Wednesday, 8 November 2017

Tugas Bersama (Part 1)

Halo rekan-rekan sekalian, kali ini yang akan saya posting adalah tulisan dari suami saya. Iya, tulisan perdananya yang minta tolong nebeng mejeng di blog saya, hahahaha...

Selamat membaca!

------------------------------------------------------------------------------------------

Anak-anak adalah masa depan bangsa. Mereka adalah aset, penerus perjuangan kita. Tentu saja yang orang tua harapkan adalah kelak anak-anak mereka akan menjadi anak soleh, pandai, cerdas, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Tapi untuk memperjuangkan hal tersebut tidaklah mudah, butuh kerjasama dan komitmen semua pihak, mulai dari anak, adik, ayah, ibu, serta kakek dan neneknya, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah pemerintah. Loh kok pemerintah dibawa-bawa??? Ya iyalah secara yang punya negara, yang nerbitin aturan itu mereka.

Sebagai gambaran, saya adalah ayah dari dua orang putra, Inas 6 tahun dan Hafi 4 tahun. Inas diusianya yang sudah 6 tahun lewat seharusnya sudah bisa memulai sekolah dasar kelas 1. Saya awalnya pun sangat berkeinginan agar dia bisa bersekolah dasar agar tidak kalah dengan anak-anak di TK-nya maupun anak-anak dari teman-teman kantor saya. Namun karena Inas suka ngambek, gak mau ditinggal sekolah sendirian, atas pertimbangan psikologis, masukan dari kakek dan neneknya dan tentu saja, masukan dari bundanya yang sudah rela perutnya dirobek demi ngeluarin Inas, akhirnya saya mengalah. Inas diputuskan untuk belajar dirumah. Awalnya tentu saja terkadang saya minder, ketika ditanya Inas sekolah kelas berapa? Sekolah dimana? Mau dijawab tidak sekolah, belajar dirumah saja, ya ampun malu banget... (orang tua aneh ya... yang jalanin siapa, yang malu siapa).

Setelah kami memutuskan untuk mendidik Inas di rumah. Istriku yang secara aktif browsing sana-sini, ngobrol sama orang antah berahtah yang dia kenal di media sosial maupun dari internet. Menceritakan metode pedidikan yang akan digunakan, pelajaran apa yang akan diberikan, dan juga kisah inspirasi penyemangat bahwa banyak diluar sana, anak yang terlambat sekolah dasar bisa mengejar ketertinggalan dan bisa sukses. Kemudian dia juga menceritakan anak-anak yang tidak sekolah secara formal di SD, hanya dididik oleh ibunya dirumah bisa menjadi orang yang sukses, bahkan melewati anak pada umumnya.

Mendengar penjelasan dan pengertiannya istriku, aku jadi teringat masa kecilku dulu, dimana waktu aku umur 6 tahun, mamahku yang seorang guru SD mencoba menyekolahkanku. Tapi ternyata sering saya sering nangis di kelas jika ditinggal mamah untuk mengajar kelas lain. dan atas pertimbangan mamah dan papah, bahwa mental saya belum cukup kuat, meskipun saat itu saya sudah mahir membaca, menulis dan berhitung. Dan memang orang tua saya tidak memaksa saya harus sekolah. Akhirnya tidak ada dua bulan, saya pun sudah berhenti sekolah, mulai belajar secara otodidak dirumah.
--------------------------------------------------------------------------------

to be continued...

Bangun Pagi

Ketika engkau bangun tidur, membuka mata di pagi hari, apa yang ada di pikiranmu?

Apakah pesan-pesan di media sosial yang mungkin masuk ke akunmu ketika kamu terlelap semalam?
Atau tumpukan tugas-tugas kantor yang menunggu diselesaikan?
Atau janji-janjimu dengan rekan-rekan dan atasan-atasanmu?
Atau menu makanan yang harus engkau siapkan hari ini untuk keluarga kecilmu?
Atau cicilan hutang yang harus kau bayar hari ini?
Atau tumpukan pekerjaan rumah yang kau rasa tidak ada habisnya kau kerjakan?

Ah,,kurasa hidup tidak harus serumit itu


Ada seseorang yang begitu matanya terbuka di pagi harinya
Dia akan mengingat secangkir kopi lengkap dengan pendampingnya,
Serta waktu damai pagi disela sejuknya angin subuh yang menyapa...
Dinikmatinya tegukan demi tegukan sambil dikumpulkannya rasa syukur untuk kehidupannya hari ini
Terima kasih dia sehat hari ini
Terima kasih dia masih hidup hari ini
Terima kasih dia masih memiliki waktu untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang menunggunya hari ini
Setelah kosong gelasnya, dia bergegas mandi dan menggosok gigi dengan santai
Lalu mulai tersenyum dan mengerjakan apa yang harus dia kerjakan

Ada kalanya sesuatu itu tidak harus selalu kita pikirkan setiap saat
karena sesuatu itu hanya perlu kita kerjakan..

Bagaimana pagimu?