Friday, 29 December 2017

Berbakti Itu Berat

Pagi ini ketika selesai menyeduh segelas teh manis panas dengan beberapa sendok air lemon, saya membaca pesan dari salah seorang sahabat saya. Dia bercerita bahwa susah sekali mengajak orang tuanya hidup sehat mengingat sudah ada beberapa penyakit berat yang diderita orang tuanya, alih-alih nurut, orang tuanya justru mengelak dan bersikeras dengan kemauannya sendiri.

Saya jadi teringat ibu dan bapak saya yang keduanya sudah kembali ke hadirat Allah. Mereka juga sama. Dan saya yakin, di dunia ini banyak sekali orang tua yang seperti itu. Mereka salah? Tidak, mereka sama sekali tidak salah. Dalam pandangan saya, itulah watak yang Allah letakkan pada manusia di usianya yang sudah menjelang senja, banyak faktor yang membentuk itu sepanjang masa hidup mereka. Dari sisi kita sebagai anak, tugas kita adalah tetap berbakti. Kekerasan watak mereka itu adalah ujian buat kita, ujian yang tentu saja tidak ringan, karena ada setan-setan yang tidak ingin kita menjadi anak sholeh/sholehah yang berbakti.

Waduh, mbahas begini aja sampai bawa-bawa setan ya, Na?

Tentu saja. Seperti kita tahu, berbakti kepada orang tua adalah hal yang disebut-sebut Allah dalam Alquran, bahkan beberapa kali disandingkan dengan perintah tauhid, dasar dari agama kita. Seperti pada surat Al-Isra di bawah ini :

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "eh" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia"

(QS. Al Israa' 17:23)

Bahkan berkata "ah" saja tidak boleh. Maka sudah jelas setan akan dengan gigih  menggoda kita supaya melakukan larangan Allah seperti biasanya kan?

Apalagi : Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.

Apa semudah itu setan rela membuat Allah meridhai kita...

Setan akan selalu menggoda manusia supaya kita melalaikan perintah Allah dan melaksanakan apa yang dilarang Allah. Tidak terbatas menggoda kita supaya malas sholat, malas tilawah, malas belajar, rajin berbuat dosa, tetapi juga durhaka kepada orang tua baik secara nyata maupun secara haluuuusss sekali...

Kesimpulan saya : Berbakti kepada orang tua itu berat. Ujian besar untuk setiap anak manusia. Berbakti kepada orang tua adalah perintah langsung Allah, maka setan pasti menggoda kita dengan sangat gigih. Dan HANYA ORANG HEBAT DAN KUAT YANG BISA MENJALANKAN SESUATU YANG BERAT.

Tuesday, 12 December 2017

Harapanku untuk (Aku)

Akhir-akhir ini saya merasa tersesat. Bukan dalam arti sebenarnya. Saya merasa tersesat dalam pikiran. Tak bisa dipungkiri, akhir-akhir ini karena efek media sosial terlalu banyak informasi yang masuk ke otak kita. Baik yang benar maupun hoax, baik yang kita butuhkan maupun tidak, dan jujur saya itu membuat saya tersesat. Saya jadi lupa apa tujuan saya, saya jadi lupa apa yang seharusnya menjadi fokus saya, bahkan saya jadi lebih sibuk ngepoin orang lain daripada fokus pada perbaikan diri dan keluarga saya. Fatal banget ya.

Bukan salah media sosialnya sih sebetulnya, kesalahan ada pada saya yang tidak mempersiapkan diri untuk era banjir informasi seperti saat ini. Seharusnya seperti berbelanja, saya hanya mengambil barang-barang yang saya butuhkan, bukan mengambil semua barang sehingga bahkan saya bingung barang ini akan saya apakan sampai pada akhirnya barang itu rusak dan membusuk di rumah saya. Seperti itulah kira-kira gambarannya. Informasi jaman now layaknya barang-barang di rak-rak swalayan yang bisa kita ambil gratis! Sayangnya tidak ada keterangan jelas mana barang yang asli dan mana barang yang palsu. Seperti itu.


Banjir informasi ini memang seperti banjir sungguhan. Agar susah melawan arusnya. Dan ketika kita ikut arusnya, justru kita akan tersesat. Duh, bingung ya..

Karena itulah, salah satu resolusi saya lagi adalah ingin kembali fokus pada hal-hal yang bermanfaat untuk saya dan keluarga saya ke depan. Fokus kepada hal-hal yang membahagiakan untuk menjadi keluarga yang bahagia.

Kalau dirinci mungkin seperti ini :

1. Mempunyai jadwal kegiatan rutin harian
2. Mempunyai rencana mengisi hari libur yang bermanfaat
3. Mempunyai kegiatan rutin yang bermanfaat dan berpahala
4. Mengkonsumsi makanan yang sehat, halal dan secukupnya
5. Memiliki peta target hidup untuk masing-masing anggota keluarga.

Menghindarkan diri dari :

1. Baper atas omongan/postingan orang lain
2. Tersinggung yang tidak perlu
3. Memikirkan yang tidak perlu

Mungkin seperti itu saja dulu secara garis besarnya, untuk lebih rinci nanti aku rinci lagi,,hahaha

#odop
#resolusi
 

Monday, 11 December 2017

Harapanku untuk (Inas)

Selamat sore kawan-kawan sekalian. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menuliskan sesuatu di blog ini. Selain karena kesibukan yang menyita pikiran saya, saya juga sedang bermasalah dengan kuota. Haha.

Saat ini kita sudah bertemu dengan bulan Desember, artinya sebentar lagi kita akan menghadapi pergantian tahun. Banyak di antara kita yang dengan rajinnya membuat resolusi tahunan untuk dilaksanakan di tahun yang akan datang. Dan saya bukan salah satunya. Eheum.

Namun namanya harapan, semua orang pasti punya. Saya yakin itu. Walaupun ada yang benar-benar meletakkannya sebagai harapan, ada pula yang hanya menganggapnya sebagai angan-angan yang tidak akan tercapai. Saya adalah golongan yang sering menjadikan harapan sebagai tujuan ketika mengerjakan sesuatu, ahey!

Menghadapi anak yang sebentar lagi menginjak usia 7 tahun, saya memiliki harapan besar untuk dia. Pertama karena dia adalah anak saya yang sebentar lagi memasuki usia sekolah dan usia wajib belajar sholat, yang kedua adalah karena anak saya sedikit memiliki "keistimewaan" yaitu dia tidak mau bersekolah di sekolah formal. Sudah banyak sekolah yang kami datangi dan dia tetap tidak mau memilih satupun karena memang dia tidak mau "bersekolah". Sebetulnya, itu hanya salah satu "keistimewaan" kecil dari anak pertama saya, karena memang sejak lahir, anak pertama saya berbeda dengan anak-anak lain :)
Tidak perlu panjang saya ceritakan karena memang semua anak itu pada dasarnya istimewa, hanya tingkatan keistimewaannya saja yang berbeda. Seringnya ketika saya bercerita, maka akan banyak orang yang membandingkan anak saya dengan anak-anak mereka masing-masing.dan ujung-ujungnya "menyamakan" kondisi mereka yang jelas-jelas tidak sama. Begitu. Jangan baper ya bu ibu...hehehehe

Harapan saya untuk tahun depan adalah, bahwa kami sudah memiliki kesepakatan tentang "sekolah" untuk anak pertama saya. Apakah akan sekolah formal, cyber school, atau home schooling. Saya hanya ingin anak saya menjadikan belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Karena belajar adalah proses seumur hidup manusia. Itu.

Saat ini saya sedang dalam proses "mencari" bentuk sekolah yang tepat untuk anak saya, dan saya sudah bersiap untuk mengambil cuti panjang jika diperlukan untuk mendampinginya "memulai sekolah". Semoga Allah memberikan kemudahan jalan untuk kami. Amiiiin

Oke, ini salah satu harapan saya untuk tahun 2018. Harapan berikutnya? Nanti saya post di postingan yang berbeda, karena temanya beda,,hahahahahaha.

Monday, 4 December 2017

Menggantungkan Kebahagiaan Pada Tempatnya

Dalam kehidupan sehari-hari, sering saya dapati banyak sekali orang yang memberikan kunci kebahagiaannya kepada orang lain. Apa maksudnya? Maksudnya adalah orang ini berbahagia bergantung kepada apa yang orang lain katakan, apa yang orang lain lakukan dan apa yang orang lain perhatikan. Contohnya, ada orang yang berbahagia ketika dia banyak dipuji orang, ada orang yang berbahagia ketika dia banyak diperhatikan orang. Bagaimana jika orang lain tidak lagi memperhatikan dan memuji dia, hilang sudah kebahagiannya. Rapuh sekali.

Itulah sebabnya, jangan menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain. Bisakah? Bisa. Jadilah dirimu sendiri, banyak-banyak bersyukur, jadilah orang baik dan mendekatlah kepada Allah.

Saya suka membaca buku-bukunya Diana Rikasari. Tahu Diana Rikasari? Iya, seniman yang lebih sering dibilang aneh alih-alih keren. Gaya berpakaiannya yang tidak seperti orang pada umumnya, pilihan warna yang sesuka hati membuat dia tampak sangat nyentrik. Saya mempelajari sesuatu dari Diana. Dia berbahagia dengan dirinya sendiri. Tak peduli orang lain menilai dia bagaimana, dia berbahagia dengan dirinya dan apa yang dia miliki.

Beberapa waktu yang lalu saya ingin membeli jilbab daily. Saya memilih-milih warna sampai saya sendiri pusing mau beli yang warna apa. Akhirnya saya memutuskan memesan warna coklat polisi dan pink gonjreng (yang mana warna pink gonjreng ini ditentang banyak kawan karena warnanya yang gonjreng). Begitu pesanan datang, ternyata kawan saya yang menjual jilbab tersebut membawa banyak jilbab berbagai warna. Saya jadi bingung lagi, karena ketika melihat warna coklat polisi, yang menurut kawan-kawan saya itu adalah warna yang netral dan normal (yang karena itu pula saya memesannya), saya menjadi tidak tertarik. Saya jadi tertarik dengan warna pink gonjreng dan hijau gonjreng. Tentu saja kawan-kawan saya mendukung saya memilih jilbab dengan warna-warna yang tampak normal. Tetapi akhirnya sama memutuskan untuk membeli jilbab yang berwarna pink gonjreng dan hijau gonjreng.

Besoknya saya tak sabar untuk segera mengenakan jilbab-jilbab itu. Saya senang sekali mengenakan jilbab yang warna pink gonjreng, begitu juga saya juga sangat senang mengenakan jilbab yang warna hijau gonjreng. Dan saya bertanya dalam hati, inikah yang disebut bahagia yang sederhana? Yaitu, hanya dengan memilih apa yang kita sukai, bukan yang menurut orang lain bagus lah yang membuat kita bahagia. Seperti pemilihan baju Diana. Hahahaha.

Dan akhirnya beberapa minggu yang lalu, ketika suami saya mengajak saya ke optik untuk membuat kacamata baru (karena yang lama sudah copot dan patah), saya mantap memilih frame kacamata warna pink doff yang lebih mirip kaca mata Pou (permainan di smartphone), daripada kacamata ibu-ibu yang bisa menaikkan sedikit "derajat kecerdasan" jika dipandang dengan mata. Hahahaha.

Akibatnya? Bahkan menunggu kacamata itu jadi saja sudah membuat saya bahagia.

Akibatnya lagi? Saya tak habis-habis diejek oleh kawan-kawan di kantor. Hahahahaha. Tapi saya tidak peduli. Saya tidak sedikit pun merugikan mereka dan yang terpenting saya bahagia dengan pilihan saya.

Jadi kawan-kawan, gantungkanlah kebahagiaanmu pada tempatnya. Jangan sampai salah tempat menggantung.

Thursday, 16 November 2017

Impementasi Pengenalan Tuhan (2)

Bagian I

Setelah saya ketik "arsy Allah", maka yang muncul adalah gambar-gambar galaksi alam semesta. Mereka pun kembali bertanya apakah itu arsy? Dan mulailah saya menjelaskan bahwa itu adalah gambar alam semestar yang berbentuk galaksi-galaksi bintang. Besar sekali dan Allah lebih besar dari semua itu.

Kemudian kami lanjutkan dengan menonton video dari youtube tentang arsy. Dan akhirnya mereka menerima kesimpulan bahwa tidak ada manusia yang tahu bagaimana bentuk arsy.

