Paman Fulan mengangkat aku dan mendudukkan aku di bale-bale yang ada di depan rumah bambunya, lalu dia masuk kembali ke dalam rumah kecilnya.

Tak lama kemudian Paman Fulan keluar membawa sebuah peti dan meletakkannya di depanku. Dibukanya dengan hati-hati peti itu lalu dikeluarkannya sebuah kain berwarna coklat yang berbentuk seperti baju penjaga hutan yang pernah aku lihat di televisi.

"Kamu tahu apa ini?" Aku menggeleng.

"Hari ini aku akan bercerita tentang baju ini. Baju ini sangat bersejarah dan penuh arti buat paman. Mungkin seumur hidup paman, baju ini akan tetap paman jaga. Nanti, kalau sewaktu-waktu paman meninggal, paman menitipkan wasiat besar padamu ya! Tolong ikutkan baju ini di kubur paman." Aku mengangguk riang, aku diberi wasiat penting! Meskipun aku tidak yakin Paman Fulan akan cepat mati, karena umurnya masih muda, kata ayahku, perkiraan umur Paman Fulan itu tiga puluhan, apakah mendekati tiga puluh atau empat puluh aku tak tahu, jadi kubilang umurnya tiga puluh lima tahun saja.

Aku menatap matanya yang biru berkilauan. Aku tahu Paman Fulan adalah orang yang sangat cerdas, aku pernah mendengar cerita kakekku tentang asal usul Paman Fulan. Bahwa suatu hari di kampung kami tiba-tiba muncul seseorang dari hutan yang terletak di ujung kampung. Dia hanya berdiri saja sepanjang hari di bawah pohon beringin di pasar, memperhatikan orang-orang lalu lalang. Anak-anak kecil, mengerumuninya karena keanehannya. Tubuhnya mirip seperti gembel gila, tanpa baju. Setelah tiga hari seperti itu, para tetua kampung membawanya ke kantor desa, membersihkannya, menggunduli rambutnya yang gimbal dan memberikannya pakaian. Ditanya apapun mulutnya hanya mengembangkan senyum yang sangat lebar, tanpa satu patah kata pun, sehingga warga kampung mengira dia bisu dan tuli. Lalu dia tinggal di pondok kecil ini, pondok yang sebelumnya adalah rumah nenek tua tanpa keluarga yang meninggal beberapa hari sebelum kedatangan Paman Fulan di kampung ini. Setiap hari dia duduk di pasar, memperhatikan orang-orang seperti sedang mempelajari sesuatu, dan benar, selang lima bulan sejak kedatangannya, tiba-tiba Paman Fulan bisa berbicara dan bertingkah layaknya manusia biasa. Paman Fulan sudah ada di rumah ini kurang lebih 10 tahun, aku rasa dia datang ke sini ketika aku dalam kandungan ibuku.

"Baju ini adalah milik seorang perempuan yang sangat mencintai hutan. Sepanjang hari sepanjang malam dia berkeliling hutan. Dibuatnya pondok kecil di atas pohon tempat dia tidur bersama burung-burung hantu dan juga monyet-monyet. Anjing-anjing hutan menjadi teman bermainnya sehari-hari. Dia sangat senang tinggal di hutan itu, hingga suatu hari, perempuan itu menemukan seorang laki-laki yang juga sangat mencintai hutan. Sama seperti dia, hanya saja, laki-laki ini belum tinggal di hutan."

"Apakah di hutan itu ada makanan?"

"Ya, di hutan banyak sekali makanan, ada sayuran, ada buah-buahan dan juga ada umbi-umbian. Kamu bisa membuat ikan bakar, membuat sate ayam dan juga membakar burung. Lezat sekali."

"Wow. Lalu perempuan dan laki-laki itu, apakah mereka memberikan bajunya padamu?"

"Iya, tapi dengarkan dulu ceritanya. Perempuan dan laki-laki itu kemudian menikah lalu bersama-sama tinggal di hutan. Tak lama perempuan itu mengandung seorang bayi. Sayangnya, ketika saat melahirkan, suaminya sedang pergi ke kota membeli kebutuhan dan tidak ada saat istrinya melahirkan. Dan ternyata, perempuan itu akhirnya harus meninggal karena kelahiran putranya tidak berjalan sebagaimana seharusnya." Paman Fulan tersenyum sangat samar.

"Lalu apakah anaknya masih hidup? Apakah anaknya bertemu dengan ayahnya?"

"Iya, anaknya masih hidup. Monyet-monyet dan anjing-anjing yang baik hati membawa anak itu pergi dan sampai saat terakhir, bayi itu tidak bertemu dengan ayahnya." Paman Fulan berhenti bercerita, dielus-elusnya kepalaku yang mulai gondrong.

"Bayi itu tumbuh besar dan hidup di dalam hutan bersama monyet-monyet dan anjing-anjing. Setiap hari berlarian kesana kemari bersama-sama. Mereka tumbuh besar dan menua bersama, hingga anjing-anjing dan monyet-monyet yang membersamainya sejak bayi mati satu per satu."

"Si bayi yang beranjak besar mulai berfikir, hewan apakah dia? Orang tuanya siapa? Apakah ada makhluk yang seperti dia? Kenapa dia hidup bersama monyet dan anjing dan hewan-hewan hutan yang tidak ada yang seperti dia?"

"Kasihan bayi itu."

"Iya, kasihan. Sampai pada akhirnya dia berjalan terus menerus berkeliling hutan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Lama sekali dia berjalan dan sangat jauh sampai akhirnya dia sampai di sebuah perkampungan. Di sana dia melihat mereka semua, sekumpulan manusia! Iya, makhluk yang sama seperti dia. Dia sangat senang sekali tapi dia sama sekali tidak mengerti apa yang orang-orang itu lakukan dan bicarakan."

"Sepanjang hari dia mengamati orang-orang itu berusaha mencerna, dia ingin bersuara tetapi tidak bisa. Jadi dia hanya mematung disitu sampai pada akhirnya ada orang-orang yang datang membawanya pergi dan menjadikannya seperti manusia yang lain."

"Apakah bayi itu adalah, Paman?"

Paman Fulan hanya tersenyum tanpa memperlihatkan giginya, tanda bahwa jawaban atas pertanyaanku adalah benar. Paman Fulan setiap hari menceritakan kisah baru kepadaku dan selalu membuatku bertanya-tanya. Terkadang ceritanya sangat ajaib sehingga aku tahu cerita itu hanya karangan dia saja. Tetapi terkadang ceritanya begitu dapat aku percaya, sehingga aku berfikir bahwa dia sedang menceritakan orang yang ada di sekitarku, atau bahkan tentang dirinya sendiri. Setiap kali aku bertanya, jawabannya selalu membuatku berpikir keras, tetapi aku bisa merasakan apa jawaban yang ingin diberikan Paman Fulan. Aku mungkin terdengar sok tahu, tapi kurasa aku benar tentang hal itu.

Pernah suatu kali Paman Fulan bercerita tentang bagaimana cara dia menemukan teknik menganyam bambu yang baik dan benar. Katanya dia memperoleh ilmu menganyam itu dari seorang nenek-nenek tua yang memberikannya ilmu lewat mimpi. Di mimpinya itu, dia diajari cara meraut bambu tanpa menyentuh dan tanpa tenaga. Lalu dia bilang, nenek-nenek itu kenal dengan aku, makanya aku jadi rajin datang ke pondok Paman Fulan dan membantu dia meraut bambu-bambu yang sudah dia belah-belah. Aku tahu dia mengarang penuh cerita itu, walaupun pada kenyataannya dia berhasil meraut bambu tanpa menyentuh dan tanpa tenaga, karena akulah yang megerjakannya. Sungguh jenius bukan?

"Jadi baju itu adalah baju ibunya Paman?"

Lagi-lagi Paman Fulan hanya tersenyum seperti sebelumnya. Dia lalu mencium baju itu, dan memasukkannya kembali ke dalam peti.

"Kamu tahu, Danar, manusia itu diberikan akal dan perasaan oleh Tuhannya sehingga dia itu bisa berfikir dan merasakan. Manusia dari hutan itu pada akhirnya bisa berbicara seperti kita, bertingkah laku seperti kita dan hidup seperti kita. Seperti bayi yang awalnya tidak bisa berbicara, berjalan dan berhitung, manusia ini bertahun kemudian akhirnya menjalani hidupnya benar-benar sebagai manusia."

"Apakah manusia yang berasal dari hutan itu adalah Paman? Hahaha. Menurut kamu, apakah mungkin ada bayi yang dirawat oleh monyet-monyet dan anjing-anjing sampai besar?"

"Ya mungkin saja, Paman. Anjing-anjing dan monyet-monyet itu kan baik." Paman Fulan tergelak mendengar jawabanku.

"Kalau begitu, mungkin saja bayi itu adalah paman."

"Suatu saat nanti, apakah paman akan tinggal di hutan?"

"Tentu tidak. Paman akan terus di sini sampai paman memiliki anak cucu."

"Hahahaha! Kalau begitu Paman harus menikah!"

"Iya, nanti paman akan menikah setelah paman memiliki kartu-kartu itu. Kartu-kartu manusia, kartu yang harus paman urus supaya paman bisa disebut manusia seutuhnya," jawabnya sambil tersenyum sangat lebar.

Aku tertawa mendengar kalimat terakhirnya, karena aku melihat Paman Fulan adalah laki-laki yang utuh tidak kurang satu apapun. Bahkan banyak sekali gadis-gadis yang tertawan wajahnya yang rupawan. Hanya saja, kata orang-orang, kalau dia mau menikah minimal dia punya KTP dan KK, sedangkan nama pun Paman Fulan tidak punya. Ah urusan orang tua terkadang memang rumit.

Sunday 29 October 2017

Bapak

Saya mengenal seorang laki-laki yang sangat galak
Kaku dan suka marah-marah
Tidak ada satu orangpun yang saya kenal
Yang berbaur bersamanya
dan tidak pernah kena marah

Namun,
Dia adalah laki-laki yang penuh dengan cinta yang pernah saya kenal
Dia adalah laki-laki yang penuh tanggung jawab yang pernah saya kenal
Dia adalah laki-laki yang penuh perhatian yang saya kenal
Dia adalah laki-laki yang paling teguh pendirian yang saya kenal
Dia adalah bagi ribuan orang yang pernah saya kenal dan tanpa pamrih

Dia adalah seorang guru yang sebenar-benarnya
Dia adalah seorang pembelajar yang sesungguhnya

Dia adalah bapak
Bapak saya
Yang saya cintai

Saturday 28 October 2017

Ibuk

Ibuk adalah panggilan saya kepada ibu saya. Seorang perempuan yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan sejuta kegiatan lainnya untuk saya komplit dengan limpahan kasih sayangnya. Seorang perempuan sederhana yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya, terutama kami, anak-anaknya.

Saya akan memperkenalkan teman-teman semua pada ibu saya. Namanya Endang, lahir pada tahun 1954, silahkan hitung sendiri berapa usia beliau (seandainya masih hidup saat ini). Ibu saya asli orang Ngawi, Jawa Timur. Ibu saya dua bersaudara seayah dan seibu dengan kakaknya, dan memiliki 5 saudara seayah berbeda ibu. Ibuk kecil menjadi piatu pada usianya yang ke 3,5 tahun.

