Wednesday 27 September 2017

Aku dan Sesuatu Yang Tertinggal

Halo,
Perkenalkan namaku Ana Farida Sahara, biasa dipanggil Ibu/Mbak Presdir. Saat ini, aku adalah seorang pegawai negeri yang tinggal di Kota Tangerang, Banten. Aku adalah seorang ibu dari dua lelaki kecil yang beranjak menjadi anak-anak, dan aku juga adalah seorang perempuan yang hobi belanja dan berjualan, hehehe. Tapi, sejatinya aku paling suka kegiatan memasak dan makan. Mau masak dan makan bareng? Ayo mampir ke rumah.

Lahir dan beranjak menjadi remaja di sebuah kampung kecil di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur membentukku menjadi pribadi yang ndeso sekaligus tangguh. Jadi ketika aku membesar (baik badan maupun pola pikirnya) dan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, Ponorogo, Surabaya, Jakarta, aku merasa bahwa aku cocok dimanapun, haha.

Sampai akhirnya aku lulus kuliah, lalu menikah dan beranak pinak di Tangerang.
Berbicara mengenai pengalaman tak terlupakan selalu membuatku pusing. Karena buat aku, pengalaman tak terlupakan yang ada di kepalaku ini sangat banyak. Kalau aku bilang, pengalaman yang sudah aku lalui selama ini adalah sekumpulan milestone yang membentuk rute perjalanan hidupku selama ini. Jadi semua itu tak terlupakan buat aku. Mulai dari aku masuk TK pertama, kemudian di TK aku ikut lomba mewarnai, lomba shalat, muntah di tempat wisata, sampai kemudian aku besar dan merintis usaha jualan sambel Pecel Ngawi seperti sekarang ini (iklan nih yee).

Kalau ditanya, apa yang paling berkesan?
Buat aku semuanya berkesan. Semuanya meninggalkan sesuatu di kepala dan perasaanku. Sesuatu yang tertinggal dan tetap bertahan. Tidak ada kenangan yang menonjol sendiri
kesannya. Haha. Kalo kawan-kawan yang sekarang sedang membaca tulisan ini bisa membayangkan, coba bayangkan sebuah perpustakaan dengan banyak buku disana. Buku-buku itu tertata rapi di rak dengan sampul polos tanpa tulisan apapun. Buku-buku itu ukurannya sama, hanya berbeda di warna cover dan aroma yang melekat pada masing-masing buku. Nah, seperti itulah gambaran ruang memori di kepalaku.

Kalo dipaksa harus menceritakan yang paling berkesan?
Kalau terpaksa, aku memilih menceritakan keberanianku untuk pindah dari Teknik Elektro ITS ke Administrasi Perpajakan, STAN Jakarta pada tahun 2005. Karena sesungguhnya sebelum waktu itu aku adalah seorang anak yang cemen. Aku pun tak habis pikir kenapa waktu itu aku bisa seberani itu mengambil keputusan.

Aku masuk ITS dengan bantuan banyak pihak (terima kasih tak terhingga untuk kalian semua), tanpa biaya, sejak pendaftaran SPMB sampai setahun aku kuliah disana. Hati yang tidak tenang, pikiran yang tidak tenang, membuat aku berpikir keras. Dan akhirnya sebagian uang beasiswa dari ITS aku pakai untuk mendaftar USM STAN kembali di 2005 (sebelumnya di 2004 aku juga ikut USM STAN namun tidak aku ambil kesempatan kuliah disana). Dengan hati penuh rasa takut sekaligus nekat, aku menyampaikan niatan pindah itu kepada ibu dan orang tua asuhku. Saat itulah aku merasa bahwa itu adalah keputusan terbesar yang aku ambil sepanjang hidupku. Meninggalkan rumah keluarga asuhku, meninggalkan kawan-kawan dan kampus yang sudah menempaku setahun terakhir, menuju kota metropolitan yang baru bisa aku lihat di televisi, tanpa ada tempat yang aku tuju. Kenyataannya, 4 tahun kemudian aku sudah lulus, bekerja dan hampir menikah. Haha. Sangat istimewa.

Aku yakin, Allah sudah membuatkan jalan yang begitu indah buat aku sejauh ini. Pun semua kisah yang telah aku lewati yang semuanya unik khas takdir Allah.
Tidak ada hal yang biasa saja di dunia ini, kalau kita masih merasa biasa, coba pahami lebih dalam lagi, pasti ada keistimewaan yang Allah selipkan di dalamnya.