Ada alasan kenapa saya pengen banget mengajarkan tentang Ketuhanan kepada anak-anak. Saya ingin anak-anak saya mengenal siapa yang menciptakan semua ini dan kepada siapa mereka harus meminta dan bergantung. Saya ingin mereka hidup sesuai tujuan Tuhan menciptakannya, saya ingin anak-anak saya menjadi anak yang patuh pada Tuhannya. Dan saya memulai semua ini dengan mengenalkannya dengan Allah.

Setelah pelajaran hari itu, sedikit banyak mereka mengerti, bahwa Tuhanlah yang mengatur semuanya, walaupun masih ada kerancuan, apakah yang membuat mereka berbadan kuat itu apakah sayuran ataukah Tuhan? Logika mereka belum sampai sejauh itu, hehehehe.

Pelajaran pengenalan Tuhan yang lengkap dengan 20 sifat wajib Allah saya rasa harus saya tunda sampai mereka usia sekolah, karena untuk saat ini, imajinasi mereka lebih menuntut untuk saya turuti daripada saya memaksakan teori yang terlampau berat untuk mereka serap.

Saya rasa, langkah selanjutnya untuk pelajaran pengenalan Tuhan adalah dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari, dengan melaksanakan sholat, berdoa dan selalu berterima kasih kepada Tuhan. Dan tentu saja, untuk hal ini saya juga sedang tahap belajar untuk lebih baik dalam menjalankan tugas sebagai makhluk ciptaan Allah.

Ayo orang tua, tetap semangat!!


Wednesday, 15 November 2017

Brownies Oreo

Beberapa hari yang lalu saya melihat salah seorang teman saya membagikan kiriman salah satu netizen dari Malaysia yang membagi resep membuat kue dari oreo. Siapa sih yang tidak tahu oreo? Dan siapa sih yang tidak tahu brownies? Hehehe, dan dengan resep tersebut semua orang pasti bisa membuatnya. Iya, semua orang pasti bisa membuatnya!!

Resepnya begini :
Bahan :
2 bungkus oreo yang panjang itu
1 kotak susu UHT 200 ml

Cara membuat :
Blender halus oreo termasuk krimnya. Campurkan dengan susu. Aduk rata. Tuang ke dalam kotak makan/cetakan. Kukus kurang lebih 20 menit. Angkat, dinginkan. Boleh dikasih topping sesuai selera.

Nah, kemarin saya mengajak kawan seruangan saya di kantor untuk membuatnya. Kebetulan di kantor ada magic com yang bisa kami gunakan untuk mengukus. Untuk menghaluskan oreo, saya rasa saya bisa memukulinya dengan benda apapun yang ada di kantor, hahahahaha.

Lalu kami pun berbelanja di toko dekat kantor dan membuat kue itu dengan segala keterbatasan. Ternyata benar-benar simpel dan jadilah sebuah brownies yang mantap sekali! Kami menggunakan oreo yang berisi krim coklat, susu UHT coklat, dan menggunakan topping coklat cair. So yummy! Kalian harus coba.

Kemudian saya ingin membuatkannya untuk Inas, anak saya yang alergi susu sapi. Kebetulan oreo adalah salah satu produk biskuit yang tidak mengandung susu sapi di dalamnya. Dan untuk susu UHTnya, saya mengganti dengan susu kedelai UHT. Dan tadi malam saya betul-betul membuatnya!!

Nah, perbedaan brownies yang dibuat dengan susu sapi UHT dan susu kedelai UHT adalah yang menggunakan susu kedelai UHT teksturnya seperti kue bantet, jadi lebih padat seperti kue lumpur, sedangkan yang menggunakan susu sapi teksturnya mirip seperti brownies kukus pada umumnya. Untuk rasa, menurut saya keduanya rasanya enak.

Kemudian saya memikirkan, bagaimana jika saya membuat kue sejenis dengan oreo yang gold (yang berwarna putih) dan susu juga UHT yang putih? Atau membuatnya dengan oreo yang Gold, dengan UHT mocca? Atau membuatnya dengan oreo putih dengan cairan kopi susu? Wah, sepertinya asyik ya. Nanti saya akan coba buat dan hasilnya akan saya ceritakan di sini. Tunggu saja!

Tuesday, 14 November 2017

Daun Karet Kebo

Beberapa waktu yang lalu, ibu mertua saya membagikan sebuah tulisan tentang seseorang yang tadinya sudah tidak bisa berjalan karena stroke, kemudian bisa kembali berjalan bahkan berlari setelah mencoba pengobatan dengan daun karet kebo.

Iseng-iseng saya ketikkan karet kebo di mesin pencari alias google. Muncullah banyak sekali tulisan yang kurang lebih menyampaikan berbagai manfaat daun karet kebo dan akar karet kebo untuk mengobati berbagai penyakit seperti maag, bisul, melancarkan peredaran darah, haid terhenti dan juga stroke. Saya ambil salah satu gambar dari google, lalu saya kirimkan kepada ibu mertua saya.

Lalu ibu mertua saya bilang, tolong nanti kalau pulang kampung, bawain dauh karet kebo tersebut. Waduh, saya tidak tega bilang kalau sebetulnya saya juga baru melihatnya melalui google, belum pernah melihatnya di dunia nyata. Tak disangka, ketika sore hari saya menjemput suami saya di kantornya, di sana ada satu pot berisi tanaman karet kebo. Ah, tapi masak saya metikin daun karet kebo di pot itu yang jumlahnya pun tidak seberapa.

Besoknya, sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya (rute berangkat dan pulang berbeda) saya mengamati setiap pohon yang saya lewati. Wah kok nggak nemu ya,,,apakah pohon ini sudah langka. Lalu saya ingat ada sebuah pohon besar di dekat jembatan Slipi, saya mengatakan kepada suami saya bahwa kami harus kesana untuk survey. Belum sempat kami survey, suatu hari di tengah kemacetan tepat di samping kantor saya, mata saya terpaku pada dedaunan di dinding pagar pembatas flyover. Karet Kebo!!

Ya ampun, ternyata di dekat kantor saya juga ada pohon karet kebo yang besar sekali, bahkan ada dua pohon sekaligus di pinggir flyover! Lalu pas perjalanan berangkat dan pulang berikutnya, saya menemukan pohon itu lagi dan lagi di sepanjang jalan. Ternyata masih banyak terdapat pohon karet kebo tersebut di Jabodetabek. Akhirnya saya memetik 21 lembar daun dari pinggir jalan dan saya kirimkan melalui pos ke rumah mertua saya.

Saya belum bertanya lagi apakah sudah dicoba direbus dan diminum airnya oleh mertua saya. Sebetulnya saya juga ingin mencobanya karena beberapa tahun terakhir saya bermasalah dengan berat badan dan itu mempengaruhi siklus haid saya yang menjadi terhenti. Saya juga pernah beberapa kali memeriksa kolesterol dan pernah terlalu tinggi. Mengingat keluhan saya itu, sepertinya saya memang harus mencobanya.

Nanti kalau sudah saya coba, saya akan ceritakan di blog sini bagaimana hasilnya ya :)

Monday, 13 November 2017

Implementasi Mengenalkan Tuhan

Pada postingan saya beberapa hari yang lalu, saya sudah membayangkan akan dengan lancar mengenalkan Allah kepada anak-anak saya. Dengan gaya santai, saya mencoba menyampaikan materi "Ketuhanan" kepada mereka. Namun ternyata imajinasi anak-anak itu sungguh sangat sangat sangat luas dan tinggi sekali,hahahaha saya akan ceritakan di sini.

Saya : Anak-anak bunda yang pintar, ayo sini bobok di samping bunda, bunda mau cerita

Inas dan Hafi : Waaaahhh,,,cerita apaaa... (mereka berdua berbaring masing-masing di samping kanan dan kiri saya.

Saya : kisah tentang indah hari tua bersamamu..

Inas dan Hafi : Haaaaaaa??????? Itu kan laguu... Hahahahaha

Iya, itu sepotong bait di lagu Surat Cinta untuk Starla, hahaha

Saya : Hahaha.. Bukan itu sih, bunda mau cerita tentang..

Hafi : Tentang cinderella!!

Saya : Hahaha,,emang kamu tau Cinderela, Dek?

Hafi : Aku tau putri kiki yang ada di Tayo,,

Saya : Hahahaha... Nggak ah, bunda mau cerita tentang yang menciptakan kita semua,,yang menciptakan ayah, bunda, inas, hafi, oma, opa, mbah uti..

Inas : Pakde diki, bude, kakak sakhi..

Hafi : Ava, onti puspa, om iki, malika

Inas : nindi, mas ayos, mba noan...

Sekitar 2 menit kemudian mereka masih menyebut semua nama orang yang dikenal plus gunung, laut, jalan raya, rumah, angin, awan,,dll dst..

Saya : iya, yang menciptakan semua itu adalah?

Inas dan Hafi : Allah!!!

Saya : Iya betul, Allah itu Tuhan kita, pencipta alam semesta. Allah itu Maha Kuasa, hebat sekali bisa melakukan apa saja...

Hafi : Kalau malam Allahnya tidur

Saya : Tidak, Allah tidak pernah tidur, Allah tidak pernah tidur, tidak pernah capek, hebat sekali

Inas : apakah matanya Allah tidak berat?

Saya : Kalau yang matanya berat itu manusia, kalau capek dan ngantuk matanya berat,,seperti kakak..

Inas dan Hafi : Hahahahahaha...

Inas : Allah itu rumahnya dimana?

Saya : Allah itu di arsy..

Inas : Arsy itu seperti apa?

Hafi : Kalau Allah itu seperti apa bunda?

Saya : Allah dan arsy itu manusia tidak bisa melihatnya

Inas : Tapi aku mau tahu Allah itu seperti apa..

Saya : Tidak ada yang bisa melihat Allah, Nak.. Kita mungkin akan bertemu Allah kalau sudah meninggal, tapiii,,,kita harus menjadi orang baik yang disayang sama Allah..

Inas : Tetapi aku tidak suka meninggal..

Saya : Nanti kakak berdoa sama Allah ya, minta sama Allah supaya diberikan umur yang banyak,,supaya bisa banyak membantu orang..

Inas : Tapi Allah itu seperti apa?

Hafi : Arsy seperti apa? Bagaimana kalau kita cari di gugel...

Mereka langsung menyapa "halo gugel" dan ...

Hafi : Hah?? Allah itu seperti iqra?? (iqra : buku belajar membaca alquran)

Saya : Bukan sayang, tidak ada yang bisa melihat Allah, itu hanya tulisan arab yang berbunyi Allah..

Inas : Akhsi! Akhsi! (berkali-kali dia berteriak ke smartpphone tetapi hasilnya masih "aksi" karena cadel. setelah beberap kali akhirnya tulisan "arsy" yang muncul bersama gambar-gambar putrinya Anang Hermansyah, hahaha). Lalu saya ketikkan "arsy Allah" di mesin pencari..

to be continued....

Sunday, 12 November 2017

Tentang Rina Nose

Saya tidak kenal mbak Rina, bahkan bertemu pun belum pernah. Saya hanya baru melihat dia di layar kaca, ketika memandu sebuah acara. Sebatas itu saja yang yang saya tahu tentang seorang Rina Nose. Rina yang terkenal karena hidung peseknya, yang kemudian membuat dia jadi memiliki nama panggung Rina Nose, Rina Hidung. Mbak Rina itu pandai melucu dan suaranya bagus dan juga pintar menyanyi. Jadi, saya akan menyampaikan uneg-uneg saya sebatas sepengetahuan saya tentang Mbak Rina Nose ini.

Mbak Rina adalah artis yang semula memang tidak mengenakan kerudung dalam kesehariannya. Hingga kemudian di pertengahan tahun 2016, Mbak Rina memutuskan untuk mengenakan kerudung dalam kesehariannya karena "katanya" setelah pencariannya selama 2-3 tahun, membuat hatinya mantap untuk merubah penampilannya tersebut. Menurut sebagian besar orang, perubahan penampilannya ini membuat Mbak Rina dinilai lebih religius dibanding sebelumnya padahal menurut saya, itu hanya masalah penampilan saja, esensi religiusitas bukan disitu.

