Adek saya, yg tinggal di kampung halaman saya ini baru aja memanen mangga di samping rumahnya. Pak Lik yg manjat, dikerubutin rang-rang mecahin beberapa genteng karena mangga yang jatuh.
Singkat kata terkumpullah 2 karung dan 3 kardus mangga dengan berbagai kondisi. Mulai dari yg besar, tua dan bagus sampai yg kecil, muda dan bonyok.
Adek saya berencana membagi-bagikan mangga itu ke saudara dan tetangga, dan tentu saja buat oleh-oleh kami, kakak-kakaknya ini ketika nanti tiba waktunya kembali ke kota lain.
Sore hari, kami sekeluarga pergi ke makam bapak dan ibuk, hanya sekitar 150 meter jauhnya dari rumah. Di rumah, saudara-saudara dan para tetangga ramai memasak untuk acara selamatan di rumah adek saya.
Sepulang dari makam, ternyata mangga-mangga itu dah tersisa yg kecil-kecil pun muda. Bahkan karungnya sudah berkurang satu, alias ada yg membawa sekarung mangga, plus berpuluh-puluh mangga yang lain..
Astaghfirulloh al adziiiimm..
Ya, itu memang cuma mangga, bukan uang atau perhiasan berharga, tapi mbokyao..kalau mau ambil itu ngomong dulu..
Adek saya juga bukan tipe orang medit, wong rencananya itu mangga memang mau dibagi-bagi..lha kok wes ngambil dewe-dewe dan menyisakan yg jelek buat tuan rumah. Hahaha..
Sedihnya, bahkan Pak Lik yang sudah susah payah manjat dikerubungi rang-rang tadi belum sempat dibagi..
Ya itu,
Karena banyak sekali tetangga dan saudara yang menganggap kami keluarga, sehingga merasa berhak mengambil sendiri mangga-mangga itu tanpa ijin. Kekeluargaan yang berlebihan.
Kata adek ipar saya, mungkin karena kita ini kaum muda, jadi disisain yg muda-muda. Hahahahaha.
Nanti kalau sudah pada tua jangan begitu lho ya dek..
No comments:
Post a Comment