Friday, 4 July 2014

Menjelajah Dunia Imaji Bersama Kuda Besi



 Gambar dari sini
Anak kecil jaman dulu, minimal sekali pasti pernah mendengar dongeng. Saya tidak tau kalo anak jaman sekarang, saya hanya mengira ada sebagian anak jaman sekarang yang luput dari sentuhan kado yang berbentuk dongeng. Menurut saya, itu rugi. Why?
Dongeng. Waktu saya masih sangat kecil dulu, saya mendengar dongeng dari dua sumber. Ya, hanya dua sumber, yaitu ayah saya dan guru TK saya. Dongengnya ga banyak, bahkan saya ingat dengan baik sampai sekarang, saat umur saya 28 tahun. Dongengnya tak jauh-jauh dari cerita kancil atau timun mas. Kancil menipu buaya, kancil menipu macan, kancil menipu ditangkap pak tani, kancil lomba lari dan timun mas yang dikejar-kejar buto ijo.

Gambar dari sini 
Dan ternyata…Jeng jeng jeng…
Jaman sekarang ini masih ada yang peduli dongeng. Beberapa penulis masih peduli dengan tulisan yang cocok dikonsumsi anak-anak, memberi pesan positif dan dapat membantu membentuk perilaku anak, semisal dongeng. Jangan bayangkan dongeng dongeng kancil atau timun mas yang sudah berasa nostalgia itu. Sebuah buku yang diberi judul Kuda Besi menyajikan dongeng-dongeng segar yang menggelitik imaji kita, membuat kita kembali ke dunia anak-anak dengan dunia imaji yang luas dan bebas dijelajahi.
Sekilas tentang buku ini :
Buku setebal 178 halaman ini diberi judul buku Kuda Besi (Kumpulan Dongeng dan Fantasi Anak bersama Birokreasi). Buku ini diterbitkan oleh Birokreasi yang bisa kalian kunjungi di www.birokreasi.com atau bisa kalian follow twitternya di @birokreasi J Buku ini berisi 12 karya pemenang lomba menulis dongeng yang diadakan oleh Birokreasi, diantaranya Maestro Kodok: Pemimpin Orkestra Padang Rumput, Cita-cita si Peri Kecil, sampai Otak Cemerlang Piliang.
Hmmm…
Semasa saya kecil dulu, saya suka memikirkan darimana asalnya pelangi, kenapa malam itu gelap, kenapa kodok itu suka bernyanyi saat habis hujan, kenapa embun itu ada setiap pagi, dan saya selalu bertanya dalam hati,,bertanya dan bertanya, kemudian membayangkan. Dan jawaban-jawaban itu beberapa akhirnya saya temukan dalam dongeng yang saya baca semasa saya kecil dan sudah bisa membaca.
Dan saya sangat menyukai dongeng.
Kembali saat sudah menjadi ibu, saya menemukan jawaban atas pertanyaan masa kecil saya yaitu kisah tentang bagaimana ceritanya sehingga kodok-kodok itu bernyanyi setelah hujan turun. Maestro Kodok: Pemimpin Orkestra Padang Rumput, menceritakan bagaimana perjuangan mereka mencari butiran embun demi suksesnya nyanyian mereka. Selain mengajarkan tentang kerja keras, saya kira cerita ini kreatif imajinatif banget. Kisah yang indah dan mungkin akan membekas di pikiran dan mengembangkan bakat imaji anak saya ketika anak saya besar nanti. 
Kisah yang berjudul Cita-Cita si Peri Kecil mengajarkan anak-anak untuk menemukan cita-citanya, mengajarkan anak-anak untuk tidak minder dengan teman-temannya. Bagi saya, dampak nyatanya adalah cerita ini bisa dipakai untuk membujuk anak-anak supaya mau memakan sup sayurannya :D
Kisah Sepotong Roti membuat saya membayangkan seiris roti tawar yang terbang melayang-layang berkeliling kota. Membuat saya membayangkan toko roti yang berbau wangi dan seketika saya ingin memakan donat. Hihi. Dan meskipun cerita ini memiliki kekurangan, yaitu temanya yang bercabang, bagi anak saya, mungkin cerita ini membuatnya berfikir bahwa dia tidak boleh nakal dan tidak boleh sombong hanya karena dia ganteng. Ehem.
Desas-Desus Si Buaya, dari judulnya sudah bisa ditebak, kisah ini menceritakan tentang bagaimana si buaya menjadi bahan gunjingan, dan dengan jelas digambarkan bagaimana sebuah berita itu bisa jauh melenceng dari berita awalnya ketika sudah menjadi berita berantai. Dan bahwa jika kita tidak tahu benar apa yang terjadi, sebaiknya tidak menuduh sembarangan.
Cerita-cerita yang ada dalam buku ini, dengan caranya yang imajinatif dan sederhana, mengajarkan anak-anak supaya tidak memiliki sifat tercela seperti pemarah, congkak, mencuri, bergunjing, atau nakal. Selain cerita-cerita di atas, masih ada kisah Dongeng Empat Saudara, Kimuzu yang Pemarah, Ranting Penyihir, Fahrel si Semut Congkak, Nula dan Peri Kue, Si Putih dan Wortel Impian, Puteri Angsa Putih dan Otak Cemerlang Piliang yang kesemuanya tidak kalah menariknya.
Anak kecil jaman dulu, minimal sekali pasti pernah mendengar dongeng. Saya tidak tau kalo anak jaman sekarang, saya hanya mengira ada sebagian anak jaman sekarang yang luput dari sentuhan kado yang berbentuk dongeng. Menurut saya, itu rugi. Why?
Dengan dongeng kita bisa mengajarkan anak tentang etika, moral dan kreatifitas. Dengan dongeng kita bisa mengembangkan daya imaji anak, dimana dengan itu kreatifitas juga akan berkembang tentu saja. Dan saya percaya itu.
Kuda Besi adalah salah satu buku kumpulan dongeng baru dengan cerita-cerita baru yang memiliki sentuhan rasa lama. And I like it. Satu yang saya kurang sreg dari buku ini adalah judul bukunya. Haha. Karena ketika saya mendengar buku dengan judul Kuda Besi, saya langsung membayangkan sesosok tentara dengan baju zirahnya sedang menunggangi kuda yang juga memakai topeng besi. Sebagai orang yang tidak menyukai kisah peperangan atau semua cerita yang ada adegan fightingnya,,,saya jadi salah image gara-gara judul bukunya. Hehe. Bahkan ada teman saya yang mengira buku ini tentang racing :D

Tapi setelah membacanya, saya suka dan merasa beruntung menemukan buku yang bisa saya share dengan anak-anak saya yang masih balita. 

Deuh saya lupa memfoto mereka bersama buku ini, ya sudah, foto mamaknya ajalah ya.
Terima Kasih Birokreasi. Semangat berkarya!
Mau beli bukunya? visit : http://www.birokreasi.com/shop/ segera!!

No comments:

Post a Comment