Sekitar setahun kemudian, yaitu beberapa hari yang lalu, Mbak Rina yang dinilai sebagian besar orang sudah menjadi lebih religius karena kerudungnya, memutuskan untuk tidak lagi mengenakan kerudung dalam kesehariannya (lagi), sama seperti dulu. Hal ini menimbulkan kekecewaan buat sebagian orang yang sebelumnya memuji Mbak Rina dengan kerudungnya. Dan menurut saya, apa yang membuatnya kecewa? Ya karena mereka menganggap penampilan Mbak Rina itu sebagai tolok ukur religiusitasnya itu tadi.

Wahai, buat saya Mbak Rina adalah manusia biasa, tempatnya salah dan lupa. Dan masih ingatkah kamu, hati manusia itu gampang sekali dibolak-balikkan, jadi menjadi sangat wajar ketika Mbak Rina tiba-tiba memakai kerudung, lalu menjadi tidak. Jangankan kerudung, banyak orang yang semula rajin sembahyang, bisa berubah menjadi orang lain yang sangat-sangat berbeda bahkan tidak sholat sama sekali. Jadi, saya rasa perubaha Mbak Rina ini tidak usah terlalu diributkan.

Permasalahan yang terjadi kemudian adalah disebabkan oleh posisi Mbak Rina yang dianggap sebagai figur publik yang banyak memiliki pengaruh terhadap khalayak ramai yang mungkin banget akan menjadikan Mbak Rina sebagai teladan. Well, dalam hal ini saya memandang permasalahan ini dari sisi orang tua. PR buat orang tua adalah memberikan teladan kepada anak-anaknya dan mengenalkan sosok yang tepat menjadi teladan, yaitu Rasulullah SAW. Kita sendiri harus memberikan contoh tersebut, jangan menjadikan artis atau manusia lain sebagai teladan, teladan terbaik adalah Rasulullah. Titik. Panduan hidup kita adalah Alquran dan Assunah, bukan gaya hidup artis.

Jadi untuk kawan-kawan yang ribut dengan perncopotan kerudung Mbak Rina, ayo fokus dengan menjaga anak-anak kita, fokus menjaga keluarga kita supaya tidak melencengkan keteladanan kepada yang tidak seharusnya. Suri tauladan kita adalah Rasulullah, bukan yang lain :)

Saturday, 11 November 2017

Memikirkan Pendidikan Anak

Semenjak anak saya mogok sekolah beberapa tahun yang lalu, yang dimulai tepat di saat dia seharusnya pindah ke TK B, saya mulai melirik homeschooling. Sekolah rumah, dimana sekolahnya adalah rumahnya dan rumahnya adalah sekolahnya. Dia bisa belajar apa saja, dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Saya sangat tertarik dengan konsep ini, karena sesungguhnya memang kita bisa belajar apa saja, kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja, itu sudah sunatullah sejak manusia dilahirkan sampai nantinya manusia meninggal dunia.

Namun, setelah melihat beberapa keluarga yang menerapkan HS, saya menjadi sedikit minder. Karena mereka terlihat sangat keren. Orang tua yang terlibat terlihat sangat kreatif, inovatif dan mumpuni, anak-anaknya terlihat sangat cerdas dan berprestasi. Saya jadi otomatis mempertanyakan kapasitas saya sendiri, bisa nggak saya seperti itu? Bisa nggak saya membuat anak-anak saya mengoptimalkan kemampuannya. Saya menjadi sedikit takut.

Saya mulai memikirkan gambaran besarnya. Okelah, untuk materi pelajaran tingkat SD, saya yakin saya dan ayahnya bisa mengajari mereka karena saya yakin kami menguasai dengan baik materi tingkat dasar itu, namun untuk tingkat SMP dan selanjutnya, saya masih sangat ragu. Oleh karena itu, saya menyusun rencana dimana HS hanya akan kami terapkan kepada mereka sampai mereka mendapatkan ijazah setingkat SD-nya dan selanjutnya berlanjut ke sekolah formal. Bisa seperti itu? Dari yang saya baca, hal tersebut sangat mungkin, karena jika kita melaksanakan HS dengan metode schooling at home, maka sebenarnya yang mereka pelajari adalah mirip seperti sekolah formal pada umumnya, hanya saja berbeda metode dan untuk ijazahnya, mereka dapat mengikuti ujian kesetaraan seperti paket A, B dan C.

Tantangan kedua adalah, ternyata mengajarkan sesuatu kepada anak adalah bukan perkara mudah. Anak-anak seperti spons kering yang menyerap air, cepat sekali mereka belajar, namun...dibalik semua itu, anak-anak juga seperti balon udara, imajinasinya terlampau tinggi jika dibandingkan dengan orang tua, sehingga ketika kita mencoba mengajarkan sesuatu, imajinasi mereka bisa membuat bahan ajar kita melenceng sangat jauh ketika disampaikan. Itu bukan hal yang buruk, karena secara alamiah anak-anak memang akan mempertanyakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Tuntun mereka ke jalan yang benar, itu kuncinya.

Tantangan berikutnya adalah lingkungan. Lingkungan kita masih terkungkung pada pola pikir bahwa untuk mendapatkan ilmu, anak-anak harus sekolah. Dan sekolah di pikiran mereka adalah sekolah formal saja titik. Itu yang membuat keluarga HS harus memiliki tekad yang kuat, prinsip yang kokoh dan hati yang sabar. Mulai dari menjelaskan konsep pendidikan, konsep HS sampai bahkan pada pola pikir masyarakat dan semuanya. Tak jarang masyarakat akan menilai "aneh" kepada keluarga HS, karena dianggap membiarkan anak-anaknya tanpa pendidikan, atau dianggap kikir karena tidak mau mengeluarkan uang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Well, dan masyarakat itu termasuk juga adalah keluarga besar, kakek nenek mereka pasti akan bertanya-tanya ketika cucu-cucu kesayangan mereka tidak bersekolah seperti anak-anak lain. Siapkan mental dan jawaban yang kuat untuk ini. Buat saya, ini masih menjadi PR besar, karena orang tua kami adalah kepala sekolah. Hiks. Dan payahnya, saya yang masih memiliki rasa takut tidak bisa mengajarkan yang terbaik buat anak-anak saya, malah jadi labil antara tetap melaksanakan HS atau memaksa anak saya untuk masuk sekolah formal.

Secara pemikiran, saya lebih cenderung tetap melaksanakan HS untuk anak saya, hal-hal negatif tentang HS yang sering dipertanyakan masyarakat tidak menjadi masalah buat saya dan menurut saya hal-hal itu bisa dijawab dengan mudah oleh HS, bahkan malah menjadikannya nilai tambah. Misalnya tentang pergaulan anak HS yang dianggap kurang pergaulan atau kuper. Well, satu satunya kekurangan anak HS dalam pergaulan adalah bahwa mereka tidak memiliki teman sekolah. Dan menurut saya itu tidak menjadi masalah, karena sebetulnya dalam dunia nyata pun, pergaulan itu tidak memandang usia, pekerjaan, suku dan ras, agama bahkan dimana dia bersekolah. Di masyarakat kita diharuskan bisa bergaul dengan manusia dari semua latar belakang dan usia, ya kan? Jadi HS menurut saya masih lebih bagus. Yang membuat saya ragu hanyalah kapasitas saya, dan sepertinya saya bisa jika saya mau berusaha.

Ada saran?

Friday, 10 November 2017

Pelajaran Kehidupan (3)

Untuk Apa Manusia Diciptakan?

Kata Allah, jin dan manusia itu diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Allah. Apa itu ibadah?
Ibadah berasal dari kata dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Artinya tugas kita adalah patuh nurut kepada Allah. Ikut perintah Allah, tidak melakukan yang dilarang Allah. 

Tahunya darimana apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan dilarang oleh Allah? Tahunya dari Rasulullah, dari Alquran dan dari sunatullah yang terjadi di alam semesta ini. Karena itulah Allah memberikan kita akal untuk berfikir, tubuh untuk melihat, mendengar, belajar, hati untuk merasakan dan lain-lain.

Kita harus tahu tugas-tugas kita dengan mempelajari petunjuk yang dikasih sama Allah. Makanya akal digunakan untuk belajar dan mempelajari Alquran dan Hadist. Hadist itu adalah petunjuk yang Allah berikan melalui perkataan, perbuatan dan perilaku Rasulullah.

Ibadah itu ada 2 macam, ibadah murni dan ibadah lainnya. Ibadah murni adalah ibadah yang pelaksanaannya sudah diatur oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sedangkan ibadah lainnya adalah semua perbuatan baik yang dilakukan untuk mencari ridha Allah. Seperti sedekah, berbuat baik kepada sesama, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan dan lain-lain.

Jadi sebagai manusia kita harus taat kepada Allah kemudian berbuat baik untuk mencari ridha Allah.

Thursday, 9 November 2017

Pelajaran Kehidupan (2)

Manusia

Manusia itu adalah kita. Salah satu makhluk ciptaan Allah yang diberikan kelebihan dibanding makhluk Allah yang lainnya misalnya binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Manusia itu terdiri dari jasad atau tubuh kita ini dan juga ruh yang membuat kita hidup. Kalau meninggal, itu adalah saat ruh sudah waktunya kembali kepada Allah dan meninggalkan badannya. Untuk menjalani hidup di dunia ini, manusia dilengkapi dengan hati, akal dan tubuhnya. Hati digunakan manusia untuk merasakan sesuatu, memmilih yang baik dan tidak baik dan untuk tahu mana yang benar dan tidak benar. Akah diberikan kepada manusia supaya manusia bisa mencari ilmu dan menjadi pintar. Sedangkah tubuh, diberikan kepada manusia supaya manusia bisa berbuat sesuatu yang baik-baik.

Tubuh manusia diciptakan Allah dari tanah, dan ruh yang Allah ciptakan dari alam arwah yang manusia pun tidak tahu bahannya apa. Hanya Allah yang tahu. Nantinya, tubuh manusia digabungkan dengan ruhnya, akan dikeluarkan Allah ke alam dunia melalui perut ibunya.

Setelah lahir ke dunia, manusia hidup dan menjalani aktifitasnya di dunia sampai jatah umur yang Allah berikan kepadanya habis. Kalau jatah umurnya sudah habis, maka ruh akan kembali kepada Allah sedangkan tubuhnya akan rusak dan kembali menjadi tanah.

Jadi, sebagai manusia kita tidak punya kekuatan apapun kecuali diberikan oleh Allah.

Wednesday, 8 November 2017

Tugas Bersama (Part 1)

Halo rekan-rekan sekalian, kali ini yang akan saya posting adalah tulisan dari suami saya. Iya, tulisan perdananya yang minta tolong nebeng mejeng di blog saya, hahahaha...

Selamat membaca!

------------------------------------------------------------------------------------------

Anak-anak adalah masa depan bangsa. Mereka adalah aset, penerus perjuangan kita. Tentu saja yang orang tua harapkan adalah kelak anak-anak mereka akan menjadi anak soleh, pandai, cerdas, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Tapi untuk memperjuangkan hal tersebut tidaklah mudah, butuh kerjasama dan komitmen semua pihak, mulai dari anak, adik, ayah, ibu, serta kakek dan neneknya, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah pemerintah. Loh kok pemerintah dibawa-bawa??? Ya iyalah secara yang punya negara, yang nerbitin aturan itu mereka.

Sebagai gambaran, saya adalah ayah dari dua orang putra, Inas 6 tahun dan Hafi 4 tahun. Inas diusianya yang sudah 6 tahun lewat seharusnya sudah bisa memulai sekolah dasar kelas 1. Saya awalnya pun sangat berkeinginan agar dia bisa bersekolah dasar agar tidak kalah dengan anak-anak di TK-nya maupun anak-anak dari teman-teman kantor saya. Namun karena Inas suka ngambek, gak mau ditinggal sekolah sendirian, atas pertimbangan psikologis, masukan dari kakek dan neneknya dan tentu saja, masukan dari bundanya yang sudah rela perutnya dirobek demi ngeluarin Inas, akhirnya saya mengalah. Inas diputuskan untuk belajar dirumah. Awalnya tentu saja terkadang saya minder, ketika ditanya Inas sekolah kelas berapa? Sekolah dimana? Mau dijawab tidak sekolah, belajar dirumah saja, ya ampun malu banget... (orang tua aneh ya... yang jalanin siapa, yang malu siapa).