Suatu ketika, bapaknya ibuk kecil ingin menikah lagi dengan seorang wanita, dimana wanita itu adalah anak angkat dari suami istri yang tidak dikaruniai anak. Untuk menggantikan anak angkat yang dinikahi oleh bapaknya, ibuk kecil kemudian diangkat menjadi anak dari mertua bapaknya tersebut. Dan sejak saat itu, orang tua dari ibuk adalah kakek dan neneknya tersebut. Dan kelak kakek nenek itu juga yang saya kenal sebagai kakek dan nenek saya.

Ibuk menempuh pendidikan di SR dan PGA 4 tahun di Ngawi. Dimana ketika PGA itulah ibuk bertemu dengan bapak yang saat itu adalah guru di PGA. Hingga kemudian ibuk dan bapak menikah dan tinggal di rumah orang tua bapak. Ibuk adalah menantu kesayangan di rumah bapak, dimana waktu itu ayahnya bapak sudah meninggal jadi tinggal ibu dari bapak yang masih ada. Ibu merawat mbak putri dengan sangat baik dan mbah putri juga sangat menyayangi ibuk. Setiap kali membutuhkan seseorang, mbah putri selalu mencari ibuk sampai saudara-saudara bapak menjadi cemburu. Haha. Hingga kemudian mbah putri pun meninggal dunia.

Ibuk lulus PGA, tetapi tidak pernah melihat ijazahnya. Iya, beliau tidak mengurus sampai selesai ijazahnya tersebut. Bapak yang berkomitmen menafkahi keluarganya tidak membiarkan ibuk ikut bekerja, tugas ibuk adalah mengurus rumah dan keluarga kami. Tiga tahun setelah menikah, bapak dan ibuk baru dikaruniai putra, kakak pertama saya. Empat tahun kemudian, putri kedua lahir. Sayangnya, kakak kedua saya ini hanya berumur 2 bulan lalu kemudian meninggal dunia. Betapa sedihnya hati ibuk dan bapak sampai masih sering menangis bertahun kemudian. Dua tahun setelah itu, lahir kakak ketiga saya, cowok. Dua tahun setelahnya, baru saya lahir dan disusul adik saya dua tahun setelah saya lahir. Iya, kami lima bersaudara dan sekarang tinggal  empat bersaudara.

Ibuk adalah wanita biasa saja yang setiap hari kegiatannya adalah memasak, membersihkan dan merapikan rumah serta mengurus anak-anak dan suaminya. Ibu adalah wanita cerdas yang setiap malam tidak pernah absen mengajari kami banyak hal, membaca, menulis, mengaji, sholat dan bernyanyi. Ibu adalah wanita yang pintar memasak, tetangga, saudara dan tamu yang pernah datang ke rumah saya saksinya. Dan asal kamu tahu, saking istimewanya masakan ibuk, saya bisa membedakan mana masakan ibuk dan mana masakan orang lain ketika banyak masakan diletakkan di suatu meja.

Kami berempat sudah bisa sholat komplit dengan bacaannya dan membaca alquran sebelum kami masuk TK. Kami sudah pandai menulis sebelum masuk TK juga. Menyanyi? Wah, saat teman-teman belajar menyanyi di TK, kami sudah hafal semua lagi yang sedang diajarkan. Ibuk memang luar biasa.

Ibuk juga mengajari kami melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring, mencuci baju, menyapu, dan juga memasak. Kami harus mahir menyapu dan mencuci piring saat SD. Dan ketika mulai memasuki SMP, kami harus sudah bisa mencuci baju kami masing-masing. Tanpa kecuali. Saya mampu mengikuti pendidikan itu, tapi...ternyata saya juga baru bisa keramas sendiri ketika masuk SMP. Hahahahaha, sungguh terlalu saya ini.

Saya sering terkenang ibuk,

Saya terkenang setiap pagi ibuk akan membangunkan kami dengan suaranya yang berasal dari dapur.

Saya terkenang ibuk yang setiap malam sehabis magrib membaca alquran di ruang tamu sambil masih menganakan mukena sepulang dari musholla.

Saya terkenang ibuk akan terlihat sedang memasak ketika saya pulang sekolah sewaktu SD. Jika ibuk membuat bubur kacang hijau hari itu, saya akan melihat pawon yang tidak dimatikan ketika ibuk selesai memasak dan menyapu seluruh dapur, karena di atasnya sedang dimasak kacang hijau yang lama sekali untuk bisa empuk. Dan nanti sore, kami akan menikmati bubur kacang hijau (bercampur beras) yang super lezat dengan kuah yang bercampur parutan kelapa (karena perasan santan yang terikut). Terkadang, ibuk menambahkan potongan ubi jalar dan irisan jahe di bubur itu.

Saya terkenang terkadang di malam hari ibuk memasak lagi makanan karena bapak ingin masakan yang lain dari yang ada di meja makan. Saat itu ibuk sangat kreatif, entah bagaimana caranya ibuk bisa menyulap sebuah jenis makanan baru dari bahan-bahan yang entaha bagaimana caranya ibuk bisa dapatkan (jaman dulu tidak ada kulkas di rumah penduduk ya).

Saya terkenang setiap kali sore hari sehabis mandi, ibuk menggambar alisnya dengan garis kurus melengkung dan memakai lipstik merah. Cantik sekali ibuku.

Saya juga terkenang sewaktu TK dan SD, setiap habis mandi pagi saya didandani oleh ibuk, dipakaikan baju, disisir rambut (dikepang, dikuncir atau di gelung) karena rambut saya yang panjang bukan main. Kemudia diakhiri dengan disuapin nasi pecel dan berangkat sekolah.

Saya juga ingat bahwa saya sering sekali sakit saat ujian catur wulan, sehingga saya harus mengikuti ujian susulan, saat itu ibuk akan mengantarkan saya ke sekolah dengan sepeda. Dan kaki saya diikat di sepeda di bawah sadel supaya kaki saya tidak khawatir terkena jeruji.

Sampai kemudian saya beranjak ABG dan SMA. Saya bersekolah di luar kota saat itu. Ibuk terkadang menelepon saya melalui telepon tetangga kost. Padahal untuk menelepon saya, ibuk harus menempuh jarak kurang lebih 5 kilometer dari rumah sampai ke wartel terdekat. Tidak banyak yang dibahas, ibuk biasanya hanya menanyakan kabar saya dan bagaimana sekolah saya, lalu apakah saya masih punya uang untuk makan dan seterusnya.

Selama ngekost, saya pulang sebulan/dua bulan sekali. Setiap pulang ibuk akan membekali saya dengan beras, kering tempe dan sambel terasi matang. Masakan ibuk itu akan habis satu sampai dua minggu ke depan. Saya jadi kangen dengan sambel terasi ibuk T.T

Bapak saya meninggal saat saya baru saja lulus SMA. Dan sejak itu, ibuk seperti orang asing. Ibuk seperti orang agak gila, pendiam dan tidak mau keluar rumah. Hampir setahun ibuk seperti itu dan baru mau keluar ketika saya minta ibuk mengantar saya ke Surabaya mengurus proses saya pindah kuliah ke Jakarta.

Tak banyak cerita yang saya alami dengan ibuk sejak saya tidak lagi tinggal di rumah, saya hanya pulang beberapa kali dalam setahun sejak SMA itu hingga kemudian saya kuliah di Surabaya dan Jakarta dan kemudian menikah dan tinggal di Jakarta saat ini.

Kami hanya sering bercakap lewat telepon sampai di hari tuanya. Beberapa kali pulang dan beberapa kali juga ibuk mengunjungi saya (yaitu saat saya melahirkan anak pertama saya, melahirkan anak kedua saya dan terakhir ketika ibu mendaftar haji yang tidak sempat berangkat).

Ibuk adalah orang yang sangat sabar penuh kasih sayang, semua saudara keluarga besar dan tetangga saya sayang pada ibuk. Ibuk adalah tetangga yang sangat rajin berbagi dan tidak pernah menolak jika dimintai tolong. Bahkan jika ibuk sendiri pun tidak bisa membantu, dia akan tetap memberikan bantuan semampunya.

Saya tidak sedang memuji-muji ibuk, karena tanpa saya puji, memang seperti itulah ibuk. Wanita luar biasa dengan segala kesederhanaanya. Quote ibuk yang paling saya ingat adalah : Gusti Allah sing mbales, Gusti Allah mboten sare. Biarlah Allah yang membalas dan Allah tidak pernah tidur.

Kenangan akan ibuk tidak akan pernah habis jika saya tuliskan di sini, di kepala dan hati saya, kenangan itu seperti pasir yang memebuhi botol, penuh dan padat. Kenangan yang akan saya bawa sampai seumur hidup saya.

Ibu saya meninggal pada tanggal 18 Oktober 2015 di Rumah Sakit Panti Waluyo Caruban setelah dirawat beberapa hari karena stroke. Stroke yang tiba-tiba terjadi di suatu sore. Ibuk yang semenjak ditinggal bapak ternyata didiagnosa memiliki penyakit diabetes melitus type II akhirnya meninggalkan kami semua selepas sholat maghrib dengan sangat tenang. Insyaallah ibuk khusnuk khotimah dengan banyak sekali amal jariyah yang menemaninya. Amiiiin ya robbal alamiin..

Friday 27 October 2017

Ketika Nganu Menjadi Hiburan

Biasanya, saya jarang nonton TV. Namun akhir-akhir ini saya mulai kembali menonton TV hampir setiap malam menjelang tidur bahkan sampai tertidur dan TV saya nyalakan mode sleep. Bukan apa-apa, terkadang saya takut memejamkan mata, dan suara dari TV itu membuat saya merasa ada kawan sehingga lebih mudah memejamkan mata untuk tidur. Acar yang saya tonton tak lain dan tak bukan adalah acara Stand Up Comedy. Setelah seharian bekerja dan berfikir, saya pikir sebaiknya melemaskan pikiran dengan sesuatu yang lucu seperti Waktu Indonesia Bercanda dan Stand Up Comedy ini.

Sehari-dua hari saya menonton dengan biasa saja, tidak ada pikiran yang mengganjal. Sampai pada suatu ketika saya merasa ada sesuatu yang salah. Dan kemudian seperti biasa saya mulai "berbicara" pada diri saya sendiri. Jadi selama ini saya menertawakan orang yang mengolok-olok orang lain. Itulah yang menurut saya membuat SUC ini menjadi agak salah. Memang tidak semua materinya berisi olok-olok, tetapi banyak yang membuat lelucon dari olok-olok ini.

Duh dek, piye iki? Padahal aku suka nontonnya. Hiks

Dan saya pun sebagai orang yang (sok-sokan) suka nulis, akhirnya menantang diri sendiri untuk membuat skrip/materi SUC, sekaligus membuktikan apakah memang susah mencari materi lucu yang tidak berisi olok-olok. Tantangan yang ternyata membuat saya terdiam lama di depan dekstop tanpa mengetik apa-apa. Mungkin memang susah, atau memang sayanya aja yang tidak pandai melucu.

