Ada seorang ibu-ibu penjual masakan siap santap yang sering kami lihat berjualan di sebuah kompleks perumahan. Ibu itu berjualan menggunakan sepeda motor. Di motornya terpasang gerobak yang isinya nasi, sayur, gorengan, es teh manis yang sudah dibungkus plastik, dan lauk-lauk lainnya. Target pasarnya adalah para kuli bangunan yang sedang membangun rumah di kompleks perumahan. Dia berjualan berkeliling menghampiri tempat para tukang itu menginap. Kebanyakan tukang-tukang itu menginap di rumah yang sedang mereka bangun, yang saat itu masih berupa bakal bangunan.
gambar dari sini
Saya sulit menemukan gambar yang mirip dengan motor dan gerobak ibu ini, dan saya juga belum sempat memotretnya sendiri. Gerobaknya mirip dengan gerobak tukang bubur ayam gitu lah,,tapi masakan yang dijualnya adalah nasi bungkus dan lauk pauk.Saya sesekali berhenti untuk membeli dagangannya ketika bertemu ketika perjalanan pulang dari kantor. Masakannya enak dan murah. Suatu hari, ketika saya hendak membeli, ada seorang lelaki yang membantu ibu itu membawa sayur nangka muda untuk dituang di wadah yang terpasang di gerobaknya. Saya perhatikan lelaki ini masih muda, jauh lebih muda dibanding ibu penjual masakan ini. Saya pun membuka obrolan.
"Putrane, Bu?" - "Anaknya, Bu?"
"Bukan, itu suamiku. Hahahahahaha"
"Itu suamiku, emang dia itu lebih muda dari aku. Aku 48 dia 45".
Lalu berlanjutlah obrolan kami. Dari obrolan itu saya jadi tau kalo mereka sudah mempunyai tiga orang anak. Anak pertama bekerja di Korea. Saya berfikir pasti anak mereka ini menjadi TKI di sana. Ternyata bukan saudara-saudara. Anak mereka ini kerjanya aslinya di salah satu perusahaan pertambangan di Kalimantan, dan kebetulan saat ini sedang dikirim ke Korea untuk dinas luar di sana. O lala...
Anak kedua mereka sebentar lagi akan menyelesaikan kuliahnya di Universitas Mercubuana. Anak ketiganya, baru menginjak kelas 2 SMA. Subhanallah ya...
Melihat penampilan ibu itu dan suaminya yang sederhana sekali saya salut mendengar ceritanya. Mereka peduli sekali dengan pendidikan anak-anaknya. Saya yakin jika kita mau, apapun bisa kita capai kok, tidak harus jadi pegawai yang bergaji tinggi, atau jadi pejabat yang bergigi, semua pasti bisa. Eh, buat yang pintar masak, bisa jadi peluang usaha nih :D
Bahkan Tukang Bubur Naik Haji pun tidak hanya ada dalam sinetron.
No comments:
Post a Comment