Setelah kami memutuskan untuk mendidik Inas di rumah. Istriku yang secara aktif browsing sana-sini, ngobrol sama orang antah berahtah yang dia kenal di media sosial maupun dari internet. Menceritakan metode pedidikan yang akan digunakan, pelajaran apa yang akan diberikan, dan juga kisah inspirasi penyemangat bahwa banyak diluar sana, anak yang terlambat sekolah dasar bisa mengejar ketertinggalan dan bisa sukses. Kemudian dia juga menceritakan anak-anak yang tidak sekolah secara formal di SD, hanya dididik oleh ibunya dirumah bisa menjadi orang yang sukses, bahkan melewati anak pada umumnya.

Mendengar penjelasan dan pengertiannya istriku, aku jadi teringat masa kecilku dulu, dimana waktu aku umur 6 tahun, mamahku yang seorang guru SD mencoba menyekolahkanku. Tapi ternyata sering saya sering nangis di kelas jika ditinggal mamah untuk mengajar kelas lain. dan atas pertimbangan mamah dan papah, bahwa mental saya belum cukup kuat, meskipun saat itu saya sudah mahir membaca, menulis dan berhitung. Dan memang orang tua saya tidak memaksa saya harus sekolah. Akhirnya tidak ada dua bulan, saya pun sudah berhenti sekolah, mulai belajar secara otodidak dirumah.
--------------------------------------------------------------------------------

to be continued...

Bangun Pagi

Ketika engkau bangun tidur, membuka mata di pagi hari, apa yang ada di pikiranmu?

Apakah pesan-pesan di media sosial yang mungkin masuk ke akunmu ketika kamu terlelap semalam?
Atau tumpukan tugas-tugas kantor yang menunggu diselesaikan?
Atau janji-janjimu dengan rekan-rekan dan atasan-atasanmu?
Atau menu makanan yang harus engkau siapkan hari ini untuk keluarga kecilmu?
Atau cicilan hutang yang harus kau bayar hari ini?
Atau tumpukan pekerjaan rumah yang kau rasa tidak ada habisnya kau kerjakan?

Ah,,kurasa hidup tidak harus serumit itu


Ada seseorang yang begitu matanya terbuka di pagi harinya
Dia akan mengingat secangkir kopi lengkap dengan pendampingnya,
Serta waktu damai pagi disela sejuknya angin subuh yang menyapa...
Dinikmatinya tegukan demi tegukan sambil dikumpulkannya rasa syukur untuk kehidupannya hari ini
Terima kasih dia sehat hari ini
Terima kasih dia masih hidup hari ini
Terima kasih dia masih memiliki waktu untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang menunggunya hari ini
Setelah kosong gelasnya, dia bergegas mandi dan menggosok gigi dengan santai
Lalu mulai tersenyum dan mengerjakan apa yang harus dia kerjakan

Ada kalanya sesuatu itu tidak harus selalu kita pikirkan setiap saat
karena sesuatu itu hanya perlu kita kerjakan..

Bagaimana pagimu?

Tuesday, 7 November 2017

Pelajaran Kehidupan (1)

Pengenalan Tuhan

Nak, tahu kah kamu siapakah yang menciptakan kita semua? Yang menciptakan ayah, bunda, oma, opa, kamu, adek kamu dan juga bumi ini?

Iya, dia adalah Tuhan. Tuhan itu Maha Kuasa. Maha itu artinya di atas semuanya, dia sangat sangat sangat berkuasa atas semuanya. Dan Dia itu Maha Semuanya, tidak ada yang bisa menandingi Tuhan.

Tuhan menciptakan makhluk hidup dan juga benda mati. Seperti manusia, binatang, pohon-pohon dan juga gunung, tanah, air dan udara, tentu saja semuanya Tuhan yang ciptakan.

Tuhan juga Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada makhluknya. Makhluk itu adalah semua yang Tuhan ciptakan. Tuhan sayang sekali pada kita, sehingga semua kebutuhan kita diberikan oleh Tuhan. Makanan, minuman, kendaraan, tempat tinggal, udara untuk bernafas, rezeki untuk menikmati semua itu semua Tuhan yang memberikan.

Tuhan cuma ada satu. Allah. Ada sifat-sifat Allah yang perlu kita ketahui :
1. Wujud (Ada)
2. Qidam (Dahulu)
3. Baqa (Kekal Abadi)
4. Mukhalafu lil hawadists (Berbeda denga makhluknya)
5. Qiyamuhu binafsihi (Berdiri Sendiri)
6. Wahdaniyat (Esa)
7. Qudrat (Berkuasa)
8. Iradat (Berkehendak)
9. Ilmu (Mengetahui)
10. Hayat (Hidup)
11. Sama (Mendengar)
12. Bashar (Melihat)
13. Kalam (Berbicara)
14. Qadiran (Maha Berkuasa)
15. Muridan (Maha Berkehendak)
16. Alimun (Maha Mengetahui)
17. Hayyun (Maha Hidup)
18. Samian (Maha Mendengar)
19. Bashiran (Maha Melihat)
20. Mutakaliman (Maha Berkata-kata)

Tuh kan, buat Allah, tidak ada yang tidak mungkin, semuanya Allah bisa ciptakan!

Itulah Allah, Tuhan yang menciptakan kita dan alam semesta ini, semuanya Allah yang ciptakan.

Monday, 6 November 2017

Sebuah Pemikiran tentang Pelajaran

Saya sedang memikirkan darimana saya mendapatkan semua ilmu pengetahuan yang ada di kepala saya saat ini. Saya ingin memberikan semua ilmu pengetahuan yang ada di kepala saya ini kepada anak-anak saya, untuk itu saya harus tahu darimana saya mendapatkannya dulu. apakah dari sekolah, dari ajaran bapak dan ibuk, dari TPA atau dari pengalaman hidup sehari hari.

Satu masalah yang saya hadapi saat ini adalah bahwa anak saya tidak mau bersekolah di sekolah formal. Jadi saya sedang memikirkan bagaimana menyampaikan ilmu pengetahuan yang dulu saya dapat dari sekolah formal kepadanya. Mungkin tidak akan membuat saya mengernyitkan dahi ketika ilmu pengetahuan tersebut saya pahami sungguh-sungguh sehingga dengan mudah saya mengajarkannya kembali kepada anak-anak saya, bagaimana jika yang saya tidak menguasai, sedangkan mereka minatnya ada di sana?

Ah, lalu saya berfikir lebih luas. Melihat hidup lebih besar. Memikirkan tugas kita semua sebagai manusia. Untuk apa kita diciptakan dan harus bagaimana? Saya memikirkan masa depan anak saya jauh lebih ke depan dibandingkan sekedar memperoleh pekerjaan dan mendapatkan uang. Saya memikirkan pelajaran hidup manusia.

Terbesit di kepala saya, saya harus membuat sebuah buku untuk anak-anak saya yang isinya bisa menjadi bekal nanti ketika dia dewasa. Mungkin saya bisa memulai dengan mengenalkan Tuhannya, mengenalkan dirinya dan kemudian menjelaskan tugasnya di dunia ini. Tentu saja tidak boleh ketinggalan adalah kemana nanti kita akan menuju.

Saya tahu ini keinginan yang tidak mudah, tetapi saya akan mencobanya. Bismillah...

Sunday, 5 November 2017

Ulang Tahun

Setumpuk perhatian
Sejumput lirikan dan
sebongkah kue tart
menghampirimu pagi tadi

Sejenak udara berhamburan
berisi butiran-butiran doa dan
harapan akan masa depan
mengusap halus wajahmu yang bahagia

Mereka bilang hari ini istimewa
karena beberapa waktu yang lama
di tanggal inilah kamu mulai ada
di dunia dan mengisinya dengan tangis dan tawa

Lalu mereka berkata
selamat berbahagia
selamat bertambah usia
semoga sisa umurmu berguna.

Amiiin.
Itu saja yang kau kata
lalu terima kasih

Saturday, 4 November 2017

Prioritas

Prioritas adalah hal yang membuat kita mampu mengesampingkan hal lain demi terlaksananya hal yang kita prioritaskan.

Prioritas antara satu orang dengan yang lain tentu berbeda. Karena prioritas hadir dari prinsip masing-masing individu. Prinsip sendiri adalah hasil dari pengalaman dan pemikiran seseorang yang sumbernya adalah latar belakang, pengalaman dan situasi dan kondisi seseorang itu.

Dalam pandangan yang (seharusnya menjadi) paling dasar seorang muslim, hal yang menjadi prioritasnya adalah tugasnya dari Tuhannya, tentang untuk apa dia diciptakan. Dan tugas manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah itu apa? Beribadah adalah melakukan kebaikan yang ditujukan untuk mencari ridho-Nya. Tentu saja, dalam beribadah itu ada aturan yang harus dipatuhi, dan aturan-aturan itu ada dalam ilmu agama yang harus dipelajari seluruh umat islam dari sejak dia ada di buaian sampai nantinya dia mencapai batas umurnya dan siap dimasukkan ke dalam liang lahat.

Panduan hidup manusia itu sendiri pada pokoknya ada 2, yaitu kitab suci Alquran dan hadist nabi. Bagaimana manusia bias perpegang pada kedua hal itu jika membacanya pun tidak pernah? Apalagi mempelajari maknanya?

Namun dalam kenyataannya, setelah terlahir ke dunia, menikmati segala fasilitas yang Tuhannya berikan, manusia lupa dengan semua itu. Dan mempelajari Alquran pun lenyap, sama sekali tidak masuk prioritasnya. Jangankan masuk list prioritas, justru malah dirasakan sebagai keterpaksaan dan gangguan dari melaksanakan aktivitas lainnya di dunia ini.

Dan itulah yang saya rasakan beberapa waktu lalu. Saya merasa terganggu ketika saya merasa bersalah sudah bertahun-tahun tidak bias mengkhatamkan Alquran. Saya merasa bersalah sekaligus kesal karena tidak bias memaksa diri saya untuk menyapa Alquran saya setidaknya satu kali setiap hari. Dan cita-cita besar saya masih belum berubah, ingin masuk surga-Nya. Yang mana setelah saya pikirkan kembali, itu seperti saya bermimpi di siang bolong.

Lalu saya mulai memaksa diri saya untuk berubah. Saya percaya perubahan yang awet adalah perubahan yang dilakukan sedikit demi sedikit namun rutin dilaksanakan. Istiqomah. Dan tentu saja saya juga harus catat, bahwa proses menjadi lebih baik itu tidak akan mudah. Dan untuk menguatkan saya, saya mengajakn beberapa teman yang merasakan permasalahan yang sama. Supaya kalau saya mulai hilang semangat, ada mereka yang mengingatkan dan menyemangati saya.

Ah, saya menulis panjang lebar ini hanya untuk meminta doa. Saya minta doanya, semoga kami tetap istiqomah memperbaiki diri. Karena tidak ada tugas yang lebih penting dari Allah selain beribadah kepadanya, dan untuk mengerti ilmunya, kami harus tetap belajar,

Friday, 3 November 2017

Tugasmu Hanya...

Kemarin saya sempat sangat marah pada seseorang yang bahkan saya tidak kenal. Pokoknya saya "sangking" marahnya sampai memaki-maki.

Kemudian salah seorang kawan saya berkata kepada saya, "Tugas kita hanyalah berbuat baik, urusan dia berbuat jahat pada kita, itu bukan urusan kita. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang bisa merubah hal itu, ya kamu lakukan itu, tetapi kalau tidak bisa, teruskan berbuat baik. Apakah dengan kamu marah-marah, dengan kamu kesal sendiri begitu akan ada dampak positifnya? Tidak, kan? Jadi mending kamu tetap fokus berbuat baik."

Iya sih..

Aku terdiam, menarik nafas panjang lalu menghembuskan pelan-pelan. Benarlah bahwa hati itu gampang sekali terbolak balik, lalu aku putuskan untuk tidak melanjutkan kekesalan. Aku putuskan untuk berbahagia!

Lalu aku tertidur nyenyak di kursi tamu kantor, hahahaha

Thursday, 2 November 2017

Maybe Someday

Pernah dengar Hobbiton Movie Set? Atau Sovereign Ballarat Hills? Iya dua tempat wisata yang berupa suatu tempat yang dibuat sedemikian sehingga seperti "sebuah tempat yang lain".