Sebetulnya tidak cuma di SUC ya, bahkan OVJ dan Fesbuker sudah lebih dulu dicap menjadi tontonan yang tidak baik oleh netizen, kalau SUC sejauh ini masih aman. Olok-olok, pembullyan atau bahkan memaki-maki orang lain dijadikan lelucon dan hiburan kita sehari-hari. Bahkan kalau di media sosial, sempat viral foto-foto dan screen capture percakapan anak SD dengan "pacarnya" dimana mereka bertingkah seperti orang dewasa. sebagian besar orang merasa itu lucu, sebagian yang lain merasa sedih dan miris.

Jadi, setelah seharian capek bekerja, lelah berfikir, lalu kita pulang dan mencari hiburan kemudian kita akan mendapatkan hal-hal nganu yang diharapkan akan membuat kita rileks. Dan semenjak saya berfikir "ada yang salah" itu, saya kok jadi malah berfikir lagi, bukannya rileks. #duhDek

Mungkin memang sebaiknya saya kembali lagi ke buku. Menjadikan buku sahabat karib dalam suka, duka, dan gegana (gelisah galau merana). Nah masalahnya, saya kalau sudah baca buku sulit berhentinya sampai kadang lupa waktu dan urusan lainnya. #DuhDek.

Ah sepertinya ada yang salah dengan saya juga.

Mitch Albom dan Bukunya

Pernah mendengar buku Tuesday With Morrie? Five People You Meet in Heaven? Time Keeper? For One More Day? Have a Little Faith? Itu semua adalah karya-karya Mitch Albom, penulis favorit saya yang berasal dari New Jersey, Amerika Serikat.

Mitch Albom adalah salah satu penulis yang mengangkat sisi kemanusiaan dan kerohanian manusia pada umumnya. Hampir semua buku-bukunya isinya akan membuat kita baper dan tersentuh sisi kemanusiaan kita. Seperti Tuesday With Morrie, sebuah memoar yang dia tulis dimana dia menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan mantan dosennya semasa kuliah, Morrie Schwartz, seorang profesor Sosiologi di Brandeis University. Dimana waktu itu Morrie terjangkit amyotrophic lateral sclerosis (ASL), sebuah penyakit ganas yang menyerang sistem saraf. Dia menjadwalkan sebuah "kuliah kehidupan" dari seorang Morrie yaitu setiap hari Selasa. Buku ini sukses membuat saya tersentuh dan belajar sangat banyak tentang kehidupan dan kemanusiaan. Salah satu kalimat favorit saya di buku ini adalah ketika dia menggambarkan Morrie sebagai sosok yang hangat dimana ketika dia tersenyum, ia seperti baru mendengar kelakar paling lucu di dunia. Saya sampai membayangkan bagaimana senyum Morrie dan berusaha menconteknya. Buku-buku Mitch selalu membuat saya banyak belajar tanpa merasa digurui, membuat saya merasa harus menjadi manusia yang baik dan benar tanpa merasa dipaksa. Buat saya, hampir semua karya Mitch itu luar biasa.

Menurut Wikipedia, karya paling berhasil Mitch Albom adalah bukunya berjudul Tuesday With Morrie. Karyanya yang berjudul For One More Day yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 menjadi buku bestseller versi The New York Times selama 9 bulan. Karyanya berjudul Five Peoples You Meet in Heaven juga merupakan keberhasilan dengan terjualnya lebih dari sepuluh juta kopi dan diterjemahkan dalam 35 bahasa. Tiga novel yang telah dia tulis telah difilmkan, termasuk Satu Hari Bersamamu dan Oprah Winfrey menjadi produsernya pada tahun 1999.

Mitch Albom yang saat ini berusia 59 tahun mengawali karir menulisnya sebagai penulis lepas untuk beberapa media massa di New York, melanjutkan karir menjadi penulis tetap untuk beberapa media di Florida dan kemudian menjadi jurnalis olah raga setelah dia pindah ke Detroit. Saat ini, Mitch bekerja untuk radio WJR dan juga sering muncul dalam on ESPN Sports Reporters and Sports Center.

Mitch menempuh pendidikannya di Universitas Brendeis di Waltham, Massachusetts dalam bidang Sosiologi, mungkin itulah salah satu alasan kenapa Mitch sangat lihai melihat sudut-sudut kecil kehidupan sehingga buku-bukunya sarat dengan "pelajaran kehidupan". Mitch juga melanjutkan pendidikan magister dari Columbia University’s Graduate School of Journalism dan diikuti dengan mendapatkan gelar MBA dari Columbia University’s Graduate School of Business. Latar belakang pendidikan inilah yang mungkin membuat tulisan-tulisan Mitch terasa cerdas dan keren, pendidikan sosiologi, jurnalisme, ditambah manajemen, perpaduan yang sangat bagus menurut saya.

Ada satu hal lagi yang membuat karya Mitch begitu mempesona, ternyata dia adalah seorang seniman juga. Pada masa remajanya Mitch belajar piano dan menjadi anggota beberapa grup musik. Bahkan dia juga menulis dan membuat rekaman beberapa lagu. Terlebih lagi, dia menyelesaikan kedua gelar magisternya dengan biaya dari pekerjaannya sebagai pemain piano. Paket komplit, penulis, penulis lagu, pemain musik, penampil televisi sekaligus pengisi radio, Mitch, salah satu penulis favorit saya sampai saat ini.

Wednesday 25 October 2017

Sikap

Kemarin di timeline media sosial saya ramai tentang perusahaan ekspedisi yang mengadakan gathering namun menyajikan minuman keras disana. Selain itu ditampilkan juga video dimana ada beberapa tamu (atau petinggi perusahaan?) yang sampai mabuk di acara itu. Lalu ramai-ramai banyak yang mengambil sikap untuk berhenti menggunakan ekspedisi tersebut.

Beberapa postingannya tentang pernyataan sikap, namun ada juga yang berupa pernyataan sikap dan "ajakan tersirat" kepada orang lain untuk juga berhenti menggunakan ekspedisi tersebut.

Saya hampir setiap hari mengirimkan barang entah itu barang pribadi atau dagangan untuk dikirimkan ke customer. Dulu saya merasa agak repot ketika harus mengantarkan barang ke kantor ekspedisi yang saya gunakan. Sampai suatu ketika perusahaan ini muncul, dimana dia memberikan layanan jemput barang tanpa minimal paket. Saya merasa sangat terbantu, dan alhamdulillah selama ini dari sekian banyak transaksi hanya ada 2 paket yang bermasalah dalam pengiriman. Selebihnya, barang datang sesuai prediksi atau kadang lebih cepat.

Begitu ramai tentang acara gathering itu kemarin, ada yang bertanya kepada saya, apakah masih akan menggunakan ekspedisi tersebut?

Saya jawab iya. Karena kelakuan pimpinan perusahaan atau tamu mereka itu tidak mengganggu saya, apalagi dalam hal ini saya tidak melihat langsung kejadian (situasi dan kondisinya) dan hanya membaca dari media sosial yang sumbernya adalah "hanya 2 akun" yang dishare banyak orang. Kedua, saya pun tidak sebegitu detail juga terkait acara-acara atau kegiatan atau visi misi perusahaan ekspedisi lain yang ada di lingkungan saya yang lain (selain ekspedisi ini). Ketiga, ilmu saya mungkin belum sampai untuk hal muamalah ini, jadi saya akan belajar terus insyaallah.

Selama ini saya menggunakan semua ekspedisi yang ada di lingkungan saya kok, tergantung mana yang mudah saya jangkau, jadi sikap saya adalah tetap seperti itu. Hehe. Tetap menggunakan ekspedisi apa saja sepanjang mudah saya jangkau dan bisa membantu saya mengirimkan barang saya kepada penerima. Begitu.

Dan saya tidak akan mengajak atau melarang siapapun untuk memakai ekspedisi mana :)

"Dari
penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa keputusan memberlakukan
boikot, atau yang sering disebut dengan istilah embargo, adalah wewenang
pemerintah Muslim. Ada pun masyarakat biasa, siapa pun orangnya, tidak
dibenarkan berbuat lancang mendahului keputusan pemerintahnya, agar
tidak terjadi kekacauan karena lepas kontrol. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab."
Dikutip dari sini.

"Boleh melakukan transaksi dengan mereka dalam perdagangan, sewa menyewa dan jual beli barang, selama alat tukar, dan barangnya dibenarkan menurut syari’at Islam."
Dikutip dari sini.

Pentingnya Informasi Alergen

Sebagian kecil dari manusia yang ada di bumi ini memiliki alergi atau resisten terhadap sesuatu. Anak saya salah satunya sejauh ini yang kami ketahui memiliki alergi terhadap susu dan produk-produk turunannya. Dia tidak bisa memakan atau bahkan bersentuhan dengan bahan-bahan yang mengandung susu dan semua produk turunannya.

Kalau bersentuhan efeknya apa? Pada anak saya, kalau sekedar bersentuhan saja efeknya adalah gatal-gatal dan bentol kemerahan. Kalau sampai termakan, efeknya lebih dahsyat, mulai dari mulut dan mata bengkak merah berair yang rasanya panas dan gatal, sampai ke diare, muntah-muntah dan pernafasan sesak karena tertutup lendir. Sedih ya. Karena itulah sejak bayi saya rajin membaca label semua produk yang saya beli.

Nah, tadi malam di media sosial saya mengunggah postingan tentang salah satu produk durian beku yang di labelnya mencantumkan komposisi hanya daging durian. Merasa aman dengan produk tersebut saya memberikannya untuk anak saya. Saya beli di dekat kantor saya lalu saya bawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh.

Ini cerita saya :
--------------------------------------
Hari ini pulang kantor bawa oleh-oleh b**duren buat upin ipin. Gue baca komposisi : daging durian. Oke, aman lah ga ada susunya..cuss..

Sampai rumah adeknya udh tidur. Tinggal si kakak.

B : assalamualaikum. Bunda bawa duriaan!!

I : apakah rasanya seperti durian?


B : iya dong, kan ini durian beku

I : apakah aku bisa cobain? 😯😯

B : iya bisa lah, ayo kita icip..

Karena perjalanan dari kantor ke rumah cukup lumayan...b**durennya udh cair..jd gue colekin b**duren yg nempel di tutupnya seuprit buat diicip si kakak. Bener bener seuprit. Trus b**durennya gue tutup dan masukin ke freezer biar beku lagi.

I : waaah..rasanya seperti durian 😄

B : ya emang ini durian kaakk.. kakak suka durian?

I : iyaa 😄😄

Semenit kemudian. Si kakak lompat2, meringis sambil megangin bibir.

I : bunda, mulutku panas sekali.. 😧😧

B : coba sini bunda lihat 😨😨

Beneerr..bibirnya mulai bengkak 😭😭😭
Waduuhh..

Ngubek2 kulkas bentar, ada cetirizine. Langsung gue minumin tuh obat. Alhamdulillah langsung kempes 😢😢

Yg alergi susu sapi, kalau mau cobain b**duren colekin dulu ya..
Soalnya melihat reaksi begini gue sih menduga ada kandungan susunya.. 😐😐
Soalnya anak anak tuh dah beberapa kali makan durian asli dan tidak kenapa kenapa..
--------------------

Setelah postingan itu mulai rame, ada dua orang yang mengatasnamakan produsen produk tersebut yang mengirimkan komentar di postingan saya tersebut. Mereka meminta maaf sekaligus berterima kasih karena telah diberikan informasi dan masukan serta klarifikasi bahwa ternyata benar, pada produk tersebut terdapat kandungan susu yang mereka gunakan sebagai penstabil rasa untuk jaminan rasa dan kualitas produknya.

