Thursday 25 September 2014

Turn Back Point (of My Life)

Titik balik,,,

Setelah lama saya rasakan. Saya jadi menyimpulkan bahwa dalam hidup saya, saya pernah mengalami sebuah titik balik. Sebuah masa dimana hidup saya tiba-tiba berubah sama sekali. Dan itu ikut mengubah semua lingkungan, kehidupan dan diri saya.

Titik balik dalam hidup saya terjadi ketika ......................

Saya tidak pernah bosan menceritakan pengalaman hidup saya di bagian ini. Bagian yang menurut saya paling ajaib. Paling menyentuh dan paling aneh.

Awal Mula Cerita

Kisah ini bermula ketika saya kelas 3 SMA. Saya menjadi salah satu siswa yang mendapatkan beasiswa BMU (Beasiswa Mengikuti Ujian). Beasiswa itu isinya adalah biaya formulir SPMB, ongkos transportasi mengikuti SPMB, SPP kuliah selama 1 tahun (jika diterima), dan biaya hidup selama 1 tahun. Beasiswa yang sangat bagus menurut saya. Karena selepas 1 tahun, jika mahasiswa tersebut berprestasi tentu tidak akan susah mencari beasiswa untuk biaya kuliah selanjutnya. :) Saya tidak tau apakah beasiswa seperti itu masih ada atau tidak. Ini terjadi di tahun 2004.

Sebagai siswa yang berasal dari keluarga yang pas-pasan (yang saya juga baru sadari ketika SMA bahwa keluarga saya adalah keluarga pas-pasan :)), saya tidak berani bermimpi terlalu jauh soal kuliah dan masa depan. Maka saya pun mencari-cari informasi kuliah gratis. Dan saya mendengar informasi tentang STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Saya pun berniat mendaftar kesana. Sedangkan menggunakan BMU, itu saya niatkan sebagai pengalaman saja, mengingat biaya kuliah sudah sangat tinggi (menurut saya) waktu itu.

Pada hari yang ditentukan, saya pun berangkat berdua dengan sahabat saya ke Surabaya untuk mengikuti SPMB. Kebetulan sekali sahabat saya ini juga menjadi penerima BMU dari sekolahnya (kami sekolah di kota yang berbeda). Dan sampailah saya di Kampus ITS Surabaya dalam waktu yang kepagian. Hahahaha. Alhamdulillah lho gak pakai nyasar, padahal kami baru sekali ini pergi jauh keluar kota :)

Setelah menunggu agak lama, pendaftaran pun dibuka. Oleh seseorang yang sepertinya panitia pendaftaran, kami ditunjukkan tempat pendaftaran khusus untuk penerima beasiswa. Dan disanalah kami, dua orang culun yang sedang ditanya-tanya oleh beberapa bapak-bapak panitia yang sudah senior sekali tampaknya.

BBS = Bapak-Bapak Senior
S = Saya

BBS = Namamu siapa?
S = Ana, Pak
BBS = Asal darimana?
S = Ngawi, Pak
BBS = Wah,,wah,,seneng mangan uler jati kon? (Suka makan ulat jati kamu?) Hahahahahaha..
S = Nggak suka pak,,tapi disana emang banyak pak yang suka makan itu..
BBS = Orang tua kerja apa?
S = Sudah pensiun, Pak..
BBS = Oh,,,yaudah ini formulirnya, diisi dulu lalu nanti diserahkan kembali ya..

Kami pun mengisi formulir. Tiba-tiba salah satu BBS itu mendatangi kami. Bapaknya sudah sepuh, rambutnya sudah putih semua dan wajahnya sangat teduh kebapakan. Beliau duduk di dekat kami dan menanyakan beberapa hal. Apakah kami punya saudara di Surabaya, apakah kami ke sini naik travel atau bis, apakah kami tau daerah Surabaya, dll. Dan pada intinya, bapak-bapak tersebut menawarkan kami untuk tinggal saja di rumah beliau ketika nanti kami ujian SPMB, tidak usah repot mencari tempat tinggal. Dengan sangat cekatan beliau menjelaskan bagaimana rute menuju rumahnya dari terminal Bungurasih. Sungguh bapak-bapak yang sangat baik dan berhati mulia.

Sehari di Surabaya kami lanjutkan perjalanan ke Malang. Mendaftarkan diri untuk mengikuti tes STAN. Disana kami tinggal di rumah kakak saya. Mendaftar dan besoknya langsung pulang kembali ke Ngawi.

Singkat cerita saya pun pulang dengan membawa catatan dari Bapak yang isinya rute angkutan menuju rumah beliau. Sampai di rumah, saya ceritakan kejadian tersebut pada ibu dan kakak saya. Ibu saya bilang yaudah gak apa-apa, nanti saya ke rumah BBS itu saja, kan juga cuma pas ujian aja. Kemudian kakak saya bilang, kalau saya jangan gampang percaya sama orang tak dikenal, karena di luaran sana banyak penipuan. Apalagi Surabaya itu kan juga sudah termasuk kota besar. Tapi ibu saya bilang, kita tidak boleh buruk sangka, dan banyak berdoa, apalagi memang saya tidak ada saudara atau kenalan di Surabaya yang bisa dimintai tolong. Baiklah diputuskan saya tinggal di rumah BBS itu selama SPMB bersama sahabat saya.

To be continued....

No comments:

Post a Comment