Hobbiton Movie Set sebelumnya adalah tanah perkebunan milik seseorang yang bernama Alexander yang kemudian dibentuk menjadi "desa Hobbit" yaitu sebuah perkampungan tempat tinggal Hobbit (makhluk cebol ciptaan J.R.R Tolkien). Perkebunan yang berbukit-bukit itu disulap menjadi perkampungan dengan rumah-rumah imut berpintu bundar lengkap dengan sungai, kincir air dan perkebunan yang "hidup". Pembuatan "desa" tersebut membutuhkan waktu selama 2 tahun, dan hanya digunakan untuk keperluan syuting selama 12 hari. Setelah selesai digunakan untuk keperluan pembuatan film Lord of The Rings itu, "desa" itu dijadikan tujuan wisatawan. Cerdas. Masyarakat berbagai negara datang ke tempat tersebut sekedar untuk melihat langsung tempat yang ada di buku dan film LOTR. Kamu penasaran juga nggak?

Sovereign Ballarat Hills adalah lokasi yang dulunya adalah tempat pertambangan emas yang kini disulap menjadi lokasi wisata "hidup" dimana disana dibuat sedemikian serupa sehingga seperti kota di tahun 1800-an. Keren sekali.

Hmmm...

Sejujurnya saya sama sekali belum pernah kesana. Saya hanya membacanya melalui mesin pencari dan begitu takjub dengan penampakannya.

Jauh di dalam kepala saya, saya ingin sekali membuat yang seperti itu. Saya ingin membuat sebuah "desa" yang asri dan sejuk dan bersih lengkap dengan pola kehidupan yang "so yesterday" seperti suasana saat saya masih kecil dulu.

Saya pikir pertama-tama saya harus punya tempat atau lahan yang luas dulu. Kemudian saya buat rancangannya, dan secara bertahap "membangun sistem"nya. Saya rasa, itu adalah proyek besar dan saya harus melibatkan seluruh keluarga saya. Menurut saya akan sangat bagus jika kami sendiri yang mengisi "desa" tersebut. Tinggal disana, bercocok tanam dan berdagang, kemudian mengundang guru untuk mengajar pelajaran umum dan mengaji.

Sepanjang saya menjalani masa hidup saya yang sudah 30 tahun ini, masa-masa tinggal di kampung dengan kehidupan yang sederhana itu rasanya jauh lebih "hidup" dibandingkan dengan saat ini, dimana manusia lebih eksis di dunia maya daripada di dunia nyata. Dimana kesehatan dan pembelajaran menjadi hal yang "hanya ada di angan", sedangkan hiburan dan hiburan terus menerus menjadi pusat kehidupan.

Mungkin suatu saat nanti saya akan punya "desa" saya sendiri...

Maybe someday...

Wednesday, 1 November 2017

Tanggal Muda

Entah sejak kapan hari memiliki usia
Padahal pagi siang dan malam
datang dan pergi di waktu yang sama
sepanjang waktu sejak aku ada

Katanya hari ini tanggal muda
hari yang bahagia

Aku berjalan dengan senyum lebar
merasa bahagia karena tanggal muda
Aku bertemu denganmu lagi
yang berangkat bekerja setiap pagi

Hari ini kau tergesa-gesa
tidak seperti biasa

Aku mengamatimu sampai jauh
hingga kau bertemu dengan kawanmu
lalu kalian berjalan semakin jauh
dan aku mulai tertarik mengikutimu

Disana kulihat kalian duduk bersama
ada yang berteriak dengan nada yang sama
kalian tidak berbahagia
padahal hari ini tanggal muda

Aku akan sampaikan pada mereka
tanggal muda bukan hari bahagia
tetapi hari demonstrasi
seperti kata kawanmu yang berorasi

Tuesday, 31 October 2017

Semua Tempat Adalah Playground

Siang itu udara panas di luar rumah, sedangkan di dalam rumah, tentu saja kipas angin memiliki peran besar membuat udara bergerak sehingga terasa sedikit sejuk. Ayah baru berniat memasang televisi baru yang dibelinya untuk menggantikan televisi yang tiba-tiba rusak semalam. Celingak celinguk dicarinya kantong plastik kecil berisi 6 butir baut. Tidak ketemu. Dia mencurigai kedua anaknya yang memang biasa memindahkan barang-barang ke tempat yang tidak terduga-duga.

"Siapa nih yang mindahin baut ayah?"

"Aku tidak," jawab si Bungsu

"Aku juga tidak," sahut si Sulung.

"Apa tidak usah dipasang saja nih tivinya? Biar ga bisa liat tivi lagi?"

Ayah mencari ke seluruh penjuru rumah sambil kesal. Tidak juga ditemukannya baut itu. Bunda pun mulai ikut mencari dan hasilnya pun nihil. Kedua anak itu tidak kalah sibuk, mereka berlarian kesana kemari sambil melemparkan barang-barang, berusaha "mencari baut". Tanpa suara ayah dan bunda terus mencari dan memikirkan solusi.

"Hafi, ayo sini," si Sulung memanggil adiknya. Dia berdiri di samping dipan yang terletak di ruang keluarga. Adiknya yang sedang "mencari baut" di dapur, buru-buru menghampiri.

"Ayo angkat! Satu! Dua! Tiiii...ga!." Kedua anak kecil berumur 4 dan 6 tahun itupun bekerja sama mengangkat satu sisi dipan, seperti yang biasa dilakukan ayah atau ibunya ketika mencari benda yang dicurigai berada di bawah dipan. Mereka terlihat keberatan.

"Sudah sudah!" suara ayah terdengar sedikit melunak, mungkin karena dalam hati dia menghargai usaha kedua anak itu.

"Sudah Hafi ayo kita turunkan! Kata ayah tidak ada!"

"Huh, berat sekali. Sekarang kita jadi detektif, Hafi, sekarang kamu jadi asisten aku!" Si kakak berkata dengan sangat serius.

"Jadi apakah aku sekarang bernama Gani?" Si adik menjawab tidak kalah serius.

"Tidak Hafi, kamu jadi Baba."

"Baiklah. Kasus ke sebelas, siapakah yang menghilangkan baut?"

"Iya. Detektif peet, kasus ke sebelas, siapakah yang menghilangkan baut? Ayo kita pecahkan kasusnya!"

Dan mereka pun mulai berkeliaran di seluruh rumah mengintip kesana kesini mencari baut yang hilang. Sedangkan ayah dan bunda tidak tahu harus bilang apa, mereka hanya saling melirik dan tersenyum geli bercampur kesal. Dalam kondisi serius, kedua anaknya malah bermain peran mengikuti film kartun "Detektif Peet" dicampur "Tayo" ketika Rogi dan Gani pura-pura menjadi detektif.

Tak lama kemudian, ayah memutuskan unuk berangkat membeli baut pengganti. Dan kedua detektif itupun mengucap :

"Da da, Ayaaahh! Hati-hati di jalan yaaa!"

Monday, 30 October 2017

Manusia Tanpa Kartu

Semua warga kampung sini memanggilnya Fulan, walaupun sebenarnya, tidak ada satupun yang tahu nama aslinya. Rumahnya ada di ujung jalan setapak yang memisahkan rumahku dengan rumah kakekku, tepat berada di bawah rimbunan pohon bambu. Di sanalah setiap hari aku bermain dan mendengarkan dia bercerita tentang apapun yang kutahu sebagian besar ceritanya itu hanya ada di dalam kepalanya saja, tidak benar-benar ada di dunia nyata.

Paman Fulan orangnya sangat tampan, kulitnya putih dan matanya kebiru-biruan. Rambutnya coklat dan hidungnya sangat mancung, sangat berbeda dengan orang-orang di kampung kami yang berkulit cokelat gelap dan rambut hitam. Kalau mau tau seperti apa dia, kamu bisa lihat di televisi, dia itu mirip seperti Mike Lewis, tapi rambutnya cokelat dan matanya biru, itu saja. Saking miripnya sampai-sampai dulu aku mengira Paman Fulan bisa masuk ke dalam televisi. Cuma bentuk fisiknya saja yang membuatnya sangat berbeda, logat bicara dan tindak tanduknya sama saja dengan kebanyakan warga kampung kami. Tapi ada satu kelebihan Paman Fulan, yaitu dia sangat suka sekali bercerita, kurasa kalau dia sungguh-sungguh, dia bisa jadi juru dongeng paling hebat di seantero dunia. Karena ceritanya itu pulalah setiap hari aku rajin datang dan membantunya meraut bilah-bilah bambu tanpa dibayar.

Pagi ini aku sudah duduk rapih di depan ruman Paman Fulan, membawa pisau kecil untuk menghaluskan bilah-bilah bambu.

"Anak pintar, pagi-pagi sudah siap bekerja!" Paman Fulan keluar dari rumahnya masih berbungkus sarung.

"Iya Paman, hari ini aku mau mendengar ceritamu yang baru, dan seperti biasa, aku akan membantumu menghaluskan bilah-bilah bambu yang akan kau anyam ini," jawabku penuh semangat.

"Hari ini kita libur bekerja, Nak. Kamu duduk saja mendengarkan ceritaku, karena hari ini hari istimewa." Paman Fulan mengangkat aku dan mendudukkan aku di bale-bale yang ada di depan rumah bambunya, lalu dia masuk kembali ke dalam rumah kecilnya.

Tak lama kemudian Paman Fulan keluar membawa sebuah peti dan meletakkannya di depanku. Dibukanya dengan hati-hati peti itu lalu dikeluarkannya sebuah kain berwarna coklat yang berbentuk seperti baju penjaga hutan yang pernah aku lihat di televisi.

"Kamu tahu apa ini?" Aku menggeleng.

"Hari ini aku akan bercerita tentang baju ini. Baju ini sangat bersejarah dan penuh arti buat paman. Mungkin seumur hidup paman, baju ini akan tetap paman jaga. Nanti, kalau sewaktu-waktu paman meninggal, paman menitipkan wasiat besar padamu ya! Tolong ikutkan baju ini di kubur paman." Aku mengangguk riang, aku diberi wasiat penting! Meskipun aku tidak yakin Paman Fulan akan cepat mati, karena umurnya masih muda, kata ayahku, perkiraan umur Paman Fulan itu tiga puluhan, apakah mendekati tiga puluh atau empat puluh aku tak tahu, jadi kubilang umurnya tiga puluh lima tahun saja.

Aku menatap matanya yang biru berkilauan. Aku tahu Paman Fulan adalah orang yang sangat cerdas, aku pernah mendengar cerita kakekku tentang asal usul Paman Fulan. Bahwa suatu hari di kampung kami tiba-tiba muncul seseorang dari hutan yang terletak di ujung kampung. Dia hanya berdiri saja sepanjang hari di bawah pohon beringin di pasar, memperhatikan orang-orang lalu lalang. Anak-anak kecil, mengerumuninya karena keanehannya. Tubuhnya mirip seperti gembel gila, tanpa baju. Setelah tiga hari seperti itu, para tetua kampung membawanya ke kantor desa, membersihkannya, menggunduli rambutnya yang gimbal dan memberikannya pakaian. Ditanya apapun mulutnya hanya mengembangkan senyum yang sangat lebar, tanpa satu patah kata pun, sehingga warga kampung mengira dia bisu dan tuli. Lalu dia tinggal di pondok kecil ini, pondok yang sebelumnya adalah rumah nenek tua tanpa keluarga yang meninggal beberapa hari sebelum kedatangan Paman Fulan di kampung ini. Setiap hari dia duduk di pasar, memperhatikan orang-orang seperti sedang mempelajari sesuatu, dan benar, selang lima bulan sejak kedatangannya, tiba-tiba Paman Fulan bisa berbicara dan bertingkah layaknya manusia biasa. Paman Fulan sudah ada di rumah ini kurang lebih 10 tahun, aku rasa dia datang ke sini ketika aku dalam kandungan ibuku.

"Baju ini adalah milik seorang perempuan yang sangat mencintai hutan. Sepanjang hari sepanjang malam dia berkeliling hutan. Dibuatnya pondok kecil di atas pohon tempat dia tidur bersama burung-burung hantu dan juga monyet-monyet. Anjing-anjing hutan menjadi teman bermainnya sehari-hari. Dia sangat senang tinggal di hutan itu, hingga suatu hari, perempuan itu menemukan seorang laki-laki yang juga sangat mencintai hutan. Sama seperti dia, hanya saja, laki-laki ini belum tinggal di hutan."

"Apakah di hutan itu ada makanan?"

"Ya, di hutan banyak sekali makanan, ada sayuran, ada buah-buahan dan juga ada umbi-umbian. Kamu bisa membuat ikan bakar, membuat sate ayam dan juga membakar burung. Lezat sekali."

"Wow. Lalu perempuan dan laki-laki itu, apakah mereka memberikan bajunya padamu?"