Well, trus kenapa gak dicantumkan???

Setau saya, ada aturan BPOM tentang apa saja yang harus dicantumkan dalam kemasan makanan olahan yang salah satunya adalah kandungan alergen.

Ini sangat penting karena alergi itu kalau sudah parah bisa mengakibatkan kematian. Bahkan di film-film detektif tentang kejahatan, informasi alergi seseorang bisa dipakai untuk menyusun rencana pembunuhan. Misalnya ingin membunuh orang yang memiliki alergi kacang, tinggal kasih dia makanan berkacang. Misal untuk berbuat jahat pada orang yang alergi serbuk bunga, tinggal kirim karangan bunga. Begitu gawatnya masalah ini.

Untuk produsen makanan yang sudah besar, biasanya sudah mencantumkan informasi alergen ini di kemasan-kemasan produknya. Namun untuk perusahaan kecil dan UMKM biasanya belum mencantumkan, at least kalau dia menuliskan komposisi lengkap produknya, itu sudah bisa meminimalisir kemungkinan termakan oleh orang yang alergi. Bagaimana jika komposisinya pun tidak lengkap?

Semoga ke depannya produsen makanan olahan semakin aware dengan informasi penting seperti ini. Dan instansi pengawas terkait juga semakin giat memberikan arahan kepada masyarakat tentang pentingnya pencantuman informasi alergen ini.

Sekian curhatan ibu-ibu yang tau gimana rasanya panik anaknya pernah bernafas seperti ikan di daratan gara-gara alergi,
yang tahu gimana rasanya sesak karena ngeliat anaknya pernah menangis tapi bingung harus gimana karena panas gatel sekujur tubuh gara-gara alergi.

:)

Monday 23 October 2017

Bakso Beranak

Ada yg kangen sama cerita upin ipin. Nih dikasih 👧👧

Tadi pulang kantor hujan, mampir JnT ngirim pesenan sambel. Suami nunggu juragan sambel sambil beli bakso yg lewat. Ternyata, itu bakso beranak. Waaahh..saya ingat upin ipin belum pernah nih makan bakso beranak, yowes bungkus 3 deh buat upin, ipin dan kak ros..

Sampai rumah :
B : bunda bawa bakso beranaakk!

U : waaahhh..apakah ada anaknya? 😨😨

B : iya doongg

I : apakah anaknya keciiillll? 😯😯

B : iyalaahh

U : apakah baksonya melahirkan? 😕😕

B : iya, nanti kita bedah dulu yaa... (sambil belahin bakso)

I : waah baksonya seperti bundaaaa!! Baksonya melahirkan seperti bundaaa!! 😄😄😄

U : bunda, bakso itu hidupnya dimana?

B : di panci

U : kenapa sekarang di potong diam saja, apakah sudah meninggal?

B : iya kan sudah direbus

I : apakah telur juga hidupnya di panci? Kok di baksonya juga melahirkan telur..

B : hmm....bisa juga..

I : bunda, potongkan ibunya bakso

B : anaknya sudh dimakan?

I : belum, aku baru makan bayinya, kalau anaknya belum dimakan!
(bayi itu yg di dalam, anak yg kecil di luar 😂😂😂)

U : bunda, apakah baksonya itu seperti kita?

I : iyaa..baksonya dilahirkan sama bundanya seperti kita

B : 😌😌😌😌😌😌

Dan satu porsi semangkok besar bakso, masing-masing anak habis lho..

Akhir kata :
"Bunda, nanti kita beli bakso beranak lagi yaaaa!"

😘😘😘😘

Daya Tahan

Someday, ada yang cerita pada saya. Tentang suaminya yang tidak bertindak sebagaimana layaknya suami. Sering berkata kasar bahkan mengusir dia dari rumah.

Mungkin kalian berfikir, suaminya berlaku demikian karena dia banyak uang? No. Bahkan suaminya ini juga ternyata tidak memberi istri dan anak-anaknya nafkah yang layak. Istrinya ini banting tulang mencari uang dengan melakukan apa saja, ojek, dagang, semua dilakoninya.

Sering kali si istri harus tidur di gudang karena dia terkunci di luar. Sementara suaminya? Ya jelas tidur di dalam kamarnya.

Dalam posisi seperti itu, si istri tetap mau bertahan. Daya tahannya kuat sangat.

Saya pun tidak habis pikir, apa yang diharapkan dari suami macam itu, tapi dia tidak. Dia bilang, "kalau kamu ada di posisi aku, mungkin kamu juga akan bertahan".

Hmm..apakah suaminya dekat dengan anak-anaknya? Ho, ternyata tidak juga.
Apakah suaminya baik dan dekat dengan orang tua istri? Apalagi itu, ternyata sama sekali tidak.

Aduh.

Mungkin daya tahanku memang gak sebesar dia.

Saturday 21 October 2017

Maida

Maida, hidup ini tidak rumit
Cukup kamu sadar sedikit
Bahwa untuk bahagia itu tidaklah sulit

Maida, hidup itu bukan tentang cantik
Karena apapun bagiku kamu cantik
Dan jelek itu hanya kiasan!

Maida, lelah itu sudah niscaya
Tak usah kau membuatnya semakin terasa
Dengan mengeluhkannya kemana-mana

Maida, cukupkan keluhanmu sampai sini
Tak ada lagi jawabku kini
Kalau kau ingat umur
Cukupkan dengan sabar dan syukur

Maida,
Akupun tak pernah sesabar ini
Tapi mendengarmu
Aku merasa dikuliti

Maida,
Terima kasih dan terimalah kasihku

Jalan Itu Banyak

Asalnya adalah kalimat "Banyak Jalan Menuju Roma", jadi jalan itu banyak. Dan dengan adanya banyak sekali jalan itu, alternatif rutenya tentu sangat banyak. Satu yang pasti, tidak semua jalan yang ada harus dan bisa kita lewati. Fyuh, panjang ya?

Intinya, dalam hidup ini kita punya rute kita masing-masing. Dan kita tidak mungkin melewati semua rute yang ada di kehidupan ini. Jadi, nikmati saja rutemu, supaya ketika kamu sampai di tujuanmu nanti, kamu akan bangga, punya kenangan dan seluruh waktumu bisa kamu pertanggungjawabkan.

Bayangkan jika kita berjalan di rute kita, tetapi pandangan kita fokus memperhatikan rute orang lain. Kita sibuk melihat orang lain menjalani rutenya, sampai kita tidak tau pemandangan indah yang ada di sepanjang rute kita sendiri. Kita tidak tahu betapa sejuknya lindungan pohon-pohon yang ada di rute kita, bahkan kita pun tidak tahu, di seberang sana ada seseorang yang iri melihat enaknya rute kita.

Aduh malah terlalu panjang saya membahas rute.

Sebetulnya saya cuma mau menyampaikan, ketika kamu berniat untuk diet, ingatlah bahwa di dunia ini ada banyak sekali makanan. Dan kita tidak harus menikmati semua makanan yang ada itu. Pilih makanan yang halal lagi BAIK. Ingat, jangan sekedar halal, tetapi juga BAIK!!

Mengantarnya Ke Alamnya

Di kampungku, seperti halnya di kampung-kampung di Pulau Jawa, masih banyak mitos dan kepercayaan terkait orang yang meninggal dunia. Banyak mitos, banyak juga adat istiadatnya, salah satunya adalah selamatan pada hari-hari tertentu setelah salah satu kerabat meninggal dunia. Selamatan dilaksanakan pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, setahun, dua tahun dan terakhir hari ke-1000. Terhitung 7 kali selamatan di luar tahlilan dari hari pertama sampai hari ke-7.

Selamatan biasanya dilaksanakan malam hari, dimulai habis maghrib atau habis isya dan berlangsung kurang lebih satu jam. Acara dimulai dengan tahlil, wirid lalu diakhiri dengan doa-doa.

Untuk selamatan itu, keluarga almarhum/almarhumah harus menyiapkan binat (uang), rokok, minuman, makanan yg disantap di tempat (snack dan makan besar), serta makanan yg dibawa pulang (berkat). Lumayan menguras kantong karena biasanya jumlah undangan kurang lebih sekitar 100 orang. Contoh susunan menunya adalah, begitu datang tamu disuguh rokok dan minuman komplit dengan snack beberapa macam. Setelah acara selesai, tamu disuguh makan besar misalnya nasi soto ayam. Setelah itu tamu diberikan "berkat" untuk dibawa pulang. Berkat itu sendiri terdiri dari nasi, lauk pauk komplit (mie goreng, oseng buncis, tempe orek, ayam goreng, tahu kecap, serundeng, rempeyek/krupuk, kue apem, telur rebus/ceplok).

Mereka berkeyakinan, pada hari-hari itu almarhum/almarhumah pulang kembali ke rumahnya. Harapannya, ketika dia pulang, keluarganya sedang mengingat dia, sedang bersedekah untuk dia. Dan nanti setelah 1000 hari, dia akan benar-benar kembali ke alam selanjutnya.

Beberapa kali saya pulang kampung untuk menghadiri acara-acara selamatan ini. Dan saya takjub, bukan hanya acaranya itu sendiri yg menjadi adat, bahkan sajiannya juga! Wow. Suatu saat saya lihat keluarga almarhum menyiapkan es untuk tamu, alasannya karena adat disana begitu, tamu disuguhi es! Hahaha.

Satu hal yang membuat saya sedih dengan adat ini adalah ketika keluarga almarhum kondisi ekonominya kurang. Mereka sampai menjual harta benda demi menyelenggarakan selamatan yang berkali-kali itu. Mereka memaksa mengadakan "sesuai adat" demi menghindari omongan dan perlakuan aneh tetangganya. Miris, bro, sis.

Di satu sisi, adat ini bagus untuk mempererat silaturahmi, membudayakan sedekah dan mengingatkan kita untuk terus berbakti. Tapi di sisi lain, untuk keluarga yang tidak mampu, adat ini seperti hukuman, ibaratnya sudahlah jatuh ditimpa tangga. Sedih.

But, itulah adat istiadat di sana, buat merubah semua itu mungkin bisa, tetapi tidak mudah, mungkin mendekati mustahil. Saya nggak tahu sampai kapan adat ini akan dijalankan di sana, but now, saya menikmati sangat, walaupun kadang berat.

Ditulis untuk memenuhi tantangan #ODOP.

Thursday 19 October 2017

Tabuh Subuh

Hari ini aku melihatmu
Kembali mendengar tabuh subuh yang lama kau biarkan berlalu

Tubuhmu bergetar pilu
Rasanya baru kali ini aku melihatmu kembali "pulang"

Tangismu dua hari lalu
Seolah mengatakan selama ini kamu terlalu jauh pergi

Kedatanganmu tiga hari lalu
Menunjukkan perjuanganmu yang ternyata salah jalan

Tabuh subuh pagi ini aku terharu
Kulihat bahkan kau sudah menyambutnya dengan sajadahmu yang lusuh
Kau pulang, Nak
Aku senang kau masih ingat pesanku saat kau pamitan tujuh tahun yang lalu
Sambutlah tabuh subuh,
sehingga kau tau kemana harus berlabuh.

