Friday 13 October 2017

Gelandangan

Orang-orang itu hilir mudik di depanku. Ada yang berdandan necis berdasi seperti orang kantoran, ada yang memakai baju seadanya sambil memanggul pengki dan cangkul, ada yang memakai pakaian harian seperti mau ke pasar ada juga yang tidak jelas dia maunya apa. Persamaan mereka semua adalah bahwa mereka seolah menganggap aku tidak ada. Hebat ya.

Sejak subuh tadi aku terbangun, mengamati satu per satu orang yang lewat di depanku. Lelaki, perempuan, tua, muda, semua aku perhatikan wajahnya. Dan dia tidak ada di antara mereka semua. Aku akan menunggu sampai mataku tak kuat lagi membuka. Seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi.

Beberapa orang melempar koin kepadaku. Ada juga yang melemparkan makanan, roti, permen, nasi bungkus bahkan air mineral. Dikiranya aku pengemis. Sama sekali aku tidak ada niatan mengemis, hai Tuan Nyonya. Aku hanya sedang menunggu. Tapi aku tidak berbicara. Kau tau, aku hanya berbicara pada diriku sendiri, karena yang lain tidak bisa kupercaya.

Koin-koin itu tidak aku apa-apakan, nanti malam akan ada yang mengambilnya, seperti biasa. Dan makanan minuman itu, aku memakannya jika perutku bilang aku harus memakannya. Tapi sisanya nanti malam juga akan ada yang mengambilnya dari hadapanku, seperti biasa. Mereka butuh koin, makanan dan minuman itu melebihi aku, katanya.

Satu hari
Dua hari
Satu minggu
Dua minggu
Sebulan
Empat bulan
Setahun

Dia tetap tidak ada di antara orang-orang yang lalu lalang.
Bentukku sudah semakin mirip dengan pembatas jalan di belakangku ini.
Hitam, kumal, berdebu dan kotor.
Begitu juga di dalamnya.
Sudah seminggu ini darah keluar dari batukku.
Nafasku juga mulai susah, seperti mengandung ribuan butir debu.

Itu dia. Pemuda gagah berkaos putih itu dia.

Aku berdiri. Susah. Aku bisa berdiri. Aku berlari mengejarnya. Aku terjatuh. Aku tak kuat lagi.

"Anakkuuu!!". Itu satu-satunya kata yang bisa kukeluarkan.

Tubuhku sudah tidak mau lagi bergerak. Aku bergerak sendiri, aku berlari ke arahnya tetapi tubuhku terdiam tergeletak di jalanan. Dia sama sekali tidak mengabaikanku. Aku berbicara, tapi tidak ada suara. Aku seperti tidak terlihat. Seperti biasanya.

Dan dia terus berjalan menjauh, menaiki mobil dan berlalu.
Seperti biasanya.