"Iya, tapi dengarkan dulu ceritanya. Perempuan dan laki-laki itu kemudian menikah lalu bersama-sama tinggal di hutan. Tak lama perempuan itu mengandung seorang bayi. Sayangnya, ketika saat melahirkan, suaminya sedang pergi ke kota membeli kebutuhan dan tidak ada saat istrinya melahirkan. Dan ternyata, perempuan itu akhirnya harus meninggal karena kelahiran putranya tidak berjalan sebagaimana seharusnya." Paman Fulan tersenyum sangat samar.

"Lalu apakah anaknya masih hidup? Apakah anaknya bertemu dengan ayahnya?"

"Iya, anaknya masih hidup. Monyet-monyet dan anjing-anjing yang baik hati membawa anak itu pergi dan sampai saat terakhir, bayi itu tidak bertemu dengan ayahnya." Paman Fulan berhenti bercerita, dielus-elusnya kepalaku yang mulai gondrong.

"Bayi itu tumbuh besar dan hidup di dalam hutan bersama monyet-monyet dan anjing-anjing. Setiap hari berlarian kesana kemari bersama-sama. Mereka tumbuh besar dan menua bersama, hingga anjing-anjing dan monyet-monyet yang membersamainya sejak bayi mati satu per satu."

"Si bayi yang beranjak besar mulai berfikir, hewan apakah dia? Orang tuanya siapa? Apakah ada makhluk yang seperti dia? Kenapa dia hidup bersama monyet dan anjing dan hewan-hewan hutan yang tidak ada yang seperti dia?"

"Kasihan bayi itu."

"Iya, kasihan. Sampai pada akhirnya dia berjalan terus menerus berkeliling hutan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Lama sekali dia berjalan dan sangat jauh sampai akhirnya dia sampai di sebuah perkampungan. Di sana dia melihat mereka semua, sekumpulan manusia! Iya, makhluk yang sama seperti dia. Dia sangat senang sekali tapi dia sama sekali tidak mengerti apa yang orang-orang itu lakukan dan bicarakan."

"Sepanjang hari dia mengamati orang-orang itu berusaha mencerna, dia ingin bersuara tetapi tidak bisa. Jadi dia hanya mematung disitu sampai pada akhirnya ada orang-orang yang datang membawanya pergi dan menjadikannya seperti manusia yang lain."

"Apakah bayi itu adalah, Paman?"

Paman Fulan hanya tersenyum tanpa memperlihatkan giginya, tanda bahwa jawaban atas pertanyaanku adalah benar. Paman Fulan setiap hari menceritakan kisah baru kepadaku dan selalu membuatku bertanya-tanya. Terkadang ceritanya sangat ajaib sehingga aku tahu cerita itu hanya karangan dia saja. Tetapi terkadang ceritanya begitu dapat aku percaya, sehingga aku berfikir bahwa dia sedang menceritakan orang yang ada di sekitarku, atau bahkan tentang dirinya sendiri. Setiap kali aku bertanya, jawabannya selalu membuatku berpikir keras, tetapi aku bisa merasakan apa jawaban yang ingin diberikan Paman Fulan. Aku mungkin terdengar sok tahu, tapi kurasa aku benar tentang hal itu.

Pernah suatu kali Paman Fulan bercerita tentang bagaimana cara dia menemukan teknik menganyam bambu yang baik dan benar. Katanya dia memperoleh ilmu menganyam itu dari seorang nenek-nenek tua yang memberikannya ilmu lewat mimpi. Di mimpinya itu, dia diajari cara meraut bambu tanpa menyentuh dan tanpa tenaga. Lalu dia bilang, nenek-nenek itu kenal dengan aku, makanya aku jadi rajin datang ke pondok Paman Fulan dan membantu dia meraut bambu-bambu yang sudah dia belah-belah. Aku tahu dia mengarang penuh cerita itu, walaupun pada kenyataannya dia berhasil meraut bambu tanpa menyentuh dan tanpa tenaga, karena akulah yang megerjakannya. Sungguh jenius bukan?

"Jadi baju itu adalah baju ibunya Paman?"

Lagi-lagi Paman Fulan hanya tersenyum seperti sebelumnya. Dia lalu mencium baju itu, dan memasukkannya kembali ke dalam peti.

"Kamu tahu, Danar, manusia itu diberikan akal dan perasaan oleh Tuhannya sehingga dia itu bisa berfikir dan merasakan. Manusia dari hutan itu pada akhirnya bisa berbicara seperti kita, bertingkah laku seperti kita dan hidup seperti kita. Seperti bayi yang awalnya tidak bisa berbicara, berjalan dan berhitung, manusia ini bertahun kemudian akhirnya menjalani hidupnya benar-benar sebagai manusia."

"Apakah manusia yang berasal dari hutan itu adalah Paman? Hahaha. Menurut kamu, apakah mungkin ada bayi yang dirawat oleh monyet-monyet dan anjing-anjing sampai besar?"

"Ya mungkin saja, Paman. Anjing-anjing dan monyet-monyet itu kan baik." Paman Fulan tergelak mendengar jawabanku.

"Kalau begitu, mungkin saja bayi itu adalah paman."

"Suatu saat nanti, apakah paman akan tinggal di hutan?"

"Tentu tidak. Paman akan terus di sini sampai paman memiliki anak cucu."

"Hahahaha! Kalau begitu Paman harus menikah!"

"Iya, nanti paman akan menikah setelah paman memiliki kartu-kartu itu. Kartu-kartu manusia, kartu yang harus paman urus supaya paman bisa disebut manusia seutuhnya," jawabnya sambil tersenyum sangat lebar.

Aku tertawa mendengar kalimat terakhirnya, karena aku melihat Paman Fulan adalah laki-laki yang utuh tidak kurang satu apapun. Bahkan banyak sekali gadis-gadis yang tertawan wajahnya yang rupawan. Hanya saja, kata orang-orang, kalau dia mau menikah minimal dia punya KTP dan KK, sedangkan nama pun Paman Fulan tidak punya. Ah urusan orang tua terkadang memang rumit.

Sunday, 29 October 2017

Bapak

Saya mengenal seorang laki-laki yang sangat galak
Kaku dan suka marah-marah
Tidak ada satu orangpun yang saya kenal
Yang berbaur bersamanya
dan tidak pernah kena marah

Namun,
Dia adalah laki-laki yang penuh dengan cinta yang pernah saya kenal
Dia adalah laki-laki yang penuh tanggung jawab yang pernah saya kenal
Dia adalah laki-laki yang penuh perhatian yang saya kenal
Dia adalah laki-laki yang paling teguh pendirian yang saya kenal
Dia adalah bagi ribuan orang yang pernah saya kenal dan tanpa pamrih

Dia adalah seorang guru yang sebenar-benarnya
Dia adalah seorang pembelajar yang sesungguhnya

Dia adalah bapak
Bapak saya
Yang saya cintai

Saturday, 28 October 2017

Ibuk

Ibuk adalah panggilan saya kepada ibu saya. Seorang perempuan yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan sejuta kegiatan lainnya untuk saya komplit dengan limpahan kasih sayangnya. Seorang perempuan sederhana yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya, terutama kami, anak-anaknya.

Saya akan memperkenalkan teman-teman semua pada ibu saya. Namanya Endang, lahir pada tahun 1954, silahkan hitung sendiri berapa usia beliau (seandainya masih hidup saat ini). Ibu saya asli orang Ngawi, Jawa Timur. Ibu saya dua bersaudara seayah dan seibu dengan kakaknya, dan memiliki 5 saudara seayah berbeda ibu. Ibuk kecil menjadi piatu pada usianya yang ke 3,5 tahun.

Suatu ketika, bapaknya ibuk kecil ingin menikah lagi dengan seorang wanita, dimana wanita itu adalah anak angkat dari suami istri yang tidak dikaruniai anak. Untuk menggantikan anak angkat yang dinikahi oleh bapaknya, ibuk kecil kemudian diangkat menjadi anak dari mertua bapaknya tersebut. Dan sejak saat itu, orang tua dari ibuk adalah kakek dan neneknya tersebut. Dan kelak kakek nenek itu juga yang saya kenal sebagai kakek dan nenek saya.

Ibuk menempuh pendidikan di SR dan PGA 4 tahun di Ngawi. Dimana ketika PGA itulah ibuk bertemu dengan bapak yang saat itu adalah guru di PGA. Hingga kemudian ibuk dan bapak menikah dan tinggal di rumah orang tua bapak. Ibuk adalah menantu kesayangan di rumah bapak, dimana waktu itu ayahnya bapak sudah meninggal jadi tinggal ibu dari bapak yang masih ada. Ibu merawat mbak putri dengan sangat baik dan mbah putri juga sangat menyayangi ibuk. Setiap kali membutuhkan seseorang, mbah putri selalu mencari ibuk sampai saudara-saudara bapak menjadi cemburu. Haha. Hingga kemudian mbah putri pun meninggal dunia.

Ibuk lulus PGA, tetapi tidak pernah melihat ijazahnya. Iya, beliau tidak mengurus sampai selesai ijazahnya tersebut. Bapak yang berkomitmen menafkahi keluarganya tidak membiarkan ibuk ikut bekerja, tugas ibuk adalah mengurus rumah dan keluarga kami. Tiga tahun setelah menikah, bapak dan ibuk baru dikaruniai putra, kakak pertama saya. Empat tahun kemudian, putri kedua lahir. Sayangnya, kakak kedua saya ini hanya berumur 2 bulan lalu kemudian meninggal dunia. Betapa sedihnya hati ibuk dan bapak sampai masih sering menangis bertahun kemudian. Dua tahun setelah itu, lahir kakak ketiga saya, cowok. Dua tahun setelahnya, baru saya lahir dan disusul adik saya dua tahun setelah saya lahir. Iya, kami lima bersaudara dan sekarang tinggal  empat bersaudara.

Ibuk adalah wanita biasa saja yang setiap hari kegiatannya adalah memasak, membersihkan dan merapikan rumah serta mengurus anak-anak dan suaminya. Ibu adalah wanita cerdas yang setiap malam tidak pernah absen mengajari kami banyak hal, membaca, menulis, mengaji, sholat dan bernyanyi. Ibu adalah wanita yang pintar memasak, tetangga, saudara dan tamu yang pernah datang ke rumah saya saksinya. Dan asal kamu tahu, saking istimewanya masakan ibuk, saya bisa membedakan mana masakan ibuk dan mana masakan orang lain ketika banyak masakan diletakkan di suatu meja.

Kami berempat sudah bisa sholat komplit dengan bacaannya dan membaca alquran sebelum kami masuk TK. Kami sudah pandai menulis sebelum masuk TK juga. Menyanyi? Wah, saat teman-teman belajar menyanyi di TK, kami sudah hafal semua lagi yang sedang diajarkan. Ibuk memang luar biasa.

Ibuk juga mengajari kami melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring, mencuci baju, menyapu, dan juga memasak. Kami harus mahir menyapu dan mencuci piring saat SD. Dan ketika mulai memasuki SMP, kami harus sudah bisa mencuci baju kami masing-masing. Tanpa kecuali. Saya mampu mengikuti pendidikan itu, tapi...ternyata saya juga baru bisa keramas sendiri ketika masuk SMP. Hahahahaha, sungguh terlalu saya ini.

Saya sering terkenang ibuk,

Saya terkenang setiap pagi ibuk akan membangunkan kami dengan suaranya yang berasal dari dapur.

Saya terkenang ibuk yang setiap malam sehabis magrib membaca alquran di ruang tamu sambil masih menganakan mukena sepulang dari musholla.

Saya terkenang ibuk akan terlihat sedang memasak ketika saya pulang sekolah sewaktu SD. Jika ibuk membuat bubur kacang hijau hari itu, saya akan melihat pawon yang tidak dimatikan ketika ibuk selesai memasak dan menyapu seluruh dapur, karena di atasnya sedang dimasak kacang hijau yang lama sekali untuk bisa empuk. Dan nanti sore, kami akan menikmati bubur kacang hijau (bercampur beras) yang super lezat dengan kuah yang bercampur parutan kelapa (karena perasan santan yang terikut). Terkadang, ibuk menambahkan potongan ubi jalar dan irisan jahe di bubur itu.