Tuesday 17 October 2017

Motivator

Sepanjang perjalanan hidup saya, saya sering menjadi tempat curhat kawan-kawan saya. Pada posisi itu, seringkali saya merasa perlu memberikan saran-saran dan nasihat yang menurut saya baik. Itulah salah satu kesalahan saya dan sekaligus kelebihan saya. Itu kesalahan karena, sebetulnya sebagian besar orang yang curhat, menumpahkan isi hati adalah karena ingin didengarkan saja. Yang mereka butuhkan adalah seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi. Kelebihan ketika ada kawan yang memang pada saat bercerita bertujuan untuk mencari pemecahan masalah.

Di situ saya merasa sotoy.

Saya tanpa sadar berbicara padanya panjang lebar, menanyakan padanya ini banyak hal, mulai dari situasi dan kondisi, latar belakang, pihak yang terlibat, dan kejadian perkaranya seperti apa. Dalam hal ini saya merasa menjadi seorang psikolog sekaligus detektif. Hahahaha.

Dan entah berguna atau tidak, kawan-kawan saya banyak yang kembali lagi untuk curhat atau meneruskan kisah yang pernah mereka curhatkan pada saya.

Sampai beberapa kawan akhirnya bertanya, "Kamu nggak kepengen jadi motivator?"

Ugh! Siapalah saya ini. Hanya remah-remah rengginang di dasar kaleng Khong Guan. Serpihan kecil yang dikangeni dan selalu bertemu dengan orang-orang yang sedang mencari.
Dan tidak ada motivator yang lebih hebat dari diri kita sendiri! Ya, motivator terbaikmu adalah dirimu sendiri, kawan :)

Bukannya saya tidak ingin menjadi motivator, saat ini pun saya sering secara tidak langsung memotivasi kawan-kawan saya itu. Privat. Empat mata dan empat juta semangat.

Satu-satunya yang menjadi catatan saya ketika sedang melakukan sesi penerimaan curhatan, adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi kemudian semua ada di tangan kawan saya ini. Iya, tentu dengan seijin Allah.
Saya selalu mengingatkan kepada diri saya sendiri, satu-satunya yang bisa merubah nasib seseorang adalah dirinya sendiri, sehingga satu-satunya tugas saya adalah memberikan sedikit gambaran tentang apa yang kawan saya ini hadapi dan mengatakan kepada mereka, ini pilihanmu, terserah kamu pilih jalan yang mana.

Lucunya, pernah suatu hari beberapa kali ada kawan yang saya pun tidak kenal dia, tiba-tiba muncul di layar chat hape saya dan berkata ingin curhat. Wah! Siapa ini...
Sebagai seorang motivator amatir, saya pun mempersilahkan dia bercerita dan menyelesaikan ceritanya sampai tuntas. Kemudian saya bertanya hal-hal yang saya ingin ketahui dan kemudian memberikan kesimpulan dan saran. Well, saya sangat menikmati sesi ini.

Setelah selesai sesi penerimaan curhat, giliran saya yang deg-degan. Saya takut saya salah memberikan saran. Hahaha. Piye sih?

Ya begitulah motivator amatiran. Hahaha.

Monday 16 October 2017

Diet (Lagi)

Ngomongin diet buat gue adalah sesuatu yang membingungkan.
Masing-masing orang punya teorinya sendiri.
Si A bilang diet itu seharusnya ngurangin gula dan karbo.
Si B bilang diet itu seharusnya makan buah dan sayuran aja.
Si C bilang diet itu seharusnya makan protein hewani aja.
Si D bilang diet itu seharusnya boleh makan apa saja asalkan jumlahnya tertakar dan waktunya sesuai jam tubuh.

Dan masih ada huruf E sampai Z lhoh kalo mau disebutin semua.

Terus terang Hayati lelah, Mak

Semua diet itu punya satu kesamaan, yaitu sama-sama menimbulkan keterpaksaan.
Dan seperti kita semua tahu, keterpaksaan itu menyiksa.
Itulah sebabnya diet (penurunan berat badan) itu rawan gagal.
Kita semua gak suka disiksa. Well said ya kan?

Gue punya mimpi tentang diet ini.
Yaitu menciptakan diet yang sehat, enak dan gue senang menjalankannya.
Ada nggak?
Belum.
Tapi yang pasti, diet yang seperti itu, CUMA gue yang tau resep dan programnya.
Karena gue sendiri yang lebih paham sama diri gue. Bukan orang lain.

Mereka itu, orang-orang yang menciptakan dietnya masing-masing itu, ya..
Mereka itulah contoh yang sudah menemukan "jalan" mereka.
Dan semuanya beda-beda. Baik teori, praktek maupun hasilnya.

Singkatnya,
Kita harus mulai menyayangi diri kita sendiri.
Sayangi seluruh tubuh kita dengan memperlakukannya dengan penuh cinta.
Semua yang masuk ke tubuh, harus halal dan baik.
Satu lagi, jangan berlebihan.

Bismillahirrohmanirrohim...

Niat ingsun menyehatkan badan.
Karena sudah banyak keluhan.
Nyuwun pangestunipun sedoyo mawon..🙏🙏🙏🙏

Sunday 15 October 2017

Diet

Ini adalah puisi tentang diet

Sebuah wacana, yg seringnya membuat otak dan perasaan tidak seirama

Penyebab kekacauan psikis

Membicarakannya membuatku kesal

Kita sudahi saja.

Saturday 14 October 2017

Hujan Merindu Juni

Ini bukan bulan Juni
tapi hujan menemuiku hari ini
bertanya lagi tentang peristiwa kecil
yang kita lewati di bulan Juni

Angin mendingin dan berisik,
memaksaku terus mencarimu
melewati rinai hujan yg mengetuk kepalaku
Katanya, kau ada di dalam sana

Ah,
Kamu memang selalu berada di sana
dan akan selalu tersenyum
Semanis senyummu di bulan Juni itu
Ketika angin berisik,
dan hujan mengetuk kepalaku
seperti saat ini..

Friday 13 October 2017

Gelandangan

Orang-orang itu hilir mudik di depanku. Ada yang berdandan necis berdasi seperti orang kantoran, ada yang memakai baju seadanya sambil memanggul pengki dan cangkul, ada yang memakai pakaian harian seperti mau ke pasar ada juga yang tidak jelas dia maunya apa. Persamaan mereka semua adalah bahwa mereka seolah menganggap aku tidak ada. Hebat ya.

Sejak subuh tadi aku terbangun, mengamati satu per satu orang yang lewat di depanku. Lelaki, perempuan, tua, muda, semua aku perhatikan wajahnya. Dan dia tidak ada di antara mereka semua. Aku akan menunggu sampai mataku tak kuat lagi membuka. Seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi.

Beberapa orang melempar koin kepadaku. Ada juga yang melemparkan makanan, roti, permen, nasi bungkus bahkan air mineral. Dikiranya aku pengemis. Sama sekali aku tidak ada niatan mengemis, hai Tuan Nyonya. Aku hanya sedang menunggu. Tapi aku tidak berbicara. Kau tau, aku hanya berbicara pada diriku sendiri, karena yang lain tidak bisa kupercaya.

Koin-koin itu tidak aku apa-apakan, nanti malam akan ada yang mengambilnya, seperti biasa. Dan makanan minuman itu, aku memakannya jika perutku bilang aku harus memakannya. Tapi sisanya nanti malam juga akan ada yang mengambilnya dari hadapanku, seperti biasa. Mereka butuh koin, makanan dan minuman itu melebihi aku, katanya.

Satu hari
Dua hari
Satu minggu
Dua minggu
Sebulan
Empat bulan
Setahun

Dia tetap tidak ada di antara orang-orang yang lalu lalang.
Bentukku sudah semakin mirip dengan pembatas jalan di belakangku ini.
Hitam, kumal, berdebu dan kotor.
Begitu juga di dalamnya.
Sudah seminggu ini darah keluar dari batukku.
Nafasku juga mulai susah, seperti mengandung ribuan butir debu.

Itu dia. Pemuda gagah berkaos putih itu dia.

Aku berdiri. Susah. Aku bisa berdiri. Aku berlari mengejarnya. Aku terjatuh. Aku tak kuat lagi.

"Anakkuuu!!". Itu satu-satunya kata yang bisa kukeluarkan.

Tubuhku sudah tidak mau lagi bergerak. Aku bergerak sendiri, aku berlari ke arahnya tetapi tubuhku terdiam tergeletak di jalanan. Dia sama sekali tidak mengabaikanku. Aku berbicara, tapi tidak ada suara. Aku seperti tidak terlihat. Seperti biasanya.

Dan dia terus berjalan menjauh, menaiki mobil dan berlalu.
Seperti biasanya.

Thursday 12 October 2017

Kamar Mandi

Di lantai satu kantorku ini, toilet terletak tepat di depan lift.
Toilet perempuan, terdiri dari dua bilik yang bersebelahan.
Jumlah pegawai perempuan di lantai yang kutempati ini adalah 5 orang.
Aku, Mita, Anis, Nurul, dan Rina.

Pukul 12 siang, biasanya para pegawai keluar untuk makan siang.
Aku jarang ikut, karena aku lebih suka bawa bekal dari rumah.
Lebih enak dan murah.

Selepas makan siang, aku ke toilet.
Membawa handphone karena aku berniat buang air besar.
Daripada bengong menunggu hajat selesai, aku browsing.

Terdengar ada yang masuk ke bilik di sebelahku.
Oh rupanya kawan-kawanku sudah pada balik kantor.

Tak lama terdengar kloset disiram dan seseorang itu keluar dari toilet.

Keasikan browsing aku jadi masih disitu sampai terdengar ada langkah lagi orang masuk ke bilik sebelah.

"Na?"

"Ya! Rina yak?"

"Iya. Sore nanti ke rumahku ya."

"Ada acara apa?"

"Nggak kok, cuma kumpul-kumpul aja, ajakin yang lain juga."

"Insyaallah."

Aku menyudahi kegiatanku. Menyiram kloset dan membersihkan diri.

"Duluan ya Rin!"

"Ya."

Aku pun kembali ke ruanganku dan melanjutkan pekerjaanku.

Tak lama beberapa kawanku datang membawa banyak makanan.
Donat, pizza, asinan dan juga berbagai macam jus buah.

"Kami dataaaangggg!"

"Na, ayo makan. Rina ulang tahun ternyata hari ini, makanya dia nyuruh kita-kita bawain ini semua buat kita seruangan," kata Anis semangat sekali.

"Ohh,,pantesan dia nyuruh aku ngajak kalian ke rumahnya sore ini," kataku sambil mengambil donat coklat kacang dan menggigitnya.

"Apaan, nggak jadiii... Rina tadi langsung cabut ke bandara setelah memborong ini semua. Kan adeknya jemput disana tadi," sahut Anis.

