Friday, 27 October 2017

Ketika Nganu Menjadi Hiburan

Biasanya, saya jarang nonton TV. Namun akhir-akhir ini saya mulai kembali menonton TV hampir setiap malam menjelang tidur bahkan sampai tertidur dan TV saya nyalakan mode sleep. Bukan apa-apa, terkadang saya takut memejamkan mata, dan suara dari TV itu membuat saya merasa ada kawan sehingga lebih mudah memejamkan mata untuk tidur. Acar yang saya tonton tak lain dan tak bukan adalah acara Stand Up Comedy. Setelah seharian bekerja dan berfikir, saya pikir sebaiknya melemaskan pikiran dengan sesuatu yang lucu seperti Waktu Indonesia Bercanda dan Stand Up Comedy ini.

Sehari-dua hari saya menonton dengan biasa saja, tidak ada pikiran yang mengganjal. Sampai pada suatu ketika saya merasa ada sesuatu yang salah. Dan kemudian seperti biasa saya mulai "berbicara" pada diri saya sendiri. Jadi selama ini saya menertawakan orang yang mengolok-olok orang lain. Itulah yang menurut saya membuat SUC ini menjadi agak salah. Memang tidak semua materinya berisi olok-olok, tetapi banyak yang membuat lelucon dari olok-olok ini.

Duh dek, piye iki? Padahal aku suka nontonnya. Hiks

Dan saya pun sebagai orang yang (sok-sokan) suka nulis, akhirnya menantang diri sendiri untuk membuat skrip/materi SUC, sekaligus membuktikan apakah memang susah mencari materi lucu yang tidak berisi olok-olok. Tantangan yang ternyata membuat saya terdiam lama di depan dekstop tanpa mengetik apa-apa. Mungkin memang susah, atau memang sayanya aja yang tidak pandai melucu.

Sebetulnya tidak cuma di SUC ya, bahkan OVJ dan Fesbuker sudah lebih dulu dicap menjadi tontonan yang tidak baik oleh netizen, kalau SUC sejauh ini masih aman. Olok-olok, pembullyan atau bahkan memaki-maki orang lain dijadikan lelucon dan hiburan kita sehari-hari. Bahkan kalau di media sosial, sempat viral foto-foto dan screen capture percakapan anak SD dengan "pacarnya" dimana mereka bertingkah seperti orang dewasa. sebagian besar orang merasa itu lucu, sebagian yang lain merasa sedih dan miris.

Jadi, setelah seharian capek bekerja, lelah berfikir, lalu kita pulang dan mencari hiburan kemudian kita akan mendapatkan hal-hal nganu yang diharapkan akan membuat kita rileks. Dan semenjak saya berfikir "ada yang salah" itu, saya kok jadi malah berfikir lagi, bukannya rileks. #duhDek

Mungkin memang sebaiknya saya kembali lagi ke buku. Menjadikan buku sahabat karib dalam suka, duka, dan gegana (gelisah galau merana). Nah masalahnya, saya kalau sudah baca buku sulit berhentinya sampai kadang lupa waktu dan urusan lainnya. #DuhDek.

Ah sepertinya ada yang salah dengan saya juga.

No comments:

Post a Comment