Saya terkenang terkadang di malam hari ibuk memasak lagi makanan karena bapak ingin masakan yang lain dari yang ada di meja makan. Saat itu ibuk sangat kreatif, entah bagaimana caranya ibuk bisa menyulap sebuah jenis makanan baru dari bahan-bahan yang entaha bagaimana caranya ibuk bisa dapatkan (jaman dulu tidak ada kulkas di rumah penduduk ya).

Saya terkenang setiap kali sore hari sehabis mandi, ibuk menggambar alisnya dengan garis kurus melengkung dan memakai lipstik merah. Cantik sekali ibuku.

Saya juga terkenang sewaktu TK dan SD, setiap habis mandi pagi saya didandani oleh ibuk, dipakaikan baju, disisir rambut (dikepang, dikuncir atau di gelung) karena rambut saya yang panjang bukan main. Kemudia diakhiri dengan disuapin nasi pecel dan berangkat sekolah.

Saya juga ingat bahwa saya sering sekali sakit saat ujian catur wulan, sehingga saya harus mengikuti ujian susulan, saat itu ibuk akan mengantarkan saya ke sekolah dengan sepeda. Dan kaki saya diikat di sepeda di bawah sadel supaya kaki saya tidak khawatir terkena jeruji.

Sampai kemudian saya beranjak ABG dan SMA. Saya bersekolah di luar kota saat itu. Ibuk terkadang menelepon saya melalui telepon tetangga kost. Padahal untuk menelepon saya, ibuk harus menempuh jarak kurang lebih 5 kilometer dari rumah sampai ke wartel terdekat. Tidak banyak yang dibahas, ibuk biasanya hanya menanyakan kabar saya dan bagaimana sekolah saya, lalu apakah saya masih punya uang untuk makan dan seterusnya.

Selama ngekost, saya pulang sebulan/dua bulan sekali. Setiap pulang ibuk akan membekali saya dengan beras, kering tempe dan sambel terasi matang. Masakan ibuk itu akan habis satu sampai dua minggu ke depan. Saya jadi kangen dengan sambel terasi ibuk T.T

Bapak saya meninggal saat saya baru saja lulus SMA. Dan sejak itu, ibuk seperti orang asing. Ibuk seperti orang agak gila, pendiam dan tidak mau keluar rumah. Hampir setahun ibuk seperti itu dan baru mau keluar ketika saya minta ibuk mengantar saya ke Surabaya mengurus proses saya pindah kuliah ke Jakarta.

Tak banyak cerita yang saya alami dengan ibuk sejak saya tidak lagi tinggal di rumah, saya hanya pulang beberapa kali dalam setahun sejak SMA itu hingga kemudian saya kuliah di Surabaya dan Jakarta dan kemudian menikah dan tinggal di Jakarta saat ini.

Kami hanya sering bercakap lewat telepon sampai di hari tuanya. Beberapa kali pulang dan beberapa kali juga ibuk mengunjungi saya (yaitu saat saya melahirkan anak pertama saya, melahirkan anak kedua saya dan terakhir ketika ibu mendaftar haji yang tidak sempat berangkat).

Ibuk adalah orang yang sangat sabar penuh kasih sayang, semua saudara keluarga besar dan tetangga saya sayang pada ibuk. Ibuk adalah tetangga yang sangat rajin berbagi dan tidak pernah menolak jika dimintai tolong. Bahkan jika ibuk sendiri pun tidak bisa membantu, dia akan tetap memberikan bantuan semampunya.

Saya tidak sedang memuji-muji ibuk, karena tanpa saya puji, memang seperti itulah ibuk. Wanita luar biasa dengan segala kesederhanaanya. Quote ibuk yang paling saya ingat adalah : Gusti Allah sing mbales, Gusti Allah mboten sare. Biarlah Allah yang membalas dan Allah tidak pernah tidur.

Kenangan akan ibuk tidak akan pernah habis jika saya tuliskan di sini, di kepala dan hati saya, kenangan itu seperti pasir yang memebuhi botol, penuh dan padat. Kenangan yang akan saya bawa sampai seumur hidup saya.

Ibu saya meninggal pada tanggal 18 Oktober 2015 di Rumah Sakit Panti Waluyo Caruban setelah dirawat beberapa hari karena stroke. Stroke yang tiba-tiba terjadi di suatu sore. Ibuk yang semenjak ditinggal bapak ternyata didiagnosa memiliki penyakit diabetes melitus type II akhirnya meninggalkan kami semua selepas sholat maghrib dengan sangat tenang. Insyaallah ibuk khusnuk khotimah dengan banyak sekali amal jariyah yang menemaninya. Amiiiin ya robbal alamiin..

Friday, 27 October 2017

Ketika Nganu Menjadi Hiburan

Biasanya, saya jarang nonton TV. Namun akhir-akhir ini saya mulai kembali menonton TV hampir setiap malam menjelang tidur bahkan sampai tertidur dan TV saya nyalakan mode sleep. Bukan apa-apa, terkadang saya takut memejamkan mata, dan suara dari TV itu membuat saya merasa ada kawan sehingga lebih mudah memejamkan mata untuk tidur. Acar yang saya tonton tak lain dan tak bukan adalah acara Stand Up Comedy. Setelah seharian bekerja dan berfikir, saya pikir sebaiknya melemaskan pikiran dengan sesuatu yang lucu seperti Waktu Indonesia Bercanda dan Stand Up Comedy ini.

Sehari-dua hari saya menonton dengan biasa saja, tidak ada pikiran yang mengganjal. Sampai pada suatu ketika saya merasa ada sesuatu yang salah. Dan kemudian seperti biasa saya mulai "berbicara" pada diri saya sendiri. Jadi selama ini saya menertawakan orang yang mengolok-olok orang lain. Itulah yang menurut saya membuat SUC ini menjadi agak salah. Memang tidak semua materinya berisi olok-olok, tetapi banyak yang membuat lelucon dari olok-olok ini.

Duh dek, piye iki? Padahal aku suka nontonnya. Hiks

Dan saya pun sebagai orang yang (sok-sokan) suka nulis, akhirnya menantang diri sendiri untuk membuat skrip/materi SUC, sekaligus membuktikan apakah memang susah mencari materi lucu yang tidak berisi olok-olok. Tantangan yang ternyata membuat saya terdiam lama di depan dekstop tanpa mengetik apa-apa. Mungkin memang susah, atau memang sayanya aja yang tidak pandai melucu.

Sebetulnya tidak cuma di SUC ya, bahkan OVJ dan Fesbuker sudah lebih dulu dicap menjadi tontonan yang tidak baik oleh netizen, kalau SUC sejauh ini masih aman. Olok-olok, pembullyan atau bahkan memaki-maki orang lain dijadikan lelucon dan hiburan kita sehari-hari. Bahkan kalau di media sosial, sempat viral foto-foto dan screen capture percakapan anak SD dengan "pacarnya" dimana mereka bertingkah seperti orang dewasa. sebagian besar orang merasa itu lucu, sebagian yang lain merasa sedih dan miris.

Jadi, setelah seharian capek bekerja, lelah berfikir, lalu kita pulang dan mencari hiburan kemudian kita akan mendapatkan hal-hal nganu yang diharapkan akan membuat kita rileks. Dan semenjak saya berfikir "ada yang salah" itu, saya kok jadi malah berfikir lagi, bukannya rileks. #duhDek

Mungkin memang sebaiknya saya kembali lagi ke buku. Menjadikan buku sahabat karib dalam suka, duka, dan gegana (gelisah galau merana). Nah masalahnya, saya kalau sudah baca buku sulit berhentinya sampai kadang lupa waktu dan urusan lainnya. #DuhDek.

Ah sepertinya ada yang salah dengan saya juga.

Mitch Albom dan Bukunya

Pernah mendengar buku Tuesday With Morrie? Five People You Meet in Heaven? Time Keeper? For One More Day? Have a Little Faith? Itu semua adalah karya-karya Mitch Albom, penulis favorit saya yang berasal dari New Jersey, Amerika Serikat.

Mitch Albom adalah salah satu penulis yang mengangkat sisi kemanusiaan dan kerohanian manusia pada umumnya. Hampir semua buku-bukunya isinya akan membuat kita baper dan tersentuh sisi kemanusiaan kita. Seperti Tuesday With Morrie, sebuah memoar yang dia tulis dimana dia menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan mantan dosennya semasa kuliah, Morrie Schwartz, seorang profesor Sosiologi di Brandeis University. Dimana waktu itu Morrie terjangkit amyotrophic lateral sclerosis (ASL), sebuah penyakit ganas yang menyerang sistem saraf. Dia menjadwalkan sebuah "kuliah kehidupan" dari seorang Morrie yaitu setiap hari Selasa. Buku ini sukses membuat saya tersentuh dan belajar sangat banyak tentang kehidupan dan kemanusiaan. Salah satu kalimat favorit saya di buku ini adalah ketika dia menggambarkan Morrie sebagai sosok yang hangat dimana ketika dia tersenyum, ia seperti baru mendengar kelakar paling lucu di dunia. Saya sampai membayangkan bagaimana senyum Morrie dan berusaha menconteknya. Buku-buku Mitch selalu membuat saya banyak belajar tanpa merasa digurui, membuat saya merasa harus menjadi manusia yang baik dan benar tanpa merasa dipaksa. Buat saya, hampir semua karya Mitch itu luar biasa.

Menurut Wikipedia, karya paling berhasil Mitch Albom adalah bukunya berjudul Tuesday With Morrie. Karyanya yang berjudul For One More Day yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 menjadi buku bestseller versi The New York Times selama 9 bulan. Karyanya berjudul Five Peoples You Meet in Heaven juga merupakan keberhasilan dengan terjualnya lebih dari sepuluh juta kopi dan diterjemahkan dalam 35 bahasa. Tiga novel yang telah dia tulis telah difilmkan, termasuk Satu Hari Bersamamu dan Oprah Winfrey menjadi produsernya pada tahun 1999.

Mitch Albom yang saat ini berusia 59 tahun mengawali karir menulisnya sebagai penulis lepas untuk beberapa media massa di New York, melanjutkan karir menjadi penulis tetap untuk beberapa media di Florida dan kemudian menjadi jurnalis olah raga setelah dia pindah ke Detroit. Saat ini, Mitch bekerja untuk radio WJR dan juga sering muncul dalam on ESPN Sports Reporters and Sports Center.

Mitch menempuh pendidikannya di Universitas Brendeis di Waltham, Massachusetts dalam bidang Sosiologi, mungkin itulah salah satu alasan kenapa Mitch sangat lihai melihat sudut-sudut kecil kehidupan sehingga buku-bukunya sarat dengan "pelajaran kehidupan". Mitch juga melanjutkan pendidikan magister dari Columbia University’s Graduate School of Journalism dan diikuti dengan mendapatkan gelar MBA dari Columbia University’s Graduate School of Business. Latar belakang pendidikan inilah yang mungkin membuat tulisan-tulisan Mitch terasa cerdas dan keren, pendidikan sosiologi, jurnalisme, ditambah manajemen, perpaduan yang sangat bagus menurut saya.

Ada satu hal lagi yang membuat karya Mitch begitu mempesona, ternyata dia adalah seorang seniman juga. Pada masa remajanya Mitch belajar piano dan menjadi anggota beberapa grup musik. Bahkan dia juga menulis dan membuat rekaman beberapa lagu. Terlebih lagi, dia menyelesaikan kedua gelar magisternya dengan biaya dari pekerjaannya sebagai pemain piano. Paket komplit, penulis, penulis lagu, pemain musik, penampil televisi sekaligus pengisi radio, Mitch, salah satu penulis favorit saya sampai saat ini.

Wednesday, 25 October 2017

Sikap

Kemarin di timeline media sosial saya ramai tentang perusahaan ekspedisi yang mengadakan gathering namun menyajikan minuman keras disana. Selain itu ditampilkan juga video dimana ada beberapa tamu (atau petinggi perusahaan?) yang sampai mabuk di acara itu. Lalu ramai-ramai banyak yang mengambil sikap untuk berhenti menggunakan ekspedisi tersebut.

Beberapa postingannya tentang pernyataan sikap, namun ada juga yang berupa pernyataan sikap dan "ajakan tersirat" kepada orang lain untuk juga berhenti menggunakan ekspedisi tersebut.