"Yeee...bandara dari hong kong, barusan gue ketemu di toilet, dia nyuruh aku ngajak kalian kok," kataku gak mau kalah.

"Yaelah kagak percaya banget, pesawatnya berangkat sore ini jam 3 coy! Dia pulang kampung," sahut  Nurul.

"Masak sih?"

Tiba-tiba aku merinding.

Wednesday 11 October 2017

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah

Ini adalah kisah tentang dua saudari tiri yang dipertemukan karena pernikahan ayah dan ibu mereka. Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah dari Bawang Putih menikah dengan ibu dari Bawang Merah setelah ibu dari Bawang Putih meninggal dunia. Sedangkan ibu dari Bawang Merah memang sudah menjanda sejak lama.

Ibu tiri Bawang Putih tidak sayang kepada Bawang Putih, sehingga ketika ayahnya pergi bekerja ke luar kota, Bawang Putih diperlakukan dengan tidak baik. Sedangkan Bawang Merah, tentu saja  dia mendukung ibu kandungnya.

Suatu hari, Bawang Putih pergi mencuci baju di sungai. Namun alangkah malang nasibnya, karena arus sungai yang deras, salah satu baju ibu tirinya hanyut. Ibu tirinya marah besar karena hal itu, sehingga memerintahkan Bawang Putih untuk terus mencari bajunya yang hanyut itu sampai ketemu. Untung tak dapat dicari, malang tak dapat ditolak. Baju itupun tidak ketemu malah Bawang Putih bertemu dengan nenek-nenek misterius yang berjanji akan membantunya menemukan baju ibu tirinya asalkan dia menemani nenek itu selama satu minggu.

Satu minggu berlalu. Karena nenek itu senang dengan tingkah Bawang Putih, dikembalikannya baju ibu tiri dan dihadiahkannya sebuah labu untuk Bawang Putih. Dan Bawang Putih pun pulang ke rumahnya dengan hati gembira. Sesampainya di rumah, Bawang Putih menyerahkan baju dan labu itu kepada ibu tirinya. Setelah dibuka, ternyata labu tersebut berisikan emas permata.

Ibu tiri yang jahat sangat bergembira, dia tertawa-tawa bersama Bawang Merah dan lupa bahwa labu itu kepunyaan Bawang Putih. Bawang Merah yang hobi bermain media sosial, tidak lupa memfoto-foto labu tersebut dan mengunggahnya ke akun media sosialnya. Begini captionnya : Rejeki kakak solehah, adik aku dapat labu ajaib! Isinya membuat kita tercengang!! #labuajaib #labuemas #emaspermata #kakaksolehah #ibusolehah #adikberbakti

Tak disangka, dengan jumlah followernya yang mencapai lima ribu, postingan Bawang Merah itupun menjadi viral. Ribuan orang memberikan komentarnya dan ribuan orang juga yang memposting ulang postingan Bawang Merah. Sebagian besar komentar yang masuk menanyakan dimana lokasi Bawang Putih mendapatkan labu ajaib tersebut dan bagaimana ceritanya. Dan di hari ketiga sejak dia memposting foto labu tersebut, komentar dan postingan ulangnya mencapai puluhan ribu. Sungguh sangat viral.

Seiring dengan viralnya postingan Bawang Merah, Bawang Merah pun mulai membuka endorse dan mulai memanfaatkan kepopulerannya dengan menjadikan dia, ibunya dan adiknya sebagai selebgram. Wajah mereka yang cantik mendukung hal tersebut. Hingga pada akhirnya mereka diundang ke berbagai stasiun televisi dan mulai mendapatkan tawaran untuk bermain sinetron.

Sungguh jalan hidup yang tidak tertebak, keluarga itu menjadi kaya raya, sehingga ibu tiri yang semula tidak menyukai Bawang Putih mulai berubah, dia menjadi sayang dan perhatian kepada kedua putrinya.

Sementara itu, karena banyaknya netizen yang penasaran akan labu ajaib tersebut, ribuan orang mendatangi sungai di dekat rumah Bawang Putih. Mereka berbondong-bondong mencari nenek misterius tersebut. Tak disangka, ternyata pada jarak kurang lebih satu kilometer dari tepi sungai dimana Bawang Putih bertemu nenek misterius tersebut, terbentang kebun labu yang luas. Di pinggirnya terdapat gubuk yang dijadikan lapak oleh nenek itu untuk berjualan labu. Dengan dibantu anak-anaknya, nenek tersebut bertanam dan berjualan labu. Namun karena sepinya pembeli, salah seorang anaknya memiliki ide yaitu membuat sesuatu yang viral sehingga banyak pengunjung datang.

Beberapa kali anak sang nenek itu mencari ide yang dikiranya akan viral ternyata gagal, sampai pada akhirnya dia menjadi follower dari Bawang Merah yang tinggalnya tidak jauh dari rumah dan kebunnya. Setelah memperhatikan keluarga Bawang Merah, muncullah idenya untuk mencuri baju ibu tiri Bawang Putih dengan trik sehingga Bawang Putih mengira baju ibunya itu hanyut. Dia yakin, ketika ibunya memberikan labu 'ajaib' itu kepada mereka, Bawang Merah akan mengunggahnya di media sosial. Dia hafal bahwa Bawang Merah selalu mengunggah foto-foto kegiatannya dari yang penting sampai yang sama sekali tidak penting itu.

Dan berhasil. Labu mereka yang memang berkualitas bagus dan organik kini menjadi buruan. Orang-orang yang semula membeli karena penasaran selalu kembali untuk repurchase karena puas. Kualitas memang tak pernah bohong. Dan kehidupan keluarga nenek itupun semakin hari semakin makmur.

Pada akhirnya, keluarga Bawang Putih dan keluarga sang nenek misterius itupun hidup berbahagia selama-lamanya.

Kisah Pendek

Kisah ini seharusnya bermula ketika dia harus dirawat di sebuah rumah sakit dan berakhir ketika dia harus segera dimakamkan.

Tetapi, ini adalah kisah tentang akhir hidup seorang manusia yang semasa hidupnya sampai dia meninggalkan dunia ini tanpa berhubungan dengan perusahaan besar profitable yang berhubungan dengan kita hampir di setiap detik hidup kita sekarang.

Sebutlah sebuah nama Jiyah. Dia lahir dan besar di sebuah rumah kecil bertiang dan berdinding bambu dengan atap genteng gerabah. Dia tumbuh besar bersama ayah dan ibunya, kemudian menjadi yatim piatu dan kemudian menikah. Bertahun-tahun kemudian suaminya meninggal tanpa sebab dan dia hidup dengan seorang anak yang diangkatnya dari salah satu saudaranya. Namanya Ratmi. Jiyah yang sudah tua, dan Ratmi yang ternyata mengalami keterbelakangan mental hidup berdua di rumah kecil yang bertiang dan berdinding bambu dengan atap genteng gerabah. Setiap pagi mereka akan berjalan membawa dua bakul untuk berdagang di sebuah TK 100 meter dari rumahnya. Lebih tepatnya, nenek Jiyah berdagang dan Ratmi mengintip anak-anak TK belajar. Bertahun-tahun seperti itu dan nyatanya tidak ada satupun doa sehari-hari ataupun nyanyian anak-anak TK itu bisa dihafal Ratmi.

Begitulah sampai suatu malam yang dingin, hujan turun begitu lebatnya. Menjelang dini hari, air mulai masuk ke rumah-rumah penduduk. Banjir datang. Warga yang merasa banjir datang mulai bangun dan keluar rumah melihat sekeliling. Seorang bapak-bapak tua bersorban bersama kedua anak perempuannya berjalan menembus banjir menuju rumah nenek Jiyah. Tak jauh di belakang mereka, istri lelaki itu berjalan mengikuti sambil menjinjing kain batik supaya tidak basah.

Pintu rumah itu terbuka, di dalamnya air sudah mulai masuk di pinggir-pinggir. Ratmi tidur beralaskan tikar di pojokan bersama dua ekor ayam peliharaannya. Nenek Jiyah tidur tepat di tengah-tengah rumah itu beralaskan tikar. Nafasnya satu satu terlihat sangat pelan dan berat.

"Ayo, bantu bapak angkat mbah Jiyah," kata lelaki itu. Kedua anaknya membantu ayahnya memindahkan nenek Jiyah ke bale bambu yang ada di rumah itu.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba nenek Jiyah tersengal-sengal, lalu diam. Dia sudah berangkat menghadap Tuhannya.

"Ratmi, nenekmu sudah meninggal."

Ratmi hanya melihat dari tikarnya. Sama sekali tidak ada ekspresi yang terlihat di wajahnya. Tidak sedih, tidak juga kaget atau bingung. Ratmi hanya diam.

Tuesday 10 October 2017

Medsos dan Olshop

Sebenernya tadi lagi bingung mau nulis apa, terus buka facebook dan nemu sesuatu yang lucu menggelitik di timeline.
Ada seorang netizen yang membuat status tentang kekesalannya pada pada olshop yang ngelapak (berjualan di facebook). Alasan seseembak ini adalah, bahwasannya alasan dia main medsos adalah untuk mencari ilmu, eh ternyata 85% (kata dia) yang dia temui di timeline adalah pedagang. Hahahaha.

Lalu di menumpahkan kekesalannya di statusnya itu. Jempolku klik komentar. Jreng jreeenggg... Isinya orang jualan semua,,wkwkwkwkwk

Trus habis itu dia tambah kesal dan membuat status kekesalan lagi, isi komentarnya ya sama, orang dagang juga. Hahahaha.

Jangan salah, statusnya yang pertama gue ceritain dikomentarin 3000 lebih orang. Dan statusnya yang kedua ituudah nembus 300 komentar!! Gilee

Ya
Tak bisa dipungkiri ya, kenkawan... Seiring perkembangan teknologi, semua mengikuti, termasuk sistem jual beli. Bahkan jual beli sistem konvensional yang tidak double sistem, harus siap-siap turun omset.

Mengenai kekurangan yang ada, ya segala sesuatu ada sisi positif negatifnya.. Medis sosial gunanya untuk bersosialisasi, nah buat pedagang, buka lapak itu lah bentuk sosialisasinya! Hidup pedagang!

#lhoh

Monday 9 October 2017

Brosur

Tadi siang selepas sholat dhuhur aku kembali ke ruang kerjaku.

"Ep, ada tamu", kata temanku sambil wajahnya menunjuk ke sofa tamu.

Kulihat di sofa duduk seorang anak muda, berpakaian rapih necis berdasi sedang memegang buku.

"Siang Bu Ana, saya dari Virtus"

Virtus? Bukannya Virtus itu vendor IT, kok nyariin aku. Hmmm..pasti salah orang nih..

"Ya?"

"Saya dari Virtus Culinary ingin memberikan penawaran snack box dan nasi kotak, bla bla bla."

Oalaaahh..ya, aku ingat. Aku pernah memesan tumpeng dari sebuah website, yang kemudian pembayarannya transfer ke sebuah perusahaan yang bernama Virtus Culinary itu. OOwwhh...

Jadi dia datang untuk menawarkan produk lain dari perusahaannya tersebut, yaitu nasi kotak dan snack box.

-----------------------------

Siang yang panas, aku dan anakku berkeliling dari kantor ke kantor untuk menyebarkan brosur. Brosur berwarna yang isinya menawarkan katering untuk pegawai. Senyumku tak berhenti terkembang. Aku senang, karena aku ingin masakanku bisa dirasakan oleh semua kawan-kawan pekerja kantoran.

Menu yang ditawarkan ada 5 set. Untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat. Ada 2 macam, jadi selang seling menunya antara minggu I, II, III dan minggu ke IV.

Menu terdiri dari nasi putih/merah, sayuran, lauk pendamping, telur/ikan/ayam/daging. Ada juga paket nusantara, seperti paket nasi uduk, paket nasi kuning, paket nasi pecel dan paket lontong sayur atau bubur ayam.

Harga sarapan berkisar 10-12 ribu per porsi, sedangkan makan siang berkisar antara 12-20 ribu rupiah. Diantar sampai tempat.

Jadi, tak ada lagi pertanyaan : "Makan siang apa kita hari ini?" yang biasanya ditanyakan ke kawan yang kawan pun bingung mau menjawab. Karena kadang kala menu makan siang itu adalah hal yang sulit dijawab. Hahaha.

Sepulang menyebarkan brosur, aku akan mulai menyiapkan masakan untuk besok pagi. Menyiangi sayuran, memotong-motong bahan makanan dan mengecek bumbu-bumbu. Ouhh..sungguh menyenangkan.

Setiap sore akan tercium aroma masakan yang wangi, memenuhi setiap jengkal dapur kecilku. Dan besok pagi harinya, tepat pukul 6 kurirku sudah siap mengantarkan pesanan pelanggan ke kantor-kantor di Jakarta. Selepas kurirku berangkat, aku mulai menyiapkan menu makan siang yang nanti jam 10 akan siap diantar kembali oleh kurirku. Ya ampun betapa menyenangkan sekali pekerjaan ini..
---------------------------------------

"Whoy! Ngelamun ajaa"

Terkaget-kaget tiba-tiba ada yang menepuk pundakku.

Ya, ternyata kerjaan sebagai owner katering yang bagi-bagi brosur tadi masih berbentuk khayalan saja. Hahahaha.
Sampai dengan detik ini aku masih menjadi pegawai negeri yang pergi pagi pulang petang untuk mencari rezeki.
Fyuuhh...


Saturday 7 October 2017

Mimpi Besar

Kawan,
Mimpimu itu terlalu besar
Mengenai keadaan kita, kamu harus sadar

Sudah sejak kecil kita diajari
Apa-apa yang harus kita pelajari
Harusnya kita bisa tahu diri

Apa kamu lupa
Kita ini apa

Duhai,
Kalau bermimpi besar saja kita takut
Bagaimana bisa nasib kita ikut
Tak perlu banyak kata
Cukup kau kirimi aku doa
Sepanjang kata, sepanjang masa

Biar kalau mimpiku menyata
Kuajak kita semua.

Friday 6 October 2017

Anak

"Ibu dimana?"

"Di sini, Mbak," sahutku.

"Oh...," jawabnya sambil menghampiriku.

"Habis mudik to, Mbak?"

"Iya nih, baru datang kemarin."

"Naik apa?"

"Biasa, naik bis. Udaranya puanaaasss, saya sampai gembrobyos. Untung aja nggak macet, Bu."

"Anak jadi ikut ke Jakarta?"

"Nggak mau, Bu. Katanya mau kerja di sana saja. Lagian kerja di sini juga mau kerja apa ..."

"Sudah selesai sekolahnya?"

"Sudah. Sudah lulus SMA kemaren itu, tapi tetep enggak mau ikut kesini. Ya tadinya kan kalau ikut ke sini kumpul semua sekeluarga."

Terdengar bunyi telepon genggam. Mbak Mur mengangkat telepon dan mendekatkan alat itu di telinganya.

"Lagi kerja." Telepon ditutup.

"Ibu tambah gemuk aja. Ayem ya, Bu."

"Hahaha. Iya, Mbak Mur. Ayem. Seneng."

"Saya juga ini tambah gemuk. Tapi gak enaknya jadi gampang capek."

"Iya keberatan kakinya, Mbak. Hehehe. Dulu Mbak Mur sama Mas Jono kenal dimana?"

"Kenal di yayasan, pas lagi pelatihan, Bu. Terus kerja bareng, terus nikah."

"Cinta lokasi nih ye? Hahahaha."

"Ibu bisa aja. Hehe."

"Anak Mbak Mur normal?"

"Lihat maksudnya, Bu? Iya, alhamdulillah orang lihat, Bu. Nggak tuna netra seperti bapak ibunya."

"Di kampung tinggal sama kakek neneknya?"

"Iya, Bu. Sejak umur 4 tahun saya tinggal kerja. Sekarang udah gede, eh tetap mau di sana. Nggak mau diajak ke sini."

Setiap kali kesini aku selalu ingin tahu tentang anaknya. Bagaimana mereka merawat dan mendidik anaknya? Bagaimana sikap anaknya terhadap mereka? Bagaimana kakek neneknya mengasuhnya? Apakah anaknya bangga punya orang tua seperti mereka, atau sebaliknya? Bagaimana kasih sayang anak ke orang tuanya dan sebaliknya? Aku sungguh ingin tahu.

"Permisi!" Terdengar ada orang datang.

"Mau pijit, Pak?" teriak Mak Mur.

""Iya. Mas Jono-nya ada?"

"Tunggu ya!" Mbak Sum menelepon Mas Jono yang ada di kontrakan samping rumah ini.

Tak lama terdengar suara Mas Jono datang dan mulai memijit orang yang baru datang tadi di kamar sebelah. Lalu aku mulai tertidur.

Tiba-tiba terdengar bunyi gaduh. Bunyi tangisan dan beberapa orang berteriak.

"Bu, maaf ya, Bu. Mbak Murnya pingsan. Anaknya di kampung kecelakaan." Wanita tua yang biasa membersihkan rumah ini membangunkanku. Aku buru-buru bangun dan keluar kamar.

Kulihat Mbak Sum terbaring di bale bambu, di pangkuan Mas Jono yang sibuk memijit dan mengoleskan minyak angin di pelipis Mbak Mur yang sudah mulai sadar. Kaki Mas Jono terlihat berdarah, sepertinya karena tanpa sengaja tersandung sesuatu saat menolong Mbak Mur. Pasangan itu terlihat sangat berduka, bagaimana tidak, anaknya semata wayang yang sedari kecil tinggal jauh dari mereka sedang mendapat celaka. Dan entah bagaimana keadaannya sekarang, sedangkan untuk kesana, dibutuhkan waktu belasan jam naik bus.

"Mas Jono, Mbak Mur, mau pulang kampung? Ayo bersiap-siap, kami yang akan antar," kata suamiku yang sebelumnya duduk di teras depan membaca buku untuk membunuh waktu menungguku dipijit.

Aku tidak mampu berkata apa-apa. Tak terasa air mataku mengalir. Mbak Mur, perempuan setengah baya tanpa bola mata itu terdiam. Tatapan kosong pun dia tak punya. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun dia melihat wajah putrinya, tapi rasa cinta seorang ibu siapa yang bisa menandingi. Mas Jono, laki-laki tambun yang buta sejak kecil itu beranjak ke kontrakannya, bersiap-siap katanya.

Tak apa. Dua hari ini kami berikan waktu kami untuk mereka. Untuk tahu besarnya kasih sayang orang tua kepada anaknya, tidak harus menjadi orang tua dulu. Delapan tahun kami menunggu, tapi kalau Tuhan belum memberi kami bisa apa.

Matahari mulai terbenam ketika kami berangkat menuju kampung halaman Mbak Mur. Kami mampir sebentar ke rumah untuk mengambil bekal dan pakaian secukupnya. Aku belum sekalipun menanyakan bagaimana kondisi putri mereka, karena mereka tiba-tiba saja menjadi pendiam yang paling diam. Aku berharap, putri tercinta mereka masih hidup.

Thursday 5 October 2017

Menerima Kenyataan

Terkadang,
Perempuan itu susah menerima kenyataan. Kenyataan yang membuat dia merasa kalah dari orang lain.

Wah, ini lagi ngomongin tante-tante 50 tahun yang tampak seperti ABG ya?

Itu salah satunya, Beb.

Sebetulnya nggak cuma soal tante ABG 50 tahun, tetapi siapapun yang membuat perempuan terlihat kalah, misalnya Nia Ramadhani yang sudah berbuntut-buntut, tetapi tetap cantik seperti bidadari turun dari taksi, misalnya lagi tetangga yang masih tetap langsing singset biarpun sudah punya anak 3 padahal dia seumuran. Hahahahaha

Kamu curhat nih ceritanya?

Setengahnya, Beb. Setengahnya lagi sedang belajar menerima kenyataan, hahahahahaha.

Tapi apakah benar kita itu sudah menerima kenyataan to, Beb?

Sebetulnya itu tergantung masing-masing orang kok, Beb. Ada yang beneran susah menerima kenyataan, lalu muncuk prasangka. Muncul pembelaan-pembelaan yang sebetulnya tidak diperlukan oleh siapapun. Misalnya soal tante ABG 50 tahun itu, beberapa langsung bilang, "Gak mungkin banget, masak umur 50 tahun seperti itu, itu pasti botox, biar ga muncul kerutan." Dan sebagainya yang mirip-mirip menandakan dia susah menerima kenyataan. Bahahahaha.

Tapi, di sisi lain ada juga yang sebaliknya. Dia mati-matian membela kakak ABG 50 tahun ini dan mencoba menjadikannya role model. Mulai ikut ngegym, makan raw material..eh raw food, aerobic, berhenti makan nasi putih dan seterusnya. Jadi, menurut aku kawan-kawan yang seperti ini langsung menerima kenyataan itu, Beb...

Lha kalo kamu gimana, Beb?

Aku? Aku sih ketika melihat dia langsung kepo, Beb. Pengen tau bagaimana kehidupan sehari-hari dia, Beb. Setelah kepo, aku langsung balik kanan, Beb. Aku langsung menerima kenyataan bahwa aku disini dan dia disana, hanya berjumpa via dunia maya... Eh maksudnya, hidupnya dan hidupku itu seperti jarak Jakarta ke Banyuwangi, Beb. Jauuuhh... Dia makan sehat aku makan enak, dia olah raga aku olah jiwa, jadi memang sudah sebaiknya aku tidak membandingkan diriku dengan dirinya. Hidup itu pedih, Jendral... T.T

Trus dari tadi kamu ngomongin tentang menerima kenyataan itu tadi buat apa, Beb? Aku belum menemukan inti dan kesimpulan dari obrolanmu lho..

Intinya ya, Beb, wes jangan suka prasangka sama orang lain, sebagian prasangka itu datang karena rasa iri. Sedangkan iri itu sendiri adalah penyakit hati, Beb. Orang tidak mungkin mencapai hasil yang WOW kalau usahanya nggak WOW juga. Jadi kalo kamu mau hasil yang WOW, ya harus usaha yang WOW, jangan cuma irinya aja yang gede, giliran disodorin bakwan sama cabe ijo langsung nyomot ludes 5 bijik. Ditambah minum capcip segelas gede. Lha kayak gitu pengen body kayak tante ABG 50 tahun. Kan yo mimpi to, Beb..