Saya hampir setiap hari mengirimkan barang entah itu barang pribadi atau dagangan untuk dikirimkan ke customer. Dulu saya merasa agak repot ketika harus mengantarkan barang ke kantor ekspedisi yang saya gunakan. Sampai suatu ketika perusahaan ini muncul, dimana dia memberikan layanan jemput barang tanpa minimal paket. Saya merasa sangat terbantu, dan alhamdulillah selama ini dari sekian banyak transaksi hanya ada 2 paket yang bermasalah dalam pengiriman. Selebihnya, barang datang sesuai prediksi atau kadang lebih cepat.

Begitu ramai tentang acara gathering itu kemarin, ada yang bertanya kepada saya, apakah masih akan menggunakan ekspedisi tersebut?

Saya jawab iya. Karena kelakuan pimpinan perusahaan atau tamu mereka itu tidak mengganggu saya, apalagi dalam hal ini saya tidak melihat langsung kejadian (situasi dan kondisinya) dan hanya membaca dari media sosial yang sumbernya adalah "hanya 2 akun" yang dishare banyak orang. Kedua, saya pun tidak sebegitu detail juga terkait acara-acara atau kegiatan atau visi misi perusahaan ekspedisi lain yang ada di lingkungan saya yang lain (selain ekspedisi ini). Ketiga, ilmu saya mungkin belum sampai untuk hal muamalah ini, jadi saya akan belajar terus insyaallah.

Selama ini saya menggunakan semua ekspedisi yang ada di lingkungan saya kok, tergantung mana yang mudah saya jangkau, jadi sikap saya adalah tetap seperti itu. Hehe. Tetap menggunakan ekspedisi apa saja sepanjang mudah saya jangkau dan bisa membantu saya mengirimkan barang saya kepada penerima. Begitu.

Dan saya tidak akan mengajak atau melarang siapapun untuk memakai ekspedisi mana :)

"Dari
penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa keputusan memberlakukan
boikot, atau yang sering disebut dengan istilah embargo, adalah wewenang
pemerintah Muslim. Ada pun masyarakat biasa, siapa pun orangnya, tidak
dibenarkan berbuat lancang mendahului keputusan pemerintahnya, agar
tidak terjadi kekacauan karena lepas kontrol. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab."
Dikutip dari sini.

"Boleh melakukan transaksi dengan mereka dalam perdagangan, sewa menyewa dan jual beli barang, selama alat tukar, dan barangnya dibenarkan menurut syari’at Islam."
Dikutip dari sini.

Pentingnya Informasi Alergen

Sebagian kecil dari manusia yang ada di bumi ini memiliki alergi atau resisten terhadap sesuatu. Anak saya salah satunya sejauh ini yang kami ketahui memiliki alergi terhadap susu dan produk-produk turunannya. Dia tidak bisa memakan atau bahkan bersentuhan dengan bahan-bahan yang mengandung susu dan semua produk turunannya.

Kalau bersentuhan efeknya apa? Pada anak saya, kalau sekedar bersentuhan saja efeknya adalah gatal-gatal dan bentol kemerahan. Kalau sampai termakan, efeknya lebih dahsyat, mulai dari mulut dan mata bengkak merah berair yang rasanya panas dan gatal, sampai ke diare, muntah-muntah dan pernafasan sesak karena tertutup lendir. Sedih ya. Karena itulah sejak bayi saya rajin membaca label semua produk yang saya beli.

Nah, tadi malam di media sosial saya mengunggah postingan tentang salah satu produk durian beku yang di labelnya mencantumkan komposisi hanya daging durian. Merasa aman dengan produk tersebut saya memberikannya untuk anak saya. Saya beli di dekat kantor saya lalu saya bawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh.

Ini cerita saya :
--------------------------------------
Hari ini pulang kantor bawa oleh-oleh b**duren buat upin ipin. Gue baca komposisi : daging durian. Oke, aman lah ga ada susunya..cuss..

Sampai rumah adeknya udh tidur. Tinggal si kakak.

B : assalamualaikum. Bunda bawa duriaan!!

I : apakah rasanya seperti durian?


B : iya dong, kan ini durian beku

I : apakah aku bisa cobain? 😯😯

B : iya bisa lah, ayo kita icip..

Karena perjalanan dari kantor ke rumah cukup lumayan...b**durennya udh cair..jd gue colekin b**duren yg nempel di tutupnya seuprit buat diicip si kakak. Bener bener seuprit. Trus b**durennya gue tutup dan masukin ke freezer biar beku lagi.

I : waaah..rasanya seperti durian 😄

B : ya emang ini durian kaakk.. kakak suka durian?

I : iyaa 😄😄

Semenit kemudian. Si kakak lompat2, meringis sambil megangin bibir.

I : bunda, mulutku panas sekali.. 😧😧

B : coba sini bunda lihat 😨😨

Beneerr..bibirnya mulai bengkak 😭😭😭
Waduuhh..

Ngubek2 kulkas bentar, ada cetirizine. Langsung gue minumin tuh obat. Alhamdulillah langsung kempes 😢😢

Yg alergi susu sapi, kalau mau cobain b**duren colekin dulu ya..
Soalnya melihat reaksi begini gue sih menduga ada kandungan susunya.. 😐😐
Soalnya anak anak tuh dah beberapa kali makan durian asli dan tidak kenapa kenapa..
--------------------

Setelah postingan itu mulai rame, ada dua orang yang mengatasnamakan produsen produk tersebut yang mengirimkan komentar di postingan saya tersebut. Mereka meminta maaf sekaligus berterima kasih karena telah diberikan informasi dan masukan serta klarifikasi bahwa ternyata benar, pada produk tersebut terdapat kandungan susu yang mereka gunakan sebagai penstabil rasa untuk jaminan rasa dan kualitas produknya.

Well, trus kenapa gak dicantumkan???

Setau saya, ada aturan BPOM tentang apa saja yang harus dicantumkan dalam kemasan makanan olahan yang salah satunya adalah kandungan alergen.

Ini sangat penting karena alergi itu kalau sudah parah bisa mengakibatkan kematian. Bahkan di film-film detektif tentang kejahatan, informasi alergi seseorang bisa dipakai untuk menyusun rencana pembunuhan. Misalnya ingin membunuh orang yang memiliki alergi kacang, tinggal kasih dia makanan berkacang. Misal untuk berbuat jahat pada orang yang alergi serbuk bunga, tinggal kirim karangan bunga. Begitu gawatnya masalah ini.

Untuk produsen makanan yang sudah besar, biasanya sudah mencantumkan informasi alergen ini di kemasan-kemasan produknya. Namun untuk perusahaan kecil dan UMKM biasanya belum mencantumkan, at least kalau dia menuliskan komposisi lengkap produknya, itu sudah bisa meminimalisir kemungkinan termakan oleh orang yang alergi. Bagaimana jika komposisinya pun tidak lengkap?

Semoga ke depannya produsen makanan olahan semakin aware dengan informasi penting seperti ini. Dan instansi pengawas terkait juga semakin giat memberikan arahan kepada masyarakat tentang pentingnya pencantuman informasi alergen ini.

Sekian curhatan ibu-ibu yang tau gimana rasanya panik anaknya pernah bernafas seperti ikan di daratan gara-gara alergi,
yang tahu gimana rasanya sesak karena ngeliat anaknya pernah menangis tapi bingung harus gimana karena panas gatel sekujur tubuh gara-gara alergi.

:)

Monday, 23 October 2017

Bakso Beranak

Ada yg kangen sama cerita upin ipin. Nih dikasih 👧👧

Tadi pulang kantor hujan, mampir JnT ngirim pesenan sambel. Suami nunggu juragan sambel sambil beli bakso yg lewat. Ternyata, itu bakso beranak. Waaahh..saya ingat upin ipin belum pernah nih makan bakso beranak, yowes bungkus 3 deh buat upin, ipin dan kak ros..

Sampai rumah :
B : bunda bawa bakso beranaakk!

U : waaahhh..apakah ada anaknya? 😨😨

B : iya doongg

I : apakah anaknya keciiillll? 😯😯

B : iyalaahh

U : apakah baksonya melahirkan? 😕😕

B : iya, nanti kita bedah dulu yaa... (sambil belahin bakso)

I : waah baksonya seperti bundaaaa!! Baksonya melahirkan seperti bundaaa!! 😄😄😄

U : bunda, bakso itu hidupnya dimana?

B : di panci

U : kenapa sekarang di potong diam saja, apakah sudah meninggal?

B : iya kan sudah direbus

I : apakah telur juga hidupnya di panci? Kok di baksonya juga melahirkan telur..

B : hmm....bisa juga..

I : bunda, potongkan ibunya bakso

B : anaknya sudh dimakan?

I : belum, aku baru makan bayinya, kalau anaknya belum dimakan!
(bayi itu yg di dalam, anak yg kecil di luar 😂😂😂)

U : bunda, apakah baksonya itu seperti kita?

I : iyaa..baksonya dilahirkan sama bundanya seperti kita

B : 😌😌😌😌😌😌

Dan satu porsi semangkok besar bakso, masing-masing anak habis lho..

Akhir kata :
"Bunda, nanti kita beli bakso beranak lagi yaaaa!"

😘😘😘😘

Daya Tahan

Someday, ada yang cerita pada saya. Tentang suaminya yang tidak bertindak sebagaimana layaknya suami. Sering berkata kasar bahkan mengusir dia dari rumah.

Mungkin kalian berfikir, suaminya berlaku demikian karena dia banyak uang? No. Bahkan suaminya ini juga ternyata tidak memberi istri dan anak-anaknya nafkah yang layak. Istrinya ini banting tulang mencari uang dengan melakukan apa saja, ojek, dagang, semua dilakoninya.

Sering kali si istri harus tidur di gudang karena dia terkunci di luar. Sementara suaminya? Ya jelas tidur di dalam kamarnya.

Dalam posisi seperti itu, si istri tetap mau bertahan. Daya tahannya kuat sangat.

Saya pun tidak habis pikir, apa yang diharapkan dari suami macam itu, tapi dia tidak. Dia bilang, "kalau kamu ada di posisi aku, mungkin kamu juga akan bertahan".

Hmm..apakah suaminya dekat dengan anak-anaknya? Ho, ternyata tidak juga.
Apakah suaminya baik dan dekat dengan orang tua istri? Apalagi itu, ternyata sama sekali tidak.

Aduh.

Mungkin daya tahanku memang gak sebesar dia.

Saturday, 21 October 2017

Maida

Maida, hidup ini tidak rumit
Cukup kamu sadar sedikit
Bahwa untuk bahagia itu tidaklah sulit

Maida, hidup itu bukan tentang cantik
Karena apapun bagiku kamu cantik
Dan jelek itu hanya kiasan!

Maida, lelah itu sudah niscaya
Tak usah kau membuatnya semakin terasa
Dengan mengeluhkannya kemana-mana

Maida, cukupkan keluhanmu sampai sini
Tak ada lagi jawabku kini
Kalau kau ingat umur
Cukupkan dengan sabar dan syukur

Maida,
Akupun tak pernah sesabar ini
Tapi mendengarmu
Aku merasa dikuliti

Maida,
Terima kasih dan terimalah kasihku

Jalan Itu Banyak

Asalnya adalah kalimat "Banyak Jalan Menuju Roma", jadi jalan itu banyak. Dan dengan adanya banyak sekali jalan itu, alternatif rutenya tentu sangat banyak. Satu yang pasti, tidak semua jalan yang ada harus dan bisa kita lewati. Fyuh, panjang ya?

Intinya, dalam hidup ini kita punya rute kita masing-masing. Dan kita tidak mungkin melewati semua rute yang ada di kehidupan ini. Jadi, nikmati saja rutemu, supaya ketika kamu sampai di tujuanmu nanti, kamu akan bangga, punya kenangan dan seluruh waktumu bisa kamu pertanggungjawabkan.

Bayangkan jika kita berjalan di rute kita, tetapi pandangan kita fokus memperhatikan rute orang lain. Kita sibuk melihat orang lain menjalani rutenya, sampai kita tidak tau pemandangan indah yang ada di sepanjang rute kita sendiri. Kita tidak tahu betapa sejuknya lindungan pohon-pohon yang ada di rute kita, bahkan kita pun tidak tahu, di seberang sana ada seseorang yang iri melihat enaknya rute kita.

Aduh malah terlalu panjang saya membahas rute.

Sebetulnya saya cuma mau menyampaikan, ketika kamu berniat untuk diet, ingatlah bahwa di dunia ini ada banyak sekali makanan. Dan kita tidak harus menikmati semua makanan yang ada itu. Pilih makanan yang halal lagi BAIK. Ingat, jangan sekedar halal, tetapi juga BAIK!!