Oh ngono..

Iyo, Beb.

Wednesday 4 October 2017

Tuhan Maha Adil

Kamu percaya Tuhan Maha Adil?

Jika kamu percaya, mengapa setiap hari dari mulutmu hanya menuntut hak dan hak

Sedangkan kamu tahu, kamu pun punya kewajiban yang jadi hakku

Jika kamu percaya, mengapa setiap hari mulutmu terus mengancamku

Sedangkan kamu tahu, ada hal yang bukan kewajibanku, tapi kau wajibkan padaku

Jadi apakah kamu percaya Tuhan Maha Adil?

Kalau kamu percaya,
Jangan lagi kamu pilih aturan-Nya hanya yang menguntungkanmu saja
Karena jika tak di dunia, di akhirat Dia akan membalasnya..

Jika kamu percaya,
Kamu pasti tahu, tidak mungkin dia hanya mendukung pemimpin sepertimu,
Sedang padaku tidak.

Kelakuanmu Waktu Kecil Gimana?

Barusan aku membuat status di lama facebook-ku tentang kelakuan masa kecil dan hubungannya dengan bisnis yang dijalankan di masa sekarang.

Ya, aku buat status seperti ini :

Setiap kami ngobrol kakak beradik, pasti ada sesi ledek-ledekan, adek gue yang paling kecil diledek karena dulunya sering komplain masalah warna kulit dan rambutnya yang tipis ke ibuk, dan kakak pertama beruntung jarang diejek, mungkin karena dia sudah tua,,hahahahahahaha
Kakak kedua diejek karena gayanya yang sok kece sejak dari kecil. Dulu waktu kecil setiap beli barang baru, ngacaaaa mulu,,dengan berbagai gaya, tiduran kaki di atas, berdiri kaki diangkat dan seterusnya..
Sampai kemudian, dia bikin kaos. Gue bilang bikin kaos yang lucu-lucu aja, yang kekinian gitu..
Dia gak mau, kekeuh bilang, "Kalo aku mau bikin kaos, sekalian yang bagus, kualitasnya harus bagus, gak mau lah setengah-setengah"
Dan dia membuktikan omongannya dengan memulai bisnis kaos, bikin web sendiri, masukin ke lazada juga, offline juga..
Harganya murah banget pulak,,,coba deh cek, soalnya lagi promo ulang tahun tuh...
http://jointoriginal.com/

Hahahaha

Sebetulnya kalo versi utuhnya, memang ternyata bisnis yang kami jalankan sekarang itu gak jauh-jauh dari kelakuan masa kecil kami.

Kakak pertama. Seingat aku, kakak pertamaku itu hobinya bikin bikin karya seni misalnya lukisan, kaligrafi gitu. Nah, sekarang kerjaane opo? Sekarang dia adalah fotografer dan tukang edit foto.

Kakak kedua. Kakak kedua ini anak yang paling peduli sama penampilannya. Dulu waktu kecil nih, kalo habis beli sepatu, itu sepatu gak boleh tersentuh lantai sebelum dia benar-benar memakainya untuk ke sekolah. Dan sepatu itu akan dipakai ngaca dengan berbagai gaya, sambil berdiri kaki diangkat, tiduran kaki di atas dari depan, tiduran kaki diatas dari samping, dari belakang, dah pokoknya sampai yang liat malessssss... Beli baju juga ngaca terusss...
Nah, sekarang bisnisnya apa? Ya seperti yang aku sebutin di status facebook aku tadi, dia sedang menjalankan bisnis clothing, jualan kaos yang dia buat sendiri. Seideal mungkin.

Adek. Adekku itu waktu kecil hobine protes. Hahahaha. Nggak bukan itu yang sorotin. Adekku itu hobinya nyanyi, dia sempat jadi vokalis gitu di grup rebana masjid kampung, hehehehehehe. Trus bisnisnya apa sekarang? Bisnisnya jadi pedagang gembreng. Hahahahahaha. Lhah kok pedagang? Iya lah, pedagang itu membutuhkan kemampuan berkoar-koar dan saking kencengnya sampai kayak gembreng. Oke ini mulai memaksakan kehendak, hahahaha. Cukup.

Kalo aku sendiri?

Yeah, dari kecil hobiku makan dan tidur. Makanan favorit krupuk sambel. Bisnis sekarang? Ya jelas bakulan sambel to yoooo....

Wes ngono wae, intinya kebanyakan pilihan bisnis yang kita jalani sekarang adalah pilihan kita. Kembali ke pilihan kita, yang bahkan sejak kita kecil sudah kita pilih :)

Hayooo...kelakuanmu waktu kecil gimana?

Monday 2 October 2017

Pesan

"Belum tidur kamu, nduk?"

"Belum, Pak. Rani baru pulang dari kampus. Banyak tugas kelompok yang harus diselesaikan tadi," jawab Rani sambil membereskan tempat tidurnya.

"Bapak sendiri kok belum tidur? Tadi Rani lihat ibu sudah tidur, malah terlihat sangat tenang sekali tidurnya"

"Sebentar lagi bapak nemenin ibu lagi. Bapak juga baru datang. Belum begitu ngantuk."

Lelaki sepuh berambut putih itu lalu duduk di satu-satunya kursi yang ada di kamar Rani. Ditatapnya putrinya yg sudah beranjak dewasa itu penuh arti.

"Nduk, kamu itu sudah besar, sudah bisa mengatur kebutuhanmu sendiri. Nanti seumpama ada laki-laki baik yg memintamu jadi istrinya, Bapak sudah rela."

"Bapak ini lho, Rani kan masih satu semester lagi to kuliahnya. Lagian, ibu masih butuh banyak uang, Rani mau bantu Bapak dulu," jawab Rani sambil duduk di dipan menghadap bapaknya.

"Masalah ibumu itu tanggung jawab bapak, Nduk. Kalau sudah ada yg menjaga kamu, kan bapak juga lebih tenang nanti. Wes pokoke itu pesen bapak ya, Nduk, kamu harus patuh."

"Tapi, Pak..."

"Wes to, bapak tau siapa yg ada di hati kamu. Dan bapak setuju saja. Ibu dan bapak sudah lama kenal dia," jawab bapaknya sambil tersenyum.

"Iya, Pak. Mas Brama juga sudah bilang sama Rani. Tapi ..."

"Brama tau bapak sama ibu merestui. Bapak juga sudah sampaikan ke Brama, jaga kamu baik-baik, kamu satu-satunya anak bapak dan ibu. Bapak dan ibu sudah percaya sama Brama."

"Ya, Pak. Tunggu Rani selesai kuliah dulu. Baru Rani putuskan nanti. Wes bapak istirahat dulu, biar besok bisa kerja lagi," tutup Rani.

"Ya sudah, kamu juga istirahat. Bapak dan ibu sayang sama kamu, Nduk."

"Rani juga sayang sama bapak dan ibu." Dipeluknya lelaki tua itu erat-erat.

Pak Rustam keluar dari kamar Rani lalu menutup pintunya dari luar. Rani berbaring di tempat tidur, mulai memikirkan pesan bapaknya. Kenapa tiba-tiba bapaknya membicarakan Brama? Lelaki yang sudah lama mendekati dia dan juga keluarganya. Lelaki yang selama ini membantu kesulitan keluarganya. Mantri desa itu memang sangat baik, dan punya niat memperistri Rani.

Tiba-tiba pintu rumah Rani diketuk keras dari luar. Rani terlonjak, tidak biasanya malam-malam ada yang bertamu.

"Siapa!"

"Brama! Buka pintunya, Ran!"

Rani bergegas ke pintu dan membukanya. Tampak Brama, pak RT dan Pak Burhan tetangga pak RT, satu-satunya warga yang punya mobil di kampung itu. Di belakangnya, terparkir mobil Pak Burhan.

"Rani kamu yang sabar ya... Bapakmu ...," kalimat Brama terputus sambil dia menggiring Rani ke mobil.

Bapaknya terbujur kaku di bak belakang mobil Pak Burhan. Laki-laki itu tidak bernafas, berwajah tenang dengan sebaris senyuman. Di sampingnya, tersandar cangkul yang biasa dibawa bapaknya berangkat bekerja di sawah.

"Bapaaaaaakkk!" Dipeluknya tubuh kaku bapaknya. Diciuminya wajah lelaki yang sudah membesarkan dia itu penuh haru.

"Bapak kenapa bisa begini, Paaakk? Kenapaaa?"

Brama memeluk Rani, mengusap-usap punggungnya menenangkan. Dia pun merasa sangat kehilangan.

Dan mereka tidak sadar. Perempuan tua lumpuh yang terbaring di dalam rumah itu juga sudah mulai mendingin, dan menjadi kaku.

Apa yang Dibutuhkan Untuk Menjadi Keras?

Sambil menunggu OB kantor membelikan saya makan siang, mari kita berfikir sejenak, tentang apa yang dibutuhkan untuk menjadi keras?

Apa yang dibutuhkan agar sesuatu yang semula cair agar menjadi keras?

Panas?

Ya, jika yang semula cair itu adalah lumpur, adonan kue, adonan semen, dan nasi.

Dingin?

Ya, jika yang semula cair itu adalah aspal, karamel, kaca, besi, agar-agar/jelly dan plastik.

Jadi, untuk mengubah bentuk benda dari cair menjadi padatan saja ada dua hal yang bertolak belakang yang dibutuhkan, tergantung benda yang ingin dipadatkan itu apa.

Apalagi mengubah sifat dan karakter manusia, dimana jauuuhhh lebih kompleks daripada mengubah bentuk benda.

Saya sering melihat orang yang menyamakan orang lain dengan dirinya. Memberikan saran yang setengah memaksa kepada orang lain karena alasan "kalau aku sih ... ." Iya, kadang saya juga memberi saran dengan menyamakan dia dengan diri saya, menganggap sama kondisi orang lain dengan kondisi saya. Padahal itu hal yang tidak masuk akal, mana mungkin orang lain sama dengan kita kan?

Dan saya tiba-tiba menemukan analogi itu. Untuk mengubah benda yang berbentuk cair menjadi padal aja beda-beda suhu yang dibutuhkan, apalagi mengubah manusia. Ini membuat saya harus berfikir lebih cerdas, belajar untuk lebih bisa menempatkan diri ketika akan memberikan saran kepada orang lain, di posisi mana sebaiknya saya berfikir ketika akan mencari saran.

Ya Allah, muter-muter sangat ya tulisan ini, hahahaha

Intinya semua kondisi itu berbeda meskipun tujuannya sama. Kondisi yang berbeda membutuhkan treatment yang berbeda-beda, jadi sebelum memberikan treatment, kenali dulu objeknya. Untuk hal yang sederhana saja pengenalan objek itu harus, apalagi hal yang kompleks. Sekompleks kebiasaan manusia. Mari belajar memahami kondisi orang lain dulu sebelum "memaksa" memberi treatment, baik itu teguran, saran ataupun kritik. Kalau nggak "memaksa"?

Kalau nggak memaksa, silahkan sampaikan apa yang ingin Anda sampaikan, lalu jangan baper kalau tidak ditanggapi sesuai mau Anda.